Alfand Dinda Rahmawan
Prosa Story
Published in
4 min readOct 14, 2020

--

Pengalaman Pertama Menjadi Full Time Remote Worker di Prosa.ai

Photo by freepik

Menjadi bagian keluarga Prosa.AI

Awal mula saya mengetahui tentang prosa.ai adalah melalui Kumparan Academy yang dilaksanakan di Universitas Gadjah Mada. Salah satu pembicaranya adalah Ibu Dessi, Chief Speech Scientist Prosa.AI. Dari beliau, saya mengetahui bahwa di Indonesia Prosa.ai merupakan satu-satunya perusahaan AI yang bergerak di bidang Text dan Speech Processing. Dari situlah saya mulai tertarik dengan Prosa dan saya mengirimkan CV saya ke HRD Prosa.ai. Setelah melewati beberapa tahapan seleksi, alhamdulillah saya bisa bergabung menjadi salah satu keluarga di Prosa.ai.

Saya mulai aktif bekerja di Prosa.ai pada Juli 2018. Di Prosa.ai, saya menempati posisi sebagai machine learning engineer, yang berfokus pada pengolahan teks. Pada tahun pertama, saya diberi tanggung jawab untuk mengembangkan API Sentiment Classification dan pada tahun kedua saya bertanggung jawab untuk mengembangkan Information Extraction from Document dan Customer Experience Management.

Remote Working at Prosa.AI

Di masa pandemi sekarang, remote working, atau istilah kekiniannya adalah Work From Home, (WFH) menjadi salah satu himbauan pemerintah Indonesia untuk perusahaan demi melindungi karyawannya dan menahan persebaran virus covid-19. Prosa.AI menjadi salah satu perusahaan yang memfasilitasi karyawaannya untuk bekerja remote selama masa pandemi. Namun, sebelum adanya pandemi, Prosa.ai sudah memfasilitasi karyawannya untuk melakukan remote working dan tidak banyak perusahaan yang berani untuk memberikan fasilitas tersebut kepada karyawannya.

Pengalaman remote working saat ini bukanlah yang pertama kali saya lakukan. Sebelumnya, saya sudah dua kali diberikan kesempatan untuk melakukan remote working, yang pertama saat orang tua saya melakukan ibadah haji dan yang kedua saat orang tua saya sakit. Dari pengalaman remote working tersebut, saya mendapatkan beberapa tantangan antara lain:

Manajemen Waktu

Saat menjadi office worker saya bekerja mulai 7.30 pagi dan pulang dari kantor jam 7 malam. Bekerja selama di waktu yang cukup lama sangat tidak efektif dan bisa menurunkan tingkat produktifitas dalam bekerja, oleh karena itu para engineer biasanya beristirahat di sela-sela waktu dalam bekerja dan biasanya sebelum pulang kami para karyawan menyempatkan diri untuk melepas penat setelah seharian bekerja dengan bermain pingpong, PS4 atau Nintendo Switch. Walaupun begitu, para karyawan tetap harus bekerja 8 jam sehari.

Pada saat saya menjadi remote worker, pola bekerja saya berubah. Sebelumnya, saya terbiasa dengan hanya fokus bekerja 8 jam. Sekarang, saya harus mengatur waktu dan konsentrasi antara bekerja dan menjaga orang tua yang sedang sakit. Pola jam kerja saya saat remote working tidak pasti. Saya mengambil jam sebagai jam kerja saya saat orang tua saya sedang tidur atau orang tua saya sudah ada yang jaga. Namun, dapat disela saat ada sesuatu yang, karena ketidakjelasan antara pola jam kerja dengan mengurus orang tua, dapat menguras tenaga yang lebih banyak dan bahkan bisa membuat saya begadang.

Dengan menjadi remote worker, saya sangat bersyukur karena saya memiliki waktu yang fleksibel sehingga bisa menyeimbangkan antara bekerja dan keluarga dan saya juga banyak belajar dalam mengalokasikan waktu karena meskipun kita mendapatkan jam kerja yang fleksibel, kita tetap terikat dengan jam kerja kantor 40 jam dalam seminggu.

Seorang remote worker biasanya memiliki jam kerja produktif, ada yang bekerja mulai pagi hingga petang ada juga yang memilih bekerja mulai malam hari sampai dini hari. Namun dengan keadaan yang saya alami, saya tidak dapat memilih zona waktu produktif. Oleh karena itu, saya meyakinkan pada alam bawah sadar saya bahwa dengan jam kerja yang ada saya harus lebih produktif.

Dengan tidak menentunya jam kerja saya, maka bagaimana dengan melakukan manajgemen task dan komunikasi dengan tim?

Manajemen Task dan Komunikasi dengan Tim

Penyesuaian waktu meeting dengan anggota tim dan menjaga orang tua yang sedang di rumah sakit pada awalnya sangat terasa sangat sulit bagi saya. Terkadang, waktu weekly briefing saya tidak dapat mengikutinya sampai selesai karena bebarengan dengan waktu kunjung dokter. Belum lagi kalau ada bug yang high risk sedangkan saya masih harus mengambil resep orang tua saya di apotek rumah sakit. Bahkan, jika memang terpaksa, saya harus bekerja di dalam kamar rumah sakit. Saya harus mengecilkan suara ketikan keyboard saya agar tidak menggangu orang tua saya yang sedang istirahat.

“Semua hal bisa terselesaikan asalkan kita bisa saling berkomunikasi satu sama lain”. Sebagai seorang engineer, setiap satu minggu sekali saya diwajibkan untuk melakukan weekly meeting dengan anggota tim dalam satu projek dan supervisor. Tetapi, dengan beberapa hambatan yang saya alami selama di rumah sakit, mengakibatkan saya harus melakukan negosiasi dengan supervisor dan tim untuk mengatur jam meeting agar saya bisa menyelesaikan tugas saya di rumah sakit dan anggota tim lain bisa hadir.

Selama saya melakukan kerja remote di rumah sakit dengan jam kerja yang loncat — loncat seperti1 2 jam bekerja,- 2 jam istirahat, 1 jam bekerja,- 1 jam istirahat, saya juga menggunakan salah satu tools yang digunakan untuk mengoptimalkan waktu untuk produktivitas. Salah satunya adalah pomodoro timer, aplikasi yang membantu kita untuk membagi waktu fokus kita dalam bekerja dan waktu kita untuk istirahat.

Akhir Kata…

Setelah bekerja secara remote selama kurang lebih 6 bulan di Prosa.ai, saya merasa sangat beruntung dengan fleksibilitas yang diberikan Prosa.ai. Dengan adanya fleksibilitas ini, saya memiliki kesempatan untuk belajar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya antara menjadi seorang karyawan dan menjalankan kewajiban sebagai seorang anak.

Selain menyelesaikan kewajiban yang harus kita selesaikan, kita juga jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan dengan berolahraga secara rutin dan untuk mencoba selalu bahagia dengan segala keadaan yang sedang kita alami.

--

--