(Study+Work)life Balance

Iftitakhul Zakiah
Prosa Story
Published in
5 min readFeb 5, 2020
Ilustrasi (study+work)life balance

Bergabung di Prosa

Saya pertama mengetahui Prosa AI dari kakak tingkat saya di HMIF (Himpunan Mahasiswa Informatika) ITB. Sekitar April 2018, dia mengajak beberapa adik tingkatnya untuk melakukan kerja praktik di Prosa AI, tapi saat itu ada alasan yang membuat saya tidak bisa. Rencana tersebut baru dapat terwujud sekitar pertengahan Desember 2018 ketika saya dan beberapa kawan saya mendaftar menjadi part time engineer di Prosa dan mulai bekerja di awal Februari 2019.

Kini saya berada di divisi Pemrosesan Ucapan (Speech) di mana sebelumnya pernah di divisi Pemrosesan Teks (Text) hingga akhir Agustus 2019. Ini merupakan wajah-wajah tim Speech yang terdiri dari seorang expert di bidang speech processing (Bu Dessi), delapan orang engineer, dan sepuluh orang annotator (kelihatan ya yang mana yang annotator, yang mana engineer. Engineer biasanya tidak merias diri :”) )

Divisi Speech per Oktober 2019

Saat tes wawancara oleh Chief Scientist of Speech Prosa.ai dan Chief Scientist Text Prosa.ai, saya ditanya tentang komitmen untuk full time di Prosa setelah lulus (“Ah, kebetulan sekali”, kata saya di dalam hati), tapi saya menyampaikan constraint lain yaitu saya baru bisa full time sekitar satu setengah tahun lagi (perkiraan Juli/Agustus 2020) karena saya sedang mengambil program fast track.

Fast Track?

Fast track merupakan program yang diselenggarakan oleh ITB untuk mahasiswa S-1 untuk dapat sekaligus mengambil S-2 dengan jangka waktu satu tahun. Jadi secara formal, empat tahun S-1 ditambah satu tahun S-2 yang totalnya lima tahun. Pada kenyataannya, mahasiswa-mahasiswa fast track tidak serta merta S-2 hanya satu tahun, tapi sebenarnya juga dua tahun karena kami mengambil mata kuliah S-2 sejak semester 7.

Awalnya saya mengambil program fast track karena kedua kakak saya mengambil program ini, jadi orang tua menyarankan untuk mengambilnya. Saya juga ingin lebih belajar secara mendalam pada satu bidang di Informatika. Selain itu, beberapa dari kami yang mengikuti program ini juga memiliki rencana untuk melanjutkan studi S-3. Program ini bebas UKT (Uang Kuliah Tunggal) jika mendapatkan beasiswa voucher ITB, jadi tidak ada ruginya untuk dicoba.

Jadilah saya mulai bekerja di Prosa pada Februari 2019 (atau saat semester 8). Saat itu saya mengerjakan tugas akhir (atau skripsi), kuliah (S-2 dan S-1), sekaligus part time. Dalam benak saya saat itu, kondisi ini masih dalam kendali saya tapi ternyata tidak juga. Saya pikir part time dapat menggantikan waktu saya untuk berorganisasi (notes : saat semester 8, jabatan-jabatan di organisasi sudah dialihkan ke angkatan bawahnya) tapi ternyata tidak juga (hehe).

Pada umumnya mahasiswa semester 8 cenderung lebih luang waktunya karena jumlah SKS yang diambil sedikit, bahkan ada yang hanya tinggal mengambil SKS untuk tugas akhir, sedangkan saya mengambil SKS yang lebih banyak karena ada mata kuliah S-2. Jadi, hampir setiap hari jadwal saya: pagi-siang kuliah, siang-malam (sekitar maghrib) di kantor, baru malamnya mengerjakan tugas-tugas kuliah. Akhir pekan juga diisi dengan mengerjakan tugas akhir atau tugas kuliah (lagi).

Saat itu, saya pernah sampai cuti part time sekitar satu setengah pekan agar fokus mengerjakan tugas akhir dan mengejar wisuda periode Juli. Salah satu syarat agar fast track dapat dilanjutkan adalah harus wisuda S-1 di periode Juli (terima kasih kepada Bu Ayu, supervisor saya saat itu, yang mengizinkan saya untuk cuti demi tugas akhir). Setelah berbulan-bulan mengerjakan tugas akhir, akhirnya saya dan teman-teman pun alhamdulillah diwisuda Sarjana pada Juli 2019.

Momen wisuda bersama dengan rekan-rekan Prosa

Study-Work, Nggak Capek?

Tidak sedikit orang yang bilang, “Emangnya nggak capek ya If belajar terus?”, “Nggak pengen istirahat dulu, If?”, atau semacamnya.

Jika dipikir-pikir mungkin capek, ya wajar karena saya manusia juga. Tapi orang tua saya juga pernah berkata bahwa banyak orang yang ingin kuliah di ITB tapi tidak kesampaian.

Deg.

Saya jadi teringat kalau selama ini saya kurang bersyukur padahal banyak sekali orang yang menginginkan posisi seperti saya. Apalagi secara tidak langsung saya dapat bersekolah di salah satu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan menggunakan uang dari rakyat, hasil pajak negara, dan lainnya. Jadi saya memiliki tanggung jawab bukan hanya untuk diri saya sendiri dan orang-orang terdekat, tetapi juga masyarakat luas.

Ketika jenuh dengan tugas kuliah atau pekerjaan saya lebih suka membaca buku (biasanya genre self improvement) atau melakukan hal lain, seperti berkumpul dengan circle pertemanan yang menyukai sharing hal-hal positif. Saya juga pernah pergi ke tempat hijau atau sekedar melihat Kota Bandung dari tempat tinggi seorang diri. Ketimbang seperti menghindari diri dari masalah, menurut saya hal-hal tersebut terkadang memang dibutuhkan untuk “menghela napas” sejenak.

The Perks of being a Fast Track Student + Engineer at Prosa

Tugas akhir (dan Tesis) saya saat ini merupakan bidang pemrosesan suara, yaitu sistem pengenal ucapan atau automatic speech recognition (ASR). Bidang ini masih sangat jarang dan belum banyak berkembang di Indonesia, tapi ini salah satu bidang yang dikembangkan oleh Prosa. Pengerjaan tugas akhir (dan tesis) saya banyak terbantu di Prosa, contohnya dalam penggunaan server dan data, serta bimbingan dari engineer Prosa.

Pemrosesan suara, dibanding dengan bidang kecerdasan buatan lainnya, membutuhkan komputasi yang lebih besar. Bahkan, untuk penggunaan deep learning yang biasa (deep neural network atau DNN) saja dapat memakan waktu seharian dengan menggunakan server, apalagi jika menggunakan komputer pribadi (saya tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi kesehatan komputer saya :”) ). Selain itu, data-data dan tools dari Prosa juga dapat saya gunakan dalam penelitian saya.

Para engineer Prosa juga membimbing dalam proses pengerjaan seperti arahan penggunaan tools, hingga tempat bertanya jika terdapat eror selama eksperimen. Bahkan, ada engineer yang bersedia membantu memberikan feedback proposal tesis saya juga. Hal ini memberikan saya kesempatan untuk bekerja sekaligus belajar.

Tidak hanya di kantor, karyawan Prosa juga mendapatkan kesempatan belajar di luar kantor, salah satunya melalui publikasi riset di konferensi internasional. Hasil dari beberapa penelitian kami dipublikasikan di Jogja pada September 2019 lalu. Selengkapnya dapat dilihat pada tautan ini.

Lebih dari Study-Work

Walaupun saya termasuk lebih muda daripada “manusia-manusia” Prosa lainnya dan tidak selalu berada di kantor (karena part time), tapi mereka tidak memasang “dinding” kepada kami (para junior). Kami sering bercanda, berdiskusi, dan melakukan berbagai hal menyenangkan lainnya bersama, salah satunya dengan berolahraga bersama.

Prosa memfasilitasi karyawannya untuk berolahraga secara rutin. Badminton dijadwalkan setiap Senin, futsal Selasa/Rabu (laki-laki), dan zumba Rabu (perempuan). Kami juga sering melakukan olahraga mandiri di akhir pekan, yaitu basket dan jogging.

Olahraga Bersama (Badminton, Basket, Zumba, dan Jogging)

Olahraga ini tidak hanya menjadikan badan bugar kembali, tetapi juga menjadikan kami lebih saling mengenal satu sama lain. Orang yang awalnya canggung dan jarang ada “momen” jika di kantor (karena berbeda divisi misalnya), menjadi kenal dan saling menyapa jika bertemu. Olahraga bersama juga menjadi salah satu sumber untuk memenuhi social needs saya saat ini.

Akhir Kata…

Bekerja, belajar, ataupun aspek kehidupan lainnya dapat dilakukan bersamaan karena manusia memang diciptakan dengan kemampuan tersebut.

Meskipun begitu, semua aspek yang telah kita pilih itu dilakukan secara seimbang agar kita dapat lebih menikmati setiap prosesnya, seperti salah satu satu kutipan Olen Steinhauer dalam bukunya yang berjudul The Tourist,

“Without balance, a life is no longer worth the effort”.

--

--