What I Talk About When I Talk About Work Culture at Prosa

Pengalaman kerja yang baik adalah salah satu investasi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Riswanto
Prosa Story
4 min readApr 20, 2020

--

Source: <a href=”https://www.freepik.com/free-photos-vectors/school">School photo created by rawpixel.com — www.freepik.com</a>

Keuntungan materiel yang kompetitif mungkin menjadi pertimbangan seseorang ketika memilih perusahaan untuk bekerja. Tidak sedikit orang membidik perusahaan raksasa dengan harapan bisa mapan dan dewasa secara finansial.

Gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan gaya hidup, tunjangan untuk menutupi kebutuhan tentatif dan futuristis merupakan hal yang diidamkan banyak orang. Pertanyaannya; apakah benar keuntungan materiel bisa menjamin hidup yang lebih bahagia?

Saya kenal beberapa orang yang telah bekerja di perusahaan raksasa yang mereka idamkan, dan itu tidak salah. Sayangnya, keinginan tersebut tidak dibarengi kesadaran mengenai budaya kerja macam apa yang berlaku di sana.

Ketika suatu waktu kami bertemu, saya terkejut bahwa ternyata mereka mengalami tekanan kerja yang cukup besar. Padahal perusahaan mereka memberikan jaminan finansial lewat gaji dan tunjangan, persis seperti yang diharapkan.

Dari sana saya sadar bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memberi jaminan finansial yang bagus kepada karyawannya, tetapi juga lingkungan kerja yang suportif dan menyenangkan.

Sebagai contoh, saya ingin memberikan gambaran lingkungan kerja yang suportif dan menyenangkan melalui perusahaan tempat saya bekerja sebagai Anotator Bahasa, Prosa.

Tentu saja perusahaan ini mengapresiasi karyawannya secara materiel dengan sangat baik, tapi saya lebih tertarik mengamati sesuatu yang lebih empiris. Bukankah itu yang menjadi topik besar pembukaan di atas?

“Saya Ingin Bekerja di Lingkungan yang Sehat”

Lingkungan yang suportif agar saya bisa tumbuh adalah hal dasar yang saya utarakan ketika wawancara kerja di Prosa. Kalau tidak salah saat itu saya mengatakan ingin bekerja di lingkungan yang sehat, yang mendukung karyawannya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.

Saya mengatakannya setelah menyimpulkan pengalaman teman-teman saya tanpa paham betul maksud sebenarnya. Kemudian setelah resmi bergabung, saat itu menjelang akhir tahun, saya baru benar-benar paham maksud dari lingkungan kerja yang dimaksud.

Pada bulan-bulan awal itu saya mengamati sistem kerja, lingkungan kerja, dan pengaruh terhadap hidup saya di masa depan jika bekerja di sana dalam jangka waktu yang lama. Sejauh ini, lingkungan yang sehat itu saya dapatkan dengan mudah.

Suaka untuk Bekerja

Source: https://www.freepik.com/free-photo/teamwork-power-successful-business-meeting-workplace-concept_1202382.htm

Selama saya bergabung di Prosai, office politic menjadi satu-satunya hal yang paling saya hindari. Ini saya lakukan untuk meminimalisir kompetisi (jika memang ada) antarkaryawan. Tampaknya hal serupa juga dilakukan oleh orang-orang yang ada di Prosa.

Ketimbang mendiskreditkan sesama pegawai, saya lebih sering menemukan teman kantor saya saling dukung, mengapresiasi, dan memotivasi. Sikap ini memang terdengar aneh saat dipraktikan secara serentak.

Dalam skala yang lebih luas tindakan diskredit juga jarang saya temui, atau bahkan tidak pernah sama sekali. Senioritas tampaknya dipandang sebagai sesuatu yang dangkal, sebab orang-orang di Prosa sangat antusias menyambut karyawan baru.

Suatu kali saya pernah terheran-heran saat sedang mengambil makan. Seseorang menyebut nama saya dengan jelas di depan muka saya sendiri sambil sibuk melihat makanan. Yang membuat saya heran bukan hanya karena dia percaya diri, tapi juga karena saya tidak kenal dia pada saat itu.

Dari sana saya mengerti bagaimana orang-orang di sana sangat memelihara persaudaraan, bahkan kepada karyawan yang baru masuk sekalipun. Saya pikir rasanya seperti suaka, karena mereka seperti tidak punya pretensi apa-apa.

Saya pernah mendengar seseorang mengungkapkan ini: kalau lo sibuk dengan urusan teman kantor lo, itu artinya lo kerja rendah dan begitu pun sebaliknya. Entah ini berlebihan atau tidak, tapi kerja rendah sepertinya bukan bagian dari ekosistem kerja di sana.

Ruang Untuk Menjadi Komunal

Selain rendahnya office politic, Prosa juga menyediakan ruang luas agar karyawannya bisa berkumpul sebagai masyarakat komunal. Ya, komunal, sesuatu yang sangat langka di tengah masyarakat modern yang individual.

Prosa tahu betul kebutuhan manusia untuk saling mendukung dan berinteraksi sebagai basis yang perlu dipupuk. Ini diimplementasikan Prosa dengan cara menyediakan fasilitas dan kantung-kantung komunitas.

Tengoklah reminder! Kamu akan melihat ada hari-hari dalam satu minggu di mana kantung-kantung komunitas itu akan terisi: bulu tangkis, futsal, lari, bahkan yoga yang terbuka bagi semua.

Pada akhir bulan, komunitas ini semakin kentara dengan berkumpulnya para karyawan di satu tempat yang sama. Pertemuan ini bolehlah disebut sebagai pertemuan akbar sebab semua orang yang bekerja di Prosa berkumpul di sana.

Tujuannya, tentu saja untuk mengisi ulang motivasi kerja dan menyamakan persepsi. Jangan imajinasikan kegiatan ini layaknya seminar self improvement atau pelatihan, karena kamu bisa rileks selonjoran sambil makan.

Source: https://www.freepik.com/free-photo/man-planting-vegetables-land-farm_5513744.htm#page=1&query=work%20culture&position=25

Saya percaya lingkungan kerja yang sehat di mana orang-orang saling mengapresiasi akan memberikan dampak yang besar terhadap seseorang di masa yang akan datang.

Sesuatu yang materiel mengajarkan saya untuk menghargai sesuatu yang berasal dari luar diri saya. Sementara itu, penghargaan terhadap diri sendiri hanya bisa didapatkan salah satunya dengan budaya dan lingkungan kerja yang baik.

Terakhir, Yuval Noah Hariri dalam bukunya 21 Lessons for the 21st Century mengatakan bahwa kebanyakan manusia zaman sekarang lebih mengutamakan “data” daripada materi. Data di sini bukan sekadar kumpulan keterangan dan informasi dalam direktori tok, tapi juga pengalaman hidup yang sangat abstrak.

Seiring waktu, manusia modern lebih sadar bahwa pengalaman hidup yang baik adalah investasi yang tidak kalah penting dari aset konkret untuk mencapai hidup yang lebih baik.

Dalam bekerja, data atau pengalaman ini diwujudkan lewat budaya kerja. Sudah banyak artikel ilmiah atau sebatas feature yang membahas budaya kerja yang menyenangkan equivalen dengan produktivitas.

Ini membuktikan bahwa keuntungan finansial yang materisentris bukan satu-satunya jalan keluar untuk mendapatkan jaminan hidup yang lebih bahagia. Mungkin hal ini berkaitan dengan kesadaran masyarakat modern terhadap kesehatan mental. Siapa tahu?

--

--