Belajar dari Bayi

Masdab Ali
SUDUT PANDANG
Published in
2 min readAug 12, 2022

--

https://i.pinimg.com/originals/3f/30/16/3f301690628155f78167f00b6a7a5818.jpg

Kita tentu saja, berharap yang sebaliknya. Bahwa kita yang mengajari anak kita, bayi kita. Namun sebenarnya, pada kenyataannya mereka juga memiliki banyak pelajaran berharga bagi kita, jika kita cukup peduli untuk memperhatikan dan merasakannya. Sangat mudah untuk berpura-pura kuat dan tangguh, melakukan hal-hal yang berlebihan. Namun pada kenyataannya, yang kita butuhkan untuk bertahan hidup adalah perhatian dari orang-orang dan lingkungan sekitar kita.

Mereka, anak-anak kita, juga mengingatkan akan seringnya kita berhutang budi kepada orang lain. Kita sering memberikan perhatian dan rasa sayang kita kepada orang lain, hanya karena apa yang bisa kita dapatkan kembali dari orang lain.

Tapi bayi berbeda, mereka masih sangat kecil; mungil. Hanya bisa menangis saja, lebih sering tidur, namun kita tetap saja memberikan perhatian kita sebagai seorang orang tua. Mereka mengajarkan kita tentang jenis cinta paling suci, paling murni, dan paling jujur, yang bisa diberikan oleh manusia kepada manusia lainnya. Kita sebagai orang tua akan memberikan perhatian kita, tanpa meminta imbalan.

Mereka tidak bisa memberi tau apa yang sedang terjadi pada mereka, kita harus menebaknya. Hal yang terkadang tidak kita sadari, dan cukup mengejutkan adalah bahwa seberapa baiknya kita dalam menginterpretasikan apa yang sedang terjadi pada mereka. Saat mereka menangis, kita tidak menuduh mereka sedang jahat. Saat mereka menendang-nendang atau memukul, kita mengasumsikan bahwa mereka sedang ketakutan atau hanya terkejut saja, bukan karena intensi mereka untuk menyakiti. Jika mereka menangis keras dan tampak sedang kesal, bisa jadi karena lapar, atau kurang tidur misalnya. Betapa baiknya kita sebagai manusia jika kita juga bisa menggunakan cara yang sama kepada orang dewasa. Jika kita melihat kepada orang dewasa di sekitar kita, di bawah perilaku mereka yang tampak. Tampak seperti sedang marah, emosi, sadis.

Apa yang terjadi di permukaan oleh para orang dewasa ini mungkin hanya karena mereka sedang lapar atau kurang tidur misalnya? Jika kita berbaik sangka, mungkin masyarakat kita akan menjadi lebih baik? Terlalu mudah bagi kita orang dewasa untuk menghakimi yang nampak di permukaan saja.

Sebagai manusia, rasa-rasanya kita terlalu mudah untuk merasa puas dengan segala keserakahan dan kesombongannya. Kita harus sering bercengkerama dengan bayi-bayi ini, sebagai pengingat. Pengingat bahwa mereka, bayi-bayi ini tidak peduli dengan hal-hal yang kompleks dan rumit. Mereka hanya peduli dengan canda tawa, kehangatan dan orang-orang yang baik kepada mereka. Kita juga pernah seperti ini dulu.

Sosial masyarakat lah yang merusak keadaan kita. Sosial masyarakatlah yang mendorong nafsu-nafsu tidak sehat kita. Mereka - bayi-bayi itu - adalah filsuf-filsuf kehidupan.

--

--

Masdab Ali
SUDUT PANDANG

LIFELONG LEARNING | ENTREPRENEUR | MOTIVATION | SELF | INDONESIA