Aplikasi Jadul dengan Emulator

Ariya Hidayat
Pujangga Teknologi
Published in
5 min readJul 10, 2019

Dengan emulator yang berbasis proyek open-source, bukan mustahil kita masih dapat menikmati lagi aplikasi jadul dan game lawas yang dulu sempat termasyhur di era 80-an/90-an.

Menikmati FoxPro, aplikasi database jadul, dengan sebuah Macbook

Barang lama tidak selamanya mesti dibuang. Masih banyak di antara kita yang serius menikmati senandung kenangan lama, racikan puisi tempo dulu, ataupun cerita-cerita rakyat yang tetap memikat. Sejarah dan nostalgia adalah bagian penting dari hidup kita (tapi awas, jangan terjebak CLBK). Tak ada salahnya jejak masa lalu senantiasa dipelihara, apalagi bila ada kandungan kebijakan di dalamnya.

Teknologi berkembang dengan gesit. Meski hendak menikmati aplikasi jadul, terkadang hardware dan sistem operasi yang sesuai untuk aplikasi tersebut hanya tersedia di pasar loak ataupun museum. Untunglah alternatifnya relatif cemerlang, yakni dengan memanfaatkan emulator yang sanggup menipu aplikasi tersebut, seakan-akan masih bekerja di lingkungan masa lampau.

Salah satu emulator yang popular adalah DOSBox, sebuah proyek open-source yang sudah dirintis 16 tahun yang lalu. Dicontohkan dengan tangkapan layar di atas, DOSBox memberikan ilusi kepada si aplikasi FoxPro, seolah-olah FoxPro berjalan di sistem operasi MS-DOS dan komputer IBM PC, padahal ini adalah DOSBox yang jalan di macOS di sebuah Macbook Air.

Mengoprek database di Android? Bukan mustahil kok!

Karena DOSBox juga tersedia untuk Windows, Linux, bahkan juga FreeBSD, ini menjadi solusi menarik buat para penggandrung game-game DOS yang dulu ngetop seperti WarCraft, SimCity, DOOM, dan banyak lagi. Apalagi DOSBox juga mengemulasikan Sound Blaster sehingga efek suara dan musik latar dari game-game tersebut sanggup dinikmati seperti aslinya. Saking populernya, DOSBox ini sudah didownload lebih dari 34 juta kali.

Belakangan, DOSBox juga dibawa ke platform Android. Karenanya, program jadul ala DOS jalan juga lho di ponsel ataupun tablet berbasis Android. Aneh tapi asyik kan?

Untuk mulai menikmati DOSBox, mula-mula instal dulu. Pemakai macOS yang beraliran Homebrew tinggal menjalankan brew install dosbox. Pecinta Linux cukup menggunakan paket kesayangannya, misalnya apt install dosbox. Untuk yang setia dengan Windows, installernya masih ada dan mudah digunakan, atau pakailah Chocolatey sehingga cukup ketik choco install dosbox.

Begitu terpasang dan diluncurkan, tampilannya akan seperti ini.

Tampilan awal saat DOSBox diluncurkan

Drive Z sendiri tidak akan berisi apa-apa. Mula-mula kita harus memetakan isi sebuah direktori sistem operasi tuan rumah (macOS/Windows/Linux/Android) sebagai drive tersendiri. Contohnya, bila sistem macOS saya menyimpan game DOOM di /Users/ariya/dosbox/doom, nah saya bisa menjalankan

Z:\> mount c /Users/ariya/dosbox

disusul dengan beralih ke drive C

Z:\> c:

lalu pindah ke direktori yang sesuai

C:\> cd doom

dan baru

C:\DOOM> doom

untuk segera menikmati game DOOM tersebut.

Berbagai aspek dari tampilan DOSBox, seperti resolusi layar dll, bisa diatur dari berkas konfigurasinya, dosbox.conf. Untuk kebanyakan game, pengaturan Sound Blaster yang default semestinya sudah jalan. Tetapi bila tidak, silakan juga utak-atik settingnya hingga cocok. Untuk game yang benar-benar purba dan jalannya terlalu kencang walaupun sudah diemulasikan, DOSBox juga bisa memperlambatnya dengan sengaja.

Dari segi teknologinya, DOSBox ini bisa dibilang emulator yang lengkap karena bisa ditengok sebagai satu menu combo: emulator sistem operasi (MS-DOS) merangkap juga emulator perangkat keras (IBM PC, Sound Blaster, dkk). Tetapi dalam teknologi emulator, tidak mesti selalu seperti itu.

Ada juga emulator yang hanya khusus untuk sistem operasi. Salah satu contohnya adalah FreeDOS, sebuah proyek open-source yang baru-baru ini merayakan ultahnya yang ke-25. FreeDOS bisa dikatakan sebagai pengganti MS-DOS (keluaran Microsoft) atau PC-DOS (dari IBM). FreeDOS adalah implementasi ulang DOS yang dijamin kompatibel banget. Artinya, program jadul yang dulunya lari kencang di MS-DOS dijamin akan tetap lancar jaya bilamana dijalankan dengan FreeDOS. Karenanya, kalau Anda punya hardware tua yang masih harus menjalankan DOS, FreeDOS menjadi alternatif yang menarik. Bayangkan, Microsoft dan IBM sudah lama berhenti mengembangkan DOS yang asli, apalagi menawarkan solusi jikalau terjadi masalah. Tetapi dengan FreeDOS yang open-source, kalaulah ada masalah, Anda juga bisa ikut memperbaiki dan menyempurnakan.

WinRAR + ReactOS (dari situs resminya, reactos.org)

Selain FreeDOS, ada juga ReactOS, proyek open-source yang kompatibel dengan Windows dan bisa digunakan untuk menggantikannya. Saat ini ReactOS masih dalam “masa pertumbuhan” (meski telah berumur 21 tahun) dan belum selalu mulus 100% jadi alternatifnya Windows. Walaupun demikian, mengekstrapolasi dari apa yang terjadi dengan sejarahnya DOS, bisa saja satu saat Microsoft berhenti mengembangkan dan menjual Windows sementara proyek ReactOS terus merangkak dan menjelma penggantinya.

Jenis emulator lain adalah yang hanya berfokus ke emulasi perangkat keras, seperti misalnya QEMU dan VirtualBox (keduanya adalah proyek open-source). Kalau VirtualBox berspesialiasi hanya untuk emulasi arsitektur Intel, QEMU sanggup bertindak sebagai CPU virtual yang akurat dan mendukung beragam jenis arsitektur, dari Intel x86 32-bit/64-bit, ARM, bahkan juga hingga MIPS, PowerPC, SPARC, dsb.

Yang bermain-main di dunia Android biasanya secara tidak sadar sudah menggunakan QEMU karena emulator Android dibuat berlandaskan QEMU. Biasanya berkas .apk yang dihasilkan dari kompilasi sebuah aplikasi Android adalah untuk arsitektur ARM. Dengan emulator Android/QEMU, kode mesin ARM ini tetap bisa dieksekusi di atas laptop yang notabene ditenagai prosesor Intel atau AMD.

Tentu saja, memadukan emulator sistem operasi dengan emulator perangkat keras adalah sah-sah saja. Contohnya, Anda bisa memasang QEMU lalu menjalankan FreeDOS di atasnya (walaupun dalam kasus ini, hasilnya akan kurang lebih sama dengan DOSBox). Sementara itu, ada kombinasi lain yang menarik (dan terbilang relatif setengah ilegal) seperti proyek Hackintosh, menjalankan macOS di komputer bukan Mac. Ada pula emulator yang berkutat di dunia console, khusus diperuntukkan memainkan game-game seru yang dulunya hanya berjalan di Game Boy, Super Nintendo, PlayStation versi kuno, dan lain sebagainya.

Bermain game jadul di browser

Lebih seru lagi, emulator-emulator ini dapat juga dijalankan di browser. Ada JSLinux yang mendemonstrasikan emulasi Linux (dan juga Windows beserta FreeDOS) di browser. Simak juga misalnya situs seperti DOSGames.com atau Software Library: MS-DOS Games yang menyediakan ratusan, bahkan hingga ribuan, aplikasi dan game-game DOS yang mungkin juga sudah raib entah di mana. Semua program tersebut bisa langsung dijalankan di browser yang mutakhir. Hal ini bukan mustahil lagi karena DOSBox sendiri sanggup dikompilasi dengan target JavaScript/asm.js (cikal-bakal WebAssembly) sehingga DOSBox (dan tentu saja program DOS yang dijalankannya) tereksekusi dan tampil di sebuah browser.

Walaupun dikerjakan oleh para relawan dan relawati, ternyata proyek-proyek emulator open-source sangat bermanfaat untuk preservasi digital. Bahkan, di kala produk aslinya sudah lama dihentikan ataupun perusahaan pembuatnya sudah gulung tikar, emulator inilah yang berjasa untuk tetap memberikan kelegaan bagi kita guna menjalankan aplikasi jadul atau menikmati game lawas.

Sejarah penting masa lalu kita terekam oleh prasasti kuno, daun lontar, dan buku-buku cetak jaman dahulu. Bukan tidak mungkin, satu saat akan ada bagian penting sejarah negara kita yang tersimpan dalam naskah yang ditulis dengan WordStar, lembar kerja yang dulu digarap dengan Lotus 1–2–3, atau dokumen lain yang disiapkan dengan aplikasi yang sudah punah. Adalah emulator-emulator yang dikupas di atas yang kemungkinan menjadi perkakas yang diandalkan oleh ahli-ahli sejarah di masa depan!

--

--