Yang Kuat, Yang Menangis

sun
Puny Lines
Published in
2 min readJul 29, 2023

Surat untuk kamu yang kuat dalam diam.

Hingar bingar suara di sekeliling. Teriakan nyaring terdengar dimana-mana. “Aku, dengarkan aku, kasihani aku, pilih aku”. Manusia dan seribu egonya.

Sosokmu terlihat dari kejauhan. Menjulang tinggi bahkan dengan posturmu yang sedikit bungkuk. Kamu dan raut mukamu yang tidak bisa dibaca.

Dalam kebisingan ini, suaramu terdengar samar. Semakin aku mendekat, desing-desing di telingaku semakin kencang. Tak lama aku mengerti, rupanya itu tangismu.

Ketika aku mendekat, kamu pun menghela nafas panjang. Rasa lelah terpancar dari wajahmu. Satu per satu, kamu mulai menanggalkan pakaianmu dan berbagai lapisan lainnya yang kamu pakai sehari-hari. Rasanya janggal, ucapmu saat itu.

Air matamu dan berbagai wujudnya. Datang tanpa ada yang tahu kapan dan dimana. Tangismu melegakan, dan diammu menenangkan.

Tidak banyak yang memahami kuatnya kamu. Bukan hanya semata sederetan pencapaianmu, karena semua orang memiliki itu.

Ketika bernafas saja terasa susah,

ketika menggapai lebih mengerikan daripada memberi,

ketika berdiri terasa menakutkan karena tidak ada pijakan,

ketika membuncah akan kebahagiaan menjadi keseharian,

di titik bawah kamu berdiri dengan buliran air mata yang jatuh ke pipimu yang panas,

mengerti bahwa kerap kali yang bisa dilakukan hanyalah menunggu dalam diam.

Kamu, yang kuat tanpa pretensi.

Perlahan kamu hapus air matamu dari wajah. Kamu dengan matamu yang sembab, tak lupa untuk kembali menyematkan senyum.

--

--