Deliberate Practice dalam UX Design

Mohammad Fachry
purwadhikaconnect
Published in
4 min readDec 19, 2019

Istilah deliberate practice pertama kali saya temui di sebuah buku berjudul Talent is Overrated. Buku tersebut mencoba mematahkan anggapan bahwa orang-orang dengan keahlian superior pada suatu bidang bisa muncul karena bawaan lahir (talent).

Buku karangan Geoff Colvin ini lalu menyinggung suatu konsep yang bisa digunakan orang-orang untuk mencapai superior performance. Konsep tersebut yang kemudian saya kenal dengan sebutan deliberate practice.

Deliberate practice berbeda dengan berlatih pada umumnya. Deliberate practice adalah latihan yang terstruktur, mencoba untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang ada pada suatu bidang, lalu berfokus secara terus menerus pada aspek-aspek tersebut.

Sebagai contoh, deliberate practice dalam menulis. Deliberate practice dalam menulis bukan berarti berlatih menulis secara terus menerus saja. Ada aspek-aspek yang harus dipikirkan juga ketika menulis, seperti vocabulary, struktur kalimat sampai penggunaan tanda baca. Lebih lanjut, deliberate practice dalam menulis juga bisa dilakukan dengan terus melakukan observasi terhadap tulisan-tulisan orang. Dengan berlatih menulis dan memperhatikan aspek-aspek tersebut, performance dan intelligence pun akan semakin terasah.

Menulis bukan satu-satunya bidang di mana deliberate practice bisa diterapkan. Apa pun keahlian impian Anda, deliberate practice akan selalu bisa digunakan untuk meningkatkan performa.

Artikel ini ingin memberikan tips dalam menerapkan deliberate practice pada bidang yang cukup populer saat ini, yakni UX Design. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa diambil:

Step 1 — Pahami peran dalam UX Design

Tahap pertama yang harus dipersiapkan adalah mengenali betul medan tempur dari UX Design; apa itu UX Design, kenapa UX Design bisa ada dan skillsets apa saja yang dibutuhkan oleh seseorang yang ingin menguasai UX Design.

Selain itu, perlu diketahui juga bahwa bidang ini memiliki berbagai macam spesialisasi, mulai dari yang melakukan riset (UX Researcher), merancang solusi (UX Designer), memikirkan struktur konten dan wording aplikasi (UX Writer) sampai yang mengurus estetika dari interface (UI Designer).

Selanjutnya, untuk menjadi seorang yang ahli dalam UX Design, ada beberapa skills yang harus dikuasai. Dari segi soft skills ada critial thinking, collaboration hingga empathy, sedangkan dari segi hard skills, ada kemampuan user research & analysis, wireframing serta prototyping & testing.

Step 2 — Belajar dari Konsep

Konsep pada suatu ilmu pengetahuan ibarat pondasi pada suatu gedung. Untuk membuat sebuah gedung terlihat kokoh, maka pengerjaan pondasi harus benar-benar dipikirkan secara matang.

Pola pikir seperti ini yang harus terus dipertahankan. Pengaplikasiannya dalam dunia UX adalah dengan memegang teguh sebuah metode berpikir yang disebut design thinking. Design thinking adalah sebuah cara berpikir seorang desainer dalam memahami masalah, dan menawarkan solusi dari masalah tersebut melalui 5 tahap, yakni empathy (berempati terhadap permasalahan yang ada), define (mendefinisikan masalah), idea (mengajukan possible solution dari permasalahan tersebut), prorotype (mewujudkan solusi tersebut) dan test (menguji seberapa jauh solusi tersebut dapat menyelesaikan masalah).

Mengulang secara terus menerus design thinking sangatlah berguna untuk memahami betul landasan berpikir seorang ahli UX Design. Terlebih, proses berpikir seperti ini mampu diaplikasikan dalam lingkup sehari-hari

Step3 — Cari ilmu gratis

Hidup di abad 21 merupakan sebuah keberuntungan. Dengan segala macam informasi dan ilmu pengetahuan yang tersebar di internet, kita bisa mendapatkan wawasan dengan lebih mudah.

Hal seperti ini tentu jangan sampai disia-siakan. Mengingat UX Design sudah menjadi tren beberapa tahun terakhir ini di Indonesia, konten terkait UX Design pun sudah tersebar dalam berbagai bentuk, mulai dari artikel, podcast sampai video.

Namun, jika ada satu ilmu terkait UX Design yang benar-benar insightful buat saya, maka itu adalah course Human-Computer Interaction dari Georgia Tech yang bisa diakses secara gratis melalui Udacity. Course yang terdiri dari 3 lessons tersebut begitu efektif dalam menjabarkan konsep dan practical skills terkait UX Design.

Step 4 — Perbanyak trivia seputar cara berpikir dan perilaku manusia

UX Design adalah proses pemecahan sebuah masalah yang berpusat pada kepentingan user-nya (human-centered design). Oleh karena itu, memahami betul misteri dari kehidupan manusia adalah hal yang krusial jika ingin memiliki superior performance di bidang UX Design.

Ada 2 bidang ilmu pengetahuan yang bisa dijadikan makanan sehari-hari untuk mendalami UX Design, yakni Psikologi dan Sosiologi. Psikologi adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari kebiasaan dan cara berpikir manusia, sedangkan Sosiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari bagaimana manusia hidup sebagai makhluk sosial. 2 bidang ini menjadi penting, karena ketika belajar seputar UX Design, kita akan beberapa kali bersinggungan dengan 2 cabang ilmu tersebut.

Untuk mendapatkan quick-guide terkait 2 bidang tersebut, channel Youtube Crash Course bisa menjadi pilihan yang tepat. Baik series video Psikologi dan Sosiologi masing-masing terdiri kurang lebih 40 video, di mana masing-masing video berdurasi tidak lebih dari 15 menit.

Step 5 — Latihan!

Setelah banyak mendapatkan informasi maupun insight terkait UX Design, langkah selanjutnya adalah melakukan banyak latihan. Ada banyak tempat untuk berlatih seputar UX Design, beberapa di antaranya seperti melakukan berbagai UX challenge yang tersedia di internet, atau membuat UX case study.

Jika bingung bagaimana memulai sebuah case study, cara paling gampang adalah dengan melihat platform yang ada sekarang, dan cari tahu apa yang bisa diimprove dari platform tersebut. Anda tidak perlu meminta izin pada platform tersebut untuk melakukan case study. Cukup berikan beberapa saran terkait apa yang bisa dikembangkan beserta alasannya yang berlandaskan design thinking.

Perlu diingat juga, latihan bisa dilakukan dengan membedah skill-skill UX Design yang belum begitu terlalu dikuasai, untuk lalu memfokuskan perkembangan pada skill tersebut saja. Misal, Anda belum begitu lihai dalam melakukan wawancara/interview responden. Berarti, Anda bisa mulai melatih hal tersebut dengan sering aktif bertanya dan mengajak ngobrol teman dekat atau orang random di jalan.

Itu dia beberapa tips menerapkan deliberate practice dalam menguasai UX Design. Catatan terakhir terkait artikel ini adalah: proses deliberate practice bukanlah proses yang bisa dinikmati dalam waktu singkat. Jadi, tahap terakhir yang tidak boleh dilupakan juga, adalah sabar.

Seorang yang dianggap memiliki superior performance pun membutuhkan waktu 10.000 jam atau sekitar 10 tahun untuk mencapai hal tersebut. Jika kamu masih muda, jangan sia-siakan waktumu!

Untuk kamu yang ingin belajar UI/UX Design, Purwadhika Startup & Coding School memiliki program Job Connector UI/UX design yang dapat kamu lihat di sini.

--

--