Mengenal Heuristic Evaluation dalam UX Design

Mabel Sekar
purwadhikaconnect
Published in
3 min readSep 6, 2019

Heuristic Evaluation (evaluasi heuristik) adalah metode penilaian kegunaan suatu produk digital yang bertujuan untuk memperbagus user experience. Proses ini dilakukan oleh ahli/evaluator UI/UX dengan upaya mendeteksi masalah yang ada pada fungsionalitas produk.

Identifikasi masalah dilakukan dengan membandingkan produk dengan prinsip-prinsip dasar tentang UI (disebut juga heuristics) yang dicetuskan oleh Jakob Nielsen dan Rolf Molich di tahun 1994. Meski teknologi terus berkembang, prinsip ini masih tercermin dalam produk banyak perusahaan sukses seperti Apple, Google, dan Adobe.

Sesuai dengan prinsip-prinsip Nielsen, beberapa hal yang akan dinilai adalah estetika, kontrol, dan efisiensi penggunaan produk. Tim penilai biasanya terdiri dari 5 evaluator, karena jumlah ini terbukti mampu menemukan sekitar 75% dari seluruh masalah kegunaan produk. Masing-masing evaluator harus memliki pemahaman yang mendalam tentang pembangunan produk digital dan berasal dari latar belakang terkait (UI/UX Design, Ilmu Komputer, Bisnis, HCI, dll.).

Evaluasi heuristik dapat dilakukan pada tahap apapun sepanjang proses desain interface. Tahap yang optimum adalah ketika sudah ada prototype yang dapat berinteraksi melalui klik, sehingga penggunaan produk sudah bisa disimulasikan secara terseluruh. Jika evaluasi dilakukan terlalu lambat dalam proses desain interface, mungkin masalah sudah banyak menumpuk. Saat sistem dibongkar ulang, upaya yang sudah dipakai membuat produk akan menjadi sia-sia. Jangan melakukan evaluasi terlalu dini juga, karena kesalahan trivial memang wajar ditemukan pada tahap awal desain.

Sejauh ini, mungkin sudah banyak yang penasaran — seperti apa sih, prosesnya?

Step 1: Definisikan Batasan Masalah

Lakukan evaluasi sesuai kebutuhan atau masalah yang ada. Apakah produk ini membutuhkan analisa menyeluruh? Jika waktu yang tersedia cukup singkat, fokus dari evaluasi tentu harus dibataskan pada beberapa masalah kegunaan (contohnya registrasi, checkout, dsb.).

Step 2: Kenali Kepentingan User

Tujuan utama dari proses ini adalah membuat produk yang ramah digunakan oleh user. Untuk itu, tujuan user harus dikenali — apa saja yang akan seorang user harapkan dari produk ini?

Salah satu cara mengetahui kebutuhan user adalah dengan melakukan interview atau riset terhadap user. Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seorang user, contohnya demografis dan usia. Tanpa User Research, kita hanya akan bisa berasumsi bahwa produk sudah memenuhi kebutuhan user yang sesungguhnya.

Step 3: Tentukan Heuristics yang Digunakan

Jabarkan prinsip-prinsip desain yang akan menjadi tolak ukur bagi para evaluator. Kesepuluh prinsip heuristics yang ditentukan oleh Nielsen dapat ditemukan di sini. Ini akan menjadi penting karena para evaluator akan melakukan penilaian secara mandiri satu sama lain.

Step 4: Susun Tahapan Evaluasi

Bersama para evaluator, diskusikan bagaimana dan sejauh apa produk akan ditinjau. Masalah-masalah yang dilaporkan nantinya akan diukur dengan skala severity (keparahan). Tingkat keseriusan masalah akan dinilai angka 0 sampai 4 (tidak bermasalah s/d sangat parah). Nantinya, nilai severity akan digunakan team desain untuk menyusun backlog, atau daftar tugas yang harus diselesaikan.

Contoh template laporan evaluasi heuristik bisa dilihat di sini.

Step 5: Ringkaskan dan Analisa Hasil

Di akhir proses, masing-masing evaluator akan menyerahkan observasi yang sudah dilakukan secara individu. Kumpulkan team desain agar hasil dapat dianalisa secara bersama. Bahas dan utarakan saran dan kritik yang membangun.

Untuk menambah wawasan, coba lihat contoh evaluasi heuristik dilakukan pada situs travel di sini.

Jika kamu ingin mempelajari UX Design lebih dalam lagi, Purwadhika Startup & Coding School memiliki program Job Connector UX Design yang dapat kamu lihat di sini.

--

--