Testing Manifesto Part 2

Fitri Zakiyah
QA Malang
Published in
2 min readFeb 16, 2019

Pada artikel sebelumnya (baca disini), sudah kami bahas bagaimana asal mula testing manifeso terbentuk, alasan mengapa testing manifesto dibutuhkan seorang QA dalam proses pengujian, dan point-point testing manifesto sendiri. Point-point yang sudah dibahas di artikel sebelumnya mencakup testing throughout over testing at the end, preventing bugs over finding bugs, testing understanding over checking functionality. Yuk simak kelanjutannya

Ohiya sebelumnya, kami ingatkan kembali point-point dari testing manifesto yaa..

https://www.luxoft-training.com/upload/medialibrary/da7/Agile_Testing_Manifesto_1.jpg

Pada artikel testing manifesto part 2 kali ini, kami akan melanjutkan pembahasan dari point-point yang belum terjabarkan di artikel sebelumnya, yaitu building the system OVER breaking the system dan team responsibility for quality OVER tester responsibility.

Membangun sistem

Di dalam proses testing, seorang QA akan melakukan positif test dan negative test. Mungkin ada beberapa dari kita yang merasa senang jika menemukan bug. Tidak bisa dipungkiri kalau seorang QA mampu memiliki pikiran jahat terkait fitur apa aja yang bisa ia temukan bugnya. Meskipun hal tersebut memiliki sisi menariknya, namun kita harus mengingat tujuan utama dari proses development itu sendiri, yaitu untuk menciptakan product yang berkualitas. Untuk itu seorang QA seharusnya memposisikan dirinya sebagai user, dan menilai product dari prespektif user sehingga dapat memberikan masukan terhadap developer.

Tanggung jawab team

Mengingat tanggung jawab seluruh tim untuk kualitas adalah prinsip dasar Agile. Beban dari kualitas product yang dibangun tidak semestinya dibebankan pada salah satu anggota saja. Misalnya ada bug yang baru ditemukan saat product sudah launcing, tidak semerta-merta tanggung jawab itu dibebankan pada seorang QA yang mungkin tidak teliti atas bug tersebut, bukan juga dengan membebankan developer. Namun setiap anggota tim bertanggung jawab berlandaskan kepemilikan bersama atas product yang dibangun. Seorang QA tidak dihadirkan untuk memberikan jaminan, seorang QA membantu memberikan analisis dan feedback dari pengujian. Melalui pola pikir peningkatan pada point testing manifesto di artikel sebelumnya (baca disini), maka semua anggota tim akan memiliki tanggung jawab akan kepemilikan product yang dibangun, dengan rasa kepemilikan tersebut akan menghasilkan kualitas yang lebih tinggi.

Demikian pembahasan dari point-point testing manifesto, dengan adanya testing manifesto ini diharapkan dapat membangun relasi baik antar tim, apalagi relasi antar developer dan QA yang selama ini memiliki sentimen buruk. Dengan demikian kualitas product dapat ditingkatkan tanpa mengurangi kerjasama baik antar tim dan meningkatkan kualitas testing dari seorang QA :).

Keep in touch:

--

--