Berbagi Kebahagiaan dengan Senyuman

Rahmanda Mulia
Qasir
Published in
4 min readMar 22, 2022

Hari itu aku terbangun dengan perasaan jelek. Udah beberapa malam kurang tidur, harus lembur, atau overtime sekarang orang-orang bilangnya. Deadline udah mepet banget mengakibatkan kita setim harus lembur hampir setiap hari, bahkan bekerja di hari libur. Walaupun kantor udah mengizinkan kerja remote atau work from home istilahnya sekarang, kita tetep diizinkan apabila ingin bekerja di kantor. Jadilah hari itu aku memutuskan untuk kerja di kantor, siapa tahu ada rekan kerja yang ada di kantor, lumayan bisa bersenda gurau memperbaiki mood.

Aku memutuskan untuk menggunakan ojek online karena lagi males banget nyetir. Tidak berapa lama setelah pesan, aku disapa oleh bapak-bapak paruh baya yang tersenyum lebar

“Kang Rey ya?”

“Muhun Kang”, jawabku sambil membalas senyumannya

Sepanjang perjalanan bapak tersebut menceritakan beberapa pengalamannya selama mengojek. Cerita-cerita kecil yang ia tuturkan diiringi dengan tawa, lumayan humoris orangnya, sedikit membawa keceriaan padaku pagi itu. Sesampainya ditujuan, sambil aku membuka helm dan menyerahkannya pada bapak itu, ia berkata “Hatur nuhun ya Kang, semoga lancar pekerjaannya, sukses” diiringi dengan senyumannya yang lebar. Aku menjawab doanya sambil ikut tersenyum juga, lalu aku masuk ke halaman kantor.

Disana aku disapa oleh beberapa satpam yang udah lumayan dekat, teman ngobrol ngalor ngidul kalo lagi ada waktu kosong. Sambil tersenyum lebar mereka menyapa.

“Eh Mas Rey, tumben ke kantor Mas pagi-pagi”

“Iya Pak, bosen di rumah. Enakan di kantor bisa sambil ngobrol-ngobrol”, jawabku sambil tersenyum.

Setelah selesai mengobrol di halaman kantor, akupun masuk ke dalam dan duduk di mejaku. Sambil mempersiapkan laptop dan monitor, tanpa sadar aku masih tersenyum. Tiba-tiba pagi itu mood aku berbalik 180 derajat, seolah-olah senyuman yang orang berikan padaku membuatku ikut tersenyum, dan aku jadi lebih bahagia karenanya.

“Sometimes your joy is the source of your smile, but sometimes your smile can be the source of your joy.” — Thich Nhat Hanh

Efek Tersenyum ke Otak

Ketika tersenyum, tubuh kamu melepas molekul kecil bernama neuropeptides yang berfungsi untuk mengabarkan ke seluruh tubuh kamu ketika kamu senang, sedih, atau marah. 3 jenis neurotransmitter juga terlepas ketika tersenyum, yaitu: dopamin, endorfin, dan serotonin yang menyebabkan tubuh kamu lebih rileks, dan mengurangi detak jantung dan tekanan darah. Endorfin juga berfungsi sebagai pengurang sakit alami, selanjutnya Serotonin yang dilepaskan berfungsi sebagai anti-depresan yang dapat memperbaiki mood kamu. Bahkan banyak obat-obatan anti-depresan yang bekerja dengan cara memengaruhi jumlah serotonin di otak.

Efek Tersenyum ke Orang Disekitarmu

Ketika kamu tersenyum, terutama dibandingkan apabila kamu cemberut, orang-orang melihatmu dengan pandangan yang jauh lebih baik. Sebuah studi yang diterbitkan Jurnal Neuropsychologia menjelaskan bahwa ketika melihat raut muka yang tersenyum bagian otak yang memproses sensory reward bernama orbitofrontal cortex menjadi aktif, ini mengindikasikan bahwa ketika kamu melihat orang tersenyum, kamu akan merasa dihargai.

Ditambah lagi dengan kemampuan senyuman untuk menular ke lingkungan di sekitarnya. Bagian dari otak yang bertugas mengatur senyummu ketika bahagia atau mengikuti senyum orang lain sama-sama berada di cingulate cortex, sebuah area respons otomatis alam bawah sadar. Dalam sebuah studi di Swedia, partisipan di berikan beberapa foto dengan emosi yang berbeda-beda: bahagia, marah, takut, dan terkejut. Ketika melihat masing-masing foto tersebut, partisipan diminta untuk cemberut. Namun, yang terjadi adalah ekspresi yang partisipan tersebut berikan sesuai dengan emosi di foto tersebut, yang tanpa partisipan tersebut sadari (alam bawah sadar). Ketika kita tersenyum pada orang lain, kemungkinan besar orang tersebut membalasnya dengan senyuman tanpa disadari. Kalo orang tersebut tidak membalasnya, mereka melakukan itu dengan disadari.

Setiap orang mempunyai kehidupan dengan segala persoalannya masing-masing. Kalau di atas langit masih ada langit, di bawah jurang masih ada jurang. Kita tidak bisa selalu mengetahui apa yang sedang orang lain hadapi, begitu juga sebaliknya kita tidak bisa berharap orang lain selalu mengerti apa yang sedang kita hadapi. Tapi hanya diawali dan bermodalkan senyuman, selain membuat diri sendiri lebih bahagia, kita juga dapat menularkan kebahagiaan tersebut kepada orang lain.

Referensi:

  1. Seaward BL. Managing Stress: Principles and Strategies for Health and Well-Being. Sudbury, Mass.: Jones and Bartlett; 2009:258.
  2. R.D. (2000). Neural correlates of conscious emotional experience. In R.D. Lane & L. Nadel (Eds.), Cognitive neuroscience of emotion (pp. 345–370). New York: Oxford University Press.
  3. Karren KJ, et al. Mind/Body Health: The Effect of Attitudes, Emotions and Relationships. New York, N.Y.: Benjamin Cummings, 2010:461.
  4. O’Doherty, J., Winston, J., Critchley, H. Perrett, D., Burt, D.M., and Dolan R.J., (2003) Beauty in a smile: the role of medial orbitofrontal cortex in facial attractiveness. Neuropsychologia, 41, 147–155.
  5. Sonnby–Borgström, M. (2002), Automatic mimicry reactions as related to differences in emotional empathy. Scandinavian Journal of Psychology, 43: 433–443.
  6. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/cutting-edge-leadership/201206/there-s-magic-in-your-smile

--

--

Rahmanda Mulia
Qasir
Writer for

Lagi belajar banyak tentang Agile Model. Kebiasaan Waterfall + Agile = Waterbending