Perjalanan untuk Berubah 1°

Vincentius
Qasir
Published in
2 min readSep 15, 2022
Photo by Pablo García Saldaña on Unsplash

Semua orang di luar sana melakukan perubahan-perubahan besar yang merubah hidup mereka secara drastis. Sedangkan yang saya ingin lakukan ini terlalu kecil. Mungkinkah sebaiknya tidak usah dilanjutkan saja? Apakah anggapan tersebut benar?

Jika hidup kita seperti garis lurus, perubahan yang mampu saya lakukan mungkin cuma berubah 1° saja. Tapi, seberapa besar perbedaan 1° itu? Saya mencoba menghitung dengan kalkulator online dan menemukan jawaban ini.

Saya membayangkan jalan hidup saya seperti segitiga sama kaki dan saya sekarang berada di titik (C). Saya ingin berubah. Perjalanan saya awalnya menuju titik (A), kemudian saya rubah menjadi titik (B). Tapi sebenarnya perubahan ini hanya 1° saja kok (β). Jadi, seberapa besar perubahan saya (l)?

isosceles triangle
Sumber: Wikimedia.org

Di awal ketika saya menjalaninya, pada 10 langkah pertama, perubahannya mungkin hanya berbeda 0,17 langkah. Apa artinya? Tapi tidak masalah, saya akan lanjutkan.

Genap sebulan perjalanan saya sampai di 1.000 langkah pertama. Perubahannya ternyata sudah 17 langkah, tidak buruk. Setengah tahun berjalan, saya sudah mencapai 100.000 langkah. Ternyata ada perubahan besar, titik (A) ke (B) sudah menjadi 1.700 langkah! Disini cukup sulit untuk mencoba melihat titik awal (A) tadi. Saya baru menyadari dan merasa bersyukur karena sudah mau konsisten untuk berubah, serta bisa merefleksi bagaimana jadinya saya, jika hari itu tidak mulai berubah.

Memulai perubahan tidak selalu mudah dan fantastis. Seperti seseorang yang bangun di pagi hari tiba-tiba berpikir, “Mungkin saya harus mulai berolahraga” atau “Saya perlu berhenti merokok.” Hal tersebut bisa membawa kita ke arah yang berbeda ketika kita benar-benar konsisten untuk menjalaninya.

Setelah memulai, hal selanjutnya yang sulit adalah menjaga perubahannya untuk tetap konsisten. Karena tidak seperti kondisi ideal, banyak hal membuat semangat kita patah atau ada prioritas lain yang membuat fokus kita hilang. Mungkin juga kondisi lingkungan yang kurang suportif membuat kita makin merasa sia-sia. Dari pengalaman pribadi saya, sekalipun di dunia kerja, jika memang lingkungannya suportif dan rekan kerjanya membangun, kita bisa sangat terbantu untuk berubah jadi lebih baik.

Saat ini saya bekerja di Qasir. Dari pemimpin hingga anggota tim dari divisi yang berbeda-beda semuanya sangat suportif. Ketika saya bertanya tentang perspektif satu sama lain untuk meningkatkan kualitas kerja di tengah kesibukan, mereka pasti akan menjawab dan suasana obrolan terasa menyenangkan sekalipun tidak bertemu secara fisik.

Jadi, mengapa harus meragukan atau meremehkan perubahan yang ingin dilakukan? 1° tetaplah 1°, bukanlah 0°. Sisanya tergantung pada konsistensi kita.

--

--