Yakin ‘Self Healing’?

Yansentahya
Qasir
Published in
9 min readApr 27, 2022

Sebuah pandangan subyektif tentang terminologi self healing yang lagi marak di masyarakat.

Suatu hari sepupuku update status di social media saat sedang di Bali.

Aku: Masih di Bali, lo?

Chacha: Belom balik nih, Kak.

Aku: Seriusan? Gokil juga.

Ketika chat berlangsung, ia sudah seminggu lebih di Bali.

Chacha: Gak ada duit buat balik :D

Aku: Wah enak dong. Lama jadinya di Bali :D

Chacha: Preeetttt. Stress iya, Kak :D

Chacha mungkin cuma salah satu dari begitu banyak orang yang aku temui, yang ke Bali berniat healing tapi malah berujung stress. Sebenarnya, apa sih yang salah dari sini?

“Liburan juga memberi kita kendali atas hidup kita,” jelas Howard Tinsley, PhD, profesor psikologi emeritus dari Universitas Illinois Selatan seperti dikutip WebMD. “Ini adalah elemen penting yang diperlukan untuk kebahagiaan, perasaan kontrol, kebebasan memilih. Liburan membiarkan kita mengendalikan hal-hal yang secara intrinsik menyenangkan dan hal-hal yang menyenangkan pada saat kita melakukannya,” Tinsley

Dari kutipan di atas kita bisa simpulkan, kalau liburan memang penting dalam keseharian kita. Namun liburan seharusnya disertai dengan kebebasan kontrol dan memberi hal-hal yang menyenangkan, bukan sebaliknya, malah menambah beban.

Hi, Sobat, bagaimana kabarnya di tengah pandemic yang hampir habis hayatnya ini? Semoga Sobat semua selalu dalam lindungan Tuhan dan selalu diberikan kesehatan dan pikiran yang selalu positif dalam beraktivitas.

Baru-baru ini ada info pemerintah berencana ubah status pandemi menjadi endemi (Kompas.com, 5 Maret 2022). Kalo pandemi sudah menjadi endemi, secara otomatis pelonggaran prokes akan terjadi dalam segala aspek kehidupan suatu negara, baik dari pendidikan, fasilitas umum, perjalanan mancanegara maupun domestik. Yang tidak kalah penting, pelonggaran pada tempat-tempat rekreasi, baik milik pemerintah maupun swasta.

Pelonggaran-pelonggaran ini akan kembali menggerakan perekonomian negara yang menuju kepada titik yang lebih baik karena tingkat konsumsi barang maupun jasa akan kembali normal — atau bahkan lebih baik lagi — dibandingkan dengan tingkat konsumsi sebelum pandemi Covid-19 diberlakukan. Eh, terlalu lebar pembahasannya, malah ke ekonomi negara, berasa ekonom yang baru lulus magang, ya :D

Nah, bicara pelonggaran yang sudah saya sebutkan di atas, pastinya ada terbersit dalam pikiran Sobat sekalian untuk mengagendakan beberapa rencana liburan baik bersama keluarga, teman kantor ataupun sama si ‘Doi’ yang udah merengek minta jalan-jalan :D. Ditambah lagi, dengan libur lebaran yang durasinya jauh lebih panjang dibanding tahun lalu. Ayo, pada mau kemana aja nih liburan panjangnya? Saya yakin pasti rencana liburan Sobat semua keren-keren punya. Tapi jangan lupa ya, liburan harusnya menyenangkan, jangan malah bikin stress kayak kisah sepupu saya di chat tadi.

Bicara soal healing, pasti teman-teman juga pernah lihat di beberapa status media sosial (Instagram, Facebook, Whatsapp, dll) teman ataupun sanak saudara kalian yang update status dengan caption “Healing dulu dahhhhh”, atau, “Mumeet di kantor, saatnya vacation gengsss”, atau “Jernihkan pikiran dengan liburan”, atau mungkin juga “Dunia ini nggak hanya seluas meja kerja. Kamu harus ambil cuti untuk liburan segera”. Bahkan ada yang sampai mengutip caption orang-orang luar “Pekerjaan mengisi sakumu tetapi petualangan mengisi jiwamu — Jamie Lyn”, dan masih banyak lagi contoh-contoh caption yang kadang-kadang bisa membuat kita iri (entah mau ikut liburan juga atau memang karena lagi ngirit buat ngajakin doi nikah :D ).

Kalo dilihat dari contoh-contoh caption di atas, saya sebenarnya setuju kalau dikatakan liburan/vacation adalah salah satu cara untuk penyembuhan/healing dalam kehidupan ini yang disebabkan oleh dunia kerja yang kita jalanin hampir setiap harinya. Nah ini pandangan sempit saya saja ya terhadap caption-caption liburan di atas. Namun kalau sudah menggunakan terminologi ‘self healing’, ini yang harus kita luruskan bersama-sama.

Sebenernya ‘self healing’ itu apa ya?

Menurut psikolog klinis Veronica Adesla, healing adalah termin untuk penyembuhan atau pemulihan secara general. “Healing bisa dilakukan sendiri atau oleh tiap individu maupun dibantu oleh profesional”. Terkait istilah “healing” yang kerap dipakai orang-orang di media sosial, Vero mengatakan, liburan bisa saja menjadi tindakan self healing, namun ada syaratnya.

“Bisa saja liburan menjadi self healing kalau misalkan aktivitas yang dilakukannya selama liburan tersebut memang membantu yang bersangkutan untuk memulihkan dirinya dari kelelahan fisik maupun mental yang mungkin sedang dialami.”

Jelas sekali apa yang dipaparkan olehnya mengenai ‘self healing’ bertujuan untuk memulihkan diri dari kelelahan fisik maupun mental yang ujung-ujungnya untuk meningkatkan kebahagiaan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru yang menyatakan indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia naik, Senin 3 Januari 2022. Berdasarkan data BPS, indeks kebahagiaan Indonesia dari tahun 2017 ke 2021 meningkat 0,8 poin, meski di tengah pandemi. Apakah Sobat ada dalam angka indeks kebahagiaan yang meningkat 0,8 poin di atas, atau malah sedang tidak bahagia?

Coba ditelaah kembali ketika Sobat melakukan liburan sebagai bentuk self healing di kala mumet di kantor. Jangan-jangan Sobat malah tidak bahagia seperti contoh pengalaman saudara saya di atas? Atau jangan-jangan Sobat hanya menjauh sejenak dari dari tugas-tugas di tempat kerja, yang ujung-ujungnya malah bikin kepala makin mumet setelah liburan usai?

Kalau Sobat pernah mengalami hal ini, yuk simak beberapa tips singkat yang mungkin bisa kita terapkan sebelum menjalankan liburan atau self healing untuk mendapatkan kebahagiaan:

1. Jadwalkan liburan kamu

Dalam hal liburan yang dimaksud adalah liburan yang mungkin memakan waktu yang mungkin bukan sehari atau dua hari dan mungkin saja Sobat ada yang ingin berlibur ke luar pulau ataupun ke luar negeri tentu itu dapat memakan waktu 1 minggu lebih. Itu artinya sobat butuh mempersiapkan liburan dengan “bijak”. Maka dari itu penjadwalan liburan perlu kita terapkan. Salah satu manfaat dari penjadwalan liburan jauh-jauh hari yaitu memotong biaya transportasi jika kita menggunakan moda transportasi umum seperti harga tiket pesawat kemungkinan jauh lebih murah dibandingkan jika kita membelinya di saat perjalanan.

2. Buatlah rencana perjalanan

Sebuah perencanaan menjadi salah satu hal penting dalam aspek kehidupan kita, begitu pula dengan perencanaan perjalanan (liburan) kita. Sobat gak mau kan ketika sudah sampai pada waktunya dan sudah sampai di lokasi liburan tapi Sobat tidak melakukan apa-apa. Jangan sampe liburan 4–6 hari hanya foto berangkat dan foto pulang dan sisanya hanya tiduran, makan, mandi dan stalkingin social media sampe malam dan tidur, lalu bangun pagi udah gitu-gitu aja — udah. Jangan sampe ya, Sobat :D.

Perencanaan ini dirasa sangat perlu mengingat jika kita berlibur tampa perencanaan itu akan berdampak juga kepada pengeluaran (uang) yang tidak terkontrol dan pada akhirnya selesai liburan kita bisa “gali lobang tutup lobang” karena tidak ada perencanaan dari sisi budget (biaya) liburan. Waktu liburan kalian sangat berharga, maka rencanakanlah perjalanan kamu sebaik mungkin atau bahkan bisa menjadi inspirasi bagi rekan-rekan kerja Sobat di kantor.

3. Jadwalkan cuti di kantor lebih awal

Hal ini juga ngak kalah penting loh Sobat, kadang-kadang rencana perjalanan (liburan) kita bisa gatot alias gagal total. Udah mimpi siap-siap mau liburan dan cuti sampe cerita-cerita ke sejagat kantor, tau-taunya pas mau ambil cuti dan ijin ke atasan ternyata slot cutinya harus diundur karena sudah dipakai oleh rekan kerja satu tim. Ibaratnya rejeki, siapa cepat dia dapat :D

4. Selesaikan deadline pekerjaan di tempat kerja

Nah, setelah sobat sudah dapat jadwal cuti yang sah, pastikan deadline pekerjaan/projek di kantor bisa diselesaikan sebelum tanggal cuti ya, Gengss. Apapun itu dalam pekerjaan, baik plan harian, mingguan atau bahkan sampai bulanan. Sobat gak mau kan, tujuan liburannya untuk self healing (kebahagiaan) terhapus dalam satu beberapa menit saja ketika tiba di tempat kerja karena deadline-nya menumpuk karena kita tinggal liburan apalagi rekan se-tim tidak menyelesaikan pekerjaan yang yang sudah kita delegasikan dengan baik.

5. Menabung untuk liburan

Bener banget ada istilah UUD, Ujung-Ujungnya Duit a.k.a UANG. Sobat sekalian, ini yang paling penting dari contoh chat yang saya tunjukan di atas, kebanyakan orang mengeluh “bokek” setelah melakukan liburan dalam waktu yang panjang.

Secara otomatis jika dia tidak bersyukur akan keadaan itu (bokek) maka dia tidak akan bahagia. Nah, menabung adalah salah satu kunci penting dalam berlibur yang benar-benar akan membuat kita bahagia. Jangan sampai Sobat hanya untuk sekedar untuk eksis di sosial media tapi pulang-pulang liburan pinjam uang kanan-kiri karena uang gajian (untuk biaya harian) habis terpakai untuk liburan.

Lalu bagaimana cara dan berapa uang yang harus ditabung, nanti saya lanjut ya di artikel selanjutnya Tips Menabung untuk Berlibur. Oh iya Sobat, ini tidak berlaku ya bagi mereka yang berstatus crazy rich :D

Self healing dengan hemat

Sobat, sebenarnya untuk melakukan self healing tidak harus mahal lho. Yang terpenting kita bisa keluar sementara dari keadaan tempat ataupun suasana kerja dan mungkin saja tidak kondusif lalu membuat stress. Pokoknya tujuannya memulihkan mental atau kembali menambah ‘imun kebahagiaan’ dalam diri kita baik secara fisik maupun jiwa.

Berikut tips aktivitas yang dapat mengganti liburan/vacation yang memakan biaya banyak:

1. Melakukan kegiatan positif

Membaca, menyanyi, fotografi, bersepeda, olahraga secara kelompok (seperti futsal, basket) maupun pribadi, hobi ikan hias, tanaman hias, melukis adalah Sebagian kecil dari aktivitas positif yang dapat sobat lakukan untuk menggantikan ‘self healing mahal’ menjadi lebih murah bahkan hampir tidak berbiaya.

Karena melakukan olahraga ataupun rutinitas positif (hobi) lainnya dapat memicu pelepasan hormon dopamin, senyawa yang membuat kita merasa bahagia atau senang. Ketika tubuh bergerak, seperti melompat berlari dan bermain, tubuh akan secara alami juga melepaskan endorfin. Karena tubuh melepaskan dopamin dan endorfin, kadar kortisol atau lebih dikenal sebagai hormon stres juga akan berkurang dengan kita melakukan aktivitas positif di atas.

2. Berbincang dengan teman kantor

Kadang kondisi mumet berujung stress yang terjadi pada saat kita melakukan kesibukan di tempat kerja dapat diakibatkan dengan minimnya kita berkomunikasi dengan rekan sekerja kita (baik mengenai pekerjaan di kantor maupun di luar pekerjaan).

Karena itu cobalah berbicara dengan rekan kerjamu. Hal ini dapat meningkatkan empati kita terhadap rekan setim tentang kondisi rekan kita di luar pekerjaan yang nantinya akan meningkatkan kekompakan dalam bekerja (sesama tim) dan dapat mempermudah kesulitan-kesulitan yang kerap terjadi. Beruntung di dalam program Qasir untuk PanduJuang ada aktivitas yang namanya “1 on 1” session yang memungkinkan semua PanduJuang berbincang satu sama lain baik dengan atasan maupun dengan rekan setim di bawahnya.

Sebuah studi terbaru dari London School of Economics menemukan bahwa kunci kebahagiaan adalah memiliki kesehatan raga dan jiwa serta hubungan sosial yang baik. Dua faktor ini bahkan lebih menyenangkan dibanding menerima pendapatan sebanyak dua kali lipat. Studi ini berkaitan jelas dengan tips nomor satu dan dua.

3. Rutinitas ibadah pribadi

Dengan melakukan ibadah rutin secara pribadi dapat diartikan juga kita meluangkan waktu secara pribadi dengan yang Maha Kuasa, di dalamnya ada sikap pendewasaan diri dalam menanggapi apa yang sedang terjadi karena kita mempunyai sikap berserah kepada yang Maha Kuasa.

Hal ini juga memungkinkan anda melakukan meditasi secara pribadi dengan diri sendiri kepada Tuhan dengan beberapa manfaat yang dapat kita rasakan seperti sikap berdamai dengan diri sendiri maupun menerima keadaan yang sedang dijalanin (sepahit apapun itu) sehingga tidak membuat kita menjadi stress.

4. Konseling dengan ahlinya

Cara terakhir adalah meminta bantuan pada orang yang memang sudah ahli di bidangnya. Sobat bisa mengunjungi psikolog atau konselor untuk berkonsultasi. Minta bantuan pada mereka untuk melepaskan diri dari rasa lelah akibat emosi (entah dalam pekerjaan, keluarga ataupun hubungan asmara) yang berujung pada stress.

Hal ini akan sangat membantu mengingat mereka adalah orang ahli dan tahu mengenai apa saja yang harus dilakukan. Beruntungnya di Qasir para pandujuang mendapatkan fasilitas ini secara gratis, dengan TIPS (Tumbuh insight Psikocenter) memungkinkan semua PanduJuang yang ada di Qasir melakukan konseling dengan secara berkala di kala mumet dan stress menghantui, termakasih Qasir 😊

Sekarang pilihan ada pada sobat, di kala mumet menghampir dan stress merajalela didalam kepala mau pilih self healing yang memakan waktu juga biaya atau self healing yang dapat dijadikan rutinitas dan minim biaya.

Pilhan ada pada sobat, apapun pilihannya jalanin semua dengan rasa syukur dan dengan penuh tanggungjawab baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan di mana kita berada. Mengutip quote Carlos Castaneda. “Happines is an attitude. We either make ourselves miserable, or happy and strong. The amount of work is the same.

Kebahagiaan adalah sikap. Kita yang membuat diri sengsara, atau bahagia dan kuat. Jumlah pekerjaannya sama.

God bless 😉

--

--