Sunday Neurosis

Mohammad Salman Subki
Rehat Sejenak
Published in
3 min readMar 7, 2020

Bagi sebagian orang, hari Minggu adalah hari ‘surga’ dimana kita bisa menghabiskan waktu ‘sepuasnya’. Olahraga pagi, bepergian bersama teman/keluarga, Netflix and chill, menikmati coklat hangat di sore hari hingga menikmati malam bersama bintang dan rembulan (ha ha ha). Hari Minggu merupakan representasi kebahagiaan seseorang, hari dimana kalian bisa melepaskan stress dari hari-hari sebelumnya. Dalam Islam, hari Minggu/Ahad (bhs. Arab, Ahad = Satu / Kesatu) adalah hari yang baik untuk menanamkan kebaikan, karena pada hari Ahad Allah memulai menciptakan dunia dan membangunnya. Bagi umat Kristen, hari Minggu identik dengan Hari Tuhan dan hari kebangkitan, selain hari peristirahatan dan hari untuk beribadah. Oleh karena itu hari Minggu adalah salah satu hari yang istimewa jika dibandingkan dengan hari yang lainnya.

Tapi, pernahkah kamu merasakan tidak bahagia di hari Minggu? Merasa insecure di hari Minggu mungkin adalah sebuah keanehan, karena biasanya hal itu terjadi pada hari Senin atau Selasa, yang baru-baru ini dinobatkan sebagai The Most Stressful Day. Namun, studi terbaru menyatakan bahwa seseorang bisa mengalami gejala yang disebut dengan Sunday Neurosis. Apa itu Sunday Neurosis? Sebagai mana dikutip dari buku Man’s Search for Meaning karya Viktor E. Frankl :

“Sunday neurosis, that kind of depression which afflicts people who become aware of the lack of content in their lives when the rush of the busy week is over and the void within themselves becomes manifest.”

Neurosis adalah istilah yang merujuk pada gangguan jiwa jangka panjang yang berhubungan dengan pikiran, namun seseorang tersebut masih bisa melakukan aktivitas selayaknya orang lain tanpa terlihat bermasalah. Sunday Neurosis lebih tepatnya adalah gejala frustasi setelah melewati satu minggu yang sibuk dan setelah itu merasakan kehampaan dalam hidup.

Profesor asal University of Hamburg, Wolfgang Maennig, mempelajari data yang ia ambil menggunakan sampel 34.000 pekerja asal Jerman mengenai tingkat kepuasan hidup seseorang terhadap waktu. Ia menemukan fakta bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia memilki tingkat kepuasan hidup lebih rendah pada weekend(akhir pekan) dibanding hari biasa. Selain itu waktu akhir bulan juga menunjukkan bahwa seseorang memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah.

Orang dengan pendidikan tinggi cenderung memikirkan karir dibandingkan pekerjaannya. Pekerjaan lebih dititikberatkan pada ‘menghasilkan uang’, sedangkan karir lebih mengacu pada ‘pengembangan’, ‘memikirkan masa depan’ dibandingkan hanya ‘menghasilkan uang’. Orang berpendidikan tinggi memerlukan investasi energi dan waktu yang lebih sehingga itu mempengaruhi pikiran mereka. Kecemasan akan hidup semakin meningkat pada akhir pekan karena mereka harus memikirkan apa yang harus mereka lakukan pada minggu berikutnya, atau hal ini bisa dipengaruhi oleh kecemasan sejak masa kecil yaitu takut akan datangnya hari Senin. Lingkungan kerja (atau lingkungan belajar bagi mahasiswa) yang berat juga bisa dijadikan salah satu penyebab dari Sunday Neurosis, karena seseorang terus memikirkan tentang dirinya sendiri agar bisa bertahan di lingkungan tersebut.

Kita juga bisa mengetahui sendiri bahwa orang dengan berpenghasilan rendah mungkin lebih berkutat pada masalah finansial mereka. Sedangkan orang dengan berpenghasilan tinggi (bisa dikaitkan dengan berpendidikan tinggi) tidak perlu lagi memikirkan tentang uang, mereka memiliki masalah yang lebih ‘eksistensial’, sehingga dengan mendapatkan uang saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah mereka. Selain itu orang yang termotivasi oleh uang cenderung kurang bahagia dibandingkan orang yang termotivasi oleh penghargaan tak berwujud. Studi juga menunjukkan bahwa orang yang menjadi relawan adalah beberapa orang yang paling bahagia di sekitarnya.

Pendidikan bukanlah hal yang bisa disalahkan. Hal yang perlu ditekankan disini adalah bagaimana kita harus memanage diri sendiri agar tidak jatuh ke jurang depresi dan terus menerus memikirkan hal yang dapat menghancurkan pikiran kita. Kita harus relax. Kalaupun sudah berantakan, tenanglah, atur dari awal. Kita bisa meminta bantuan dari orang-orang terdekat dalam hidup kita.

Satu minggu yang sibuk memang sangat melelahkan. Namun hal itu terjadi pada semua orang, bukan hanya terjadi pada kita seorang. Kalian harus ‘menghargai diri sendiri’ setelah melewati satu minggu yang berat itu. Hibur dirimu sendiri dengan kegiatan yang menyenangkan, jangan sampai weekend kalian terbuang begitu saja. Setidaknya kalian harus break sebentar untuk menikmati waktu senggang sebelum menjalani satu minggu selanjutnya.

Selamat menikmati hari Minggu, kawan!

--

--