Mengapa kita perlu pergi ke Mars?

PWK KMPN ITB
Rekon
Published in
6 min readOct 18, 2020
(Sumber: advancedtech.airliquide.com)

That’s one small step for a man, one giant leap for mankind.

Di atas adalah kutipan dari Neil Armstrong, diucapkan saat ia melakukan langkah pertamanya, di Bulan. Ya, di Bulan. Objek angkasa berjarak ratusan ribu kilometer yang kita sering jadikan simbol cinta yang romantis.

Gambar ini mungkin tidak asli tapi moon landing ‘tuh’ beneran terjadi ya! (Sumber: foxbusiness.com)

Tahunnya adalah 1969. Riset bertahun-tahun, biaya puluhan milyar dolar amerika, keringat kerja keras ribuan orang menghasilkan satu hal: langkah pertama, di dunia yang sama sekali baru (serta sampel batu-batuan yang diambil untuk diteliti). Peristiwa ini, pendaratan manusia pertama di Bulan, selanjutnya dikenal sebagai peristiwa yang besar. Inspirasi untuk anak muda, motivasi untuk ilmuwan dan engineer. Generasi muda ketika peristiwa ini terjadi menjadi generasi yang optimistis, mengetahui adanya harapan untuk sesuatu yang baru dan misterius yang bisa ditemukan. Mengetahui bahwa ada sesuatu yang jauh dan sulit, namun bisa dicapai. “We still talk about the Apollo program as — ‘If we can put a man on the Moon by the end of a decade, of course, we can do A, B and C.’ Even I use that,” ucap Eileen Collins, pensiunan Astronot NASA.

Nenek moyang manusia sedang ‘gabut’, jangan ‘salfok’ (Sumber: theconversation.com)

Rasa penasaran, dan jiwa penjelajah sudah pasti mengalir di darah manusia. Selain Misi Apollo 11 yang telah diceritakan, ambil cerita dari sekitar 70,000 tahun yang lalu. Nenek moyang manusia hidup damai. Makanan tercukupi¹, banyak teman. Tidak ada deadline Take Home Test atau UTS. Hidup tentram, serasa santai di pantai. Namun, daripada duduk sambil goyang kaki dan melihat ­sunset yang sama setiap hari, nenek moyang kita memikirkan ide lain. “Afrika bosen ya, ke Eropa kuy!” Di tahun-tahun selanjutnya, nenek moyang kita pun pergi menjelajah daratan baru. Nenek moyang mejelajah Bumi, tanpa tahu apa yang akan mereka temui. Peristiwa ini selanjutnya mengawali semua hal hebat yang manusia lakukan. Listrik, pesawat terbang, sampai komputer dan internet bermula dari sini. Ini adalah awal mula bagaimana manusia bisa “mendominasi” Bumi daripada koala atau nyamuk.

Jadi, ya. Manusia, aku dan kamu. Mau ataupun tidak. Sadar ataupun tidak. Kita adalah penjelajah,. Petualang. Kita mendaki gunung yang menjulang tinggi, berlayar dan menyelami samudra yang luas dan dalam, sampai meneliti Arktik yang dingin dan penuh tantangan. Rasa ingin tahu dan jiwa eksplorasi mengalir dalam darah kita.

Kenapa Mars?

Penggemar kartun Upin & Ipin familiar dengan gambar ini (Sumber: en.wikipedia.org)

Di tata surya kita terdapat 8 planet, 7 bila Bumi tidak dihitung, dan 1 bintang. Jadi, kenapa harus pergi ke Mars?

Manusia belum bisa menciptakan wahana yang cukup cepat untuk pergi ke planet yang jauh dalam waktu singkat seperti ke Uranus. Selain itu, semakin jauh jaraknya dari Matahari, semakin dingin temperatur planet tersebut. Terlalu dingin untuk bisa dijelajahi manusia. Di sisi lain, kita tidak bisa mendarat di Jupiter karena tidak ada permukaan disana. Bisa dibilang, Jupiter hanyalah setumpuk debu di angkasa yang dingin dan gelap.

Venus sempat disebut sebut sebagai kembaran Bumi. Bersebelahan dengan bumi, massa dan gravitasi Venus tidak jauh berbeda dengan Bumi. Namun, temperatur dan tekanan udara di Venus terlalu tinggi dan tidak memungkinkan untuk mengirim wahana atau bahkan manusia kesana. Hal ini berlaku juga untuk Merkurius.

Jadi, dibandingkan dengan planet lain di tata surya. Mars memiliki kondisi yang paling ideal untuk manusia jelajahi. Ilmuwan sudah tahu bahwa pernah terdapat air di Mars. Sekitar seperlima bagian Mars pernah tertutupi air. Kita semua tahu bahwa syarat paling mendasar untuk terbentuknya kehidupan adalah air. Selanjutnya adalah memastikan jawab pertanyaan, pernahkah ada kehidupan di Mars?

Pergi ke Mars, dapat apa?

1. Mengetahui asal usul kehidupan

Hal ini bisa dilakukan dengan mengetahui bukti kehidupan di Planet Mars. Ini akan menjadi sesuatu yang besar untuk manusia karena kita bisa selanjutnya dapat memahami lebih baik tentang bagaimana kehidupan terbentuk, bagaimana planet berevolusi, dan kemungkinan sampai bagaimana asal-usul kehidupan. Asal usul kita. Pertanyaan yang telah manusia tanyakan sejak awal eksistensinya.

2. Mempercepat kemajuan teknologi

Terobosan baru di satu bidang selalu diiringi dengan terobosan di bidang lain. Penemuan baru biasanya dapat berguna tidak hanya di satu bidang. Contohnya adalah algoritma yang astronom NASA kembangkan untuk mendapat informasi dari foto Teleskop Hubble yang buram, ternyata berguna untuk dokter dalam mendeteksi kanker payudara dari gambar x-ray.

Bayangkan saja bila kita menargetkan untuk mengirim manusia ke Mars. Berapa banyak dan seberapa maju teknologi yang perlu dikembangkan. Lalu, bayangkan bagaimana selanjutnya teknologi tersebut bisa meningkatkan kualitas hidup kita bila diaplikasikan ke banyak bidang. Manusia perlu “target” untuk dilakukan supaya dapat berkembang lebih cepat. Dalam hal ini, mengirim manusia ke Mars adalah “target” yang tepat untuk mengembangkan teknologi di banyak bidang.

3. Inspirasi generasi muda

Kita semua pasti setuju bahwa generasi yang baik bukanlah generasi yang kerjanya hanya scrolling Instagram dan berdebat di kolom komentar posting-an kontroversial. Membuktikan kepada generasi muda bahwa pergi ke Planet Mars adalah sesuatu yang bisa dilakukan dapat memberi harapan baru selain memperdebatkan mana yang terbaik antara Android dan iOS (yang pasti bukan Android).

Pergi ke Mars dapat menginspirasi generasi muda untuk menjadi insinyur, ilmuwan, sampai matematikawan. Mungkin dapat membuat wajah dari profesi tadi lebih menarik dan tidak membosankan. Memberikan harapan bahwa masa depan yang mereka tuju adalah masa depan yang menarik dan menantang. Seperti pendaratan di Bulan menginspirasi generasi Eileen Collins, pergi ke Mars dapat memberikan Gen Z nilai-nilai baru untuk dipegang dan dihidupi.

Pasti lehernya pegal (Sumber: visitlodi.com)

Ibaratnya, Mars adalah gunung baru yang bisa kita jelajahi. Samudra baru untuk kita layari. Arktik baru untuk kita teliti. Ada satu objek misterius yang belum kita sepenuhnya tahu di depan mata kita dan pergi kesana merupakan satu hal yang bisa kita lakukan. Hal lain yang bisa kita dilakukan adalah diam di tempat yang sama bertahun-tahun, berpura-pura bahwa semuanya akan baik-baik saja, sambil menebak-nebak kapan kita akan punah.

Nitty gritty detail tentang sains dan rekayasa (engineering) memang penting. Bekerja, berpikir dan berusaha memang penting. Namun yang lebih penting adalah kemana? Kemana kita mau menujukan semua itu. Untuk apa (atau siapa) kita mau mengabdikan keringat kita? Meski terdengar terlalu besar dan fanatik, penulis berharap setidaknya tulisan ini dapat setidaknya sedikit memberi arahan untuk jawaban pertanyaan barusan. Karena penulis pribadi mengharapkan masa depan yang optimistis untuk hidup. Masa depan yang menarik dan seru, serta sulit dan menantang.

“I think fundamentally the future is vastly more exciting and interesting if we’re a spacefaring civilization and a multiplanet species than if we’re or not. You want to be inspired by things. You want to wake up in the morning and think the future is going to be great. And that’s what being a spacefaring civilization is all about.” –Elon Musk

Penulis: Daffa’ Alexander (AE ‘18)

Footnotes

1. Sebetulnya ada yang bilang bahwa alasan nenek moyang kita migrasi dari Afrika adalah karena kekurangan makanan. Namun, supaya ceritanya asyik gapapalahya.

Referensi

https://www.businessinsider.com/5-undeniable-reasons-why-humans-should-go-to-mars-2015-4?r=US&IR=T

https://www.forbes.com/sites/alexknapp/2019/07/20/apollo-11-facts-figures-business/#865d99633771

https://www.wkbw.com/news/national/how-the-moon-landing-inspired-the-next-generation-of-astronauts-to-continue-making-history

--

--