Travel photography — telling stories

skinnymonkey
renaldiahmad
Published in
6 min readOct 8, 2017

okay, yang bakal saya share disini berdasarkan pengalaman pribadi, banyak nanya sama temen temen fotografer, dan googling.. lalu saya compile semuanya lewat tulisan ini. beberapa poin ini yang selalu jadi concern dan saya perhatikan setiap kali traveling atau cuma sekedar photowalk bareng temen temen, apa yg bakal saya share disini adalah apa aja sih yang harus disiapin?

saya berasumsi kalo kalian yang membaca ini udah pada tau soal teknis kamera and the rules of composition in photography, karena saya yakin mostly the one who read this are instagrammer, yekan? so i wont talk about shutter speed, iso, diagfragma, focal lenght, etc.

Preparation

so just like the photo said, destination research, shotlist, gear, and more information, semakin banyak informasi tentang destinasi yang akan kamu tuju semakin oke, kamu jadi lebih tau harus ngapain, harus gimana, harus kemana. okay so lets breakdown those points!

destination research — cari info sebanyak mungkin mengenai destinasi yang bakal kamu tuju, budayanya, kuliner, hangout places, the people, ada berapa banyak titik wisata di kota itu dan kira2 wisata mana saja yang bakal kamu datengin, dan jangan lupa transportasi sama penginapan. dengan melakukan research tadi, kamu jadi bisa mengatur itinerary, budgeting plan, dan berapa lama kamu akan berada di destinasi kamu itu.

shot list — nah ini menurut saya penting ga penting sih, to be honest.. saya kalo lagi traveling ga terlalu mikirin poin yang ini, i am more to a spontaneous person and i always let everything go with the flow.. ya jalan aja gitu. tapi kalo saya traveling untuk urusan kerjaan, nah shot list ini sangat membantu, selain udah punya gambaran mau ambil foto apa, shot list juga cukup efektif untuk urusan time management disaat saya harus ambil foto di beberapa tempat dalam satu hari, taking photos based on your shot list and then move to another spot. jadi kamu cuma akan ambil foto yang diperlukan saja. so, bikin shot list berdasarkan research yang udah kamu lakukan sebelumnya, it helps a lot, seriously.

gear — nah untuk gear, kalo kamu memang cuma sekedar traveling atau liburan, bukan untuk photo assignment, saya sarankan sih bawa gear se-simple mungkin dan se-compact mungkin. biar ga ribet, nah saya prefer bawa kamera mirorrless than dslr, selain bentuknya yang kecil, fitur yang tertanam di kamera mirorrless juga udah share-able sama smartphone (meski ada beberapa tipe dslr yang udah punya fitur sama) jadi kamu bisa langsung transfer hasil fotomu langsung ke hp, ah udah pada tau kali yaa? well intinya sebisa mungkin bawa gear seperlunya aja, kalo saya biasanya bawa mirrorless, dua lensa (wide lens, and telephoto lens), sama hp, udah!

Rules of third

nah sekarang kita bicara komposisi. rule of third adalah salah satu prinsip komposisi dalam fotografi yang paling populer buat mereka yg suka jeprat jepret, aturan komposisi ini menjadi pondasi bagi keseimbangan elemen foto sehingga secara keseluruhan foto tampak lebih enak dilihat. ini adalah yg selalu saya perhatikan, soalnya dengan mengacu kepada rule of third, saya bisa jadi lebih kreatif untuk mengatur komposisi foto, penempatan main object, foreground, background, dll.

Pada rules of thirds, bidang foto dibagi menjadi tiga bagian sama besar baik secara vertikal maupun horisontal sehingga anda memiliki 9 area yang sama besar. semua kamera digital ada fitur ini tinggal cari di menu or camera setting (biasanya dinamain grid, ada yang 9 dan 16, saya biasa pake yang 9) bahkan di smartphone juga udah ada fitur ini. intinya, untuk memudahkan mengatur komposisi foto, rules of third adalah landasan. meski kadang disaat momen itu datang dan kita butuh ambil foto dengan cepat, kadang kita ga ada waktu untuk mikirin komposisi, yang penting momen nya dapet, dan cerita tersampaikan. ini juga sah sah saja, tapi untuk menjadi kreatif dengan mendobrak aturan yang ada, sebelumnya kamu harus tau dan mengerti dulu soal aturan nya toh? (iyain aja biar cepet!)

Leading lines

Leading line adalah sebuah garis dalam gambar yang membimbing mata kita menuju pada fokus pada sebuah gambar. begitu pula dalam fotografi, leading line biasanya akan menuju pada sebuah point of interest yang ditunjukan dalam foto tersebut. ada banyak banget yang bisa kamu jadikan leading line disaat ambil foto, jalanan, pagar, garis pantai, atau apapun yang akan membimbing mata kamu menuju point of interest tanpa mengesampingkan rules of third.

Photographing landscape

Insert life — pantai, hutan, alam, atau cityscape adalah beberapa yang masuk kategori landscape. ada yang bilang kalo foto landscape kurang menantang, karena foto landscape itu cuma copy paste dari keadaan sebenarnya ke dalam bentuk foto (katanya), nah biar foto landscape kamu lebih bercerita, gunakan objek atau model di foto landscape mu biar ngga terlihat flat dan lebih bercerita. seperti aktivitas pantai disaat sunset kayak foto di atas, menjadikan satu objek atau model sebagai point of interest, bisa benda mati atau orang (gebetan yang disuruh pose jadi model misalnya, atau kalo kamu jomblo mah pake tripod aja, atur komposisi, setup timer, pose deh!)

Scale — nah ini ga kalah penting, in fact there are many landscape photographer yang berpegang sama prinsip ini untuk menunjukan luas, besar atau kecil nya satu bangunan, tinggi atau pendeknya pohon misalnya. jadi foto landscape akan lebih bercerita dan pesan yang kuat.

Photographing people

candid shot vs personal approach — ini poin yang menarik sih untuk dibahas, kalo udah berkeliaran hunting photo street, people, portrait, kamu lebih condong yg mana? kalo lagi photowalk atau hunting di kota, landmark, atau kata anak2 sekarang mah “nyetrit”.. saya lebih suka ambil foto candid, selain kemampuan berkomunikasi yang kurang dan gasuka basa basi, males aja gitu kalo harus ijin sama orang buat difoto, lain cerita kalo emang lagi jalan jalan urusan kerjaan. sekarang saya bahas candid dulu, kenapa saya suka candid dibanding personal approach? karena seru aja gitu, sneaking for taking a shot, ada sensasi tersendiri, trus emang harus sabar, terkadang demi dapet satu momen atau scene yang saya mau, kadang bisa makan waktu lama bahkan berjam jam cuma dapet dua atau tiga foto, tapi sekalinya dapet, ada kepuasan tesendiri aja gitu, ngerti ga sih? ngerti lah yaa..

nah bedanya kalo kamu ada personal approach sama objek yang mau kamu foto, lets say mau ambil foto portrait/closeup seseorang, cara berkomunikasi jadi peran penting buat dapetin emosi/ekspresi foto, kalo kamu tipikal orang yang gabisa komunikasi, ya pake bahasa isyarat aja, senyumin gitu sambil angkat kamera, itu bisa jadi isyarat untuk minta ijin untuk ambil foto, atau yaa basa basi aja dulu ajak ngobrol apa kek gitu, biasanya setelah itu yang bersangkutan ga bakal keberatan buat difoto, dan ekspresi nya juga jadi ga kaku, bahkan disaat dia bercerita, kamu bisa gunakan momen ini untuk ambil foto sebanyak2nya buat cari ekpresi yang kamu mau.

setiap destinasi atau kota punya daya tarik dan keunikan sendiri, budaya, orang2nya, suasana kota dan lain sebagainya, nah kalo kamu udah bisa bercerita mengenai itu semua dan mengangkat semua poin poin tadi dalam bentuk foto, then you’re a travel photographer! (iyain aja biar gaya!)

--

--