Member-only story
Gejala Superhero Syndrome dalam Hegemoni Prabowo
Dalam kurun lebih 100 hari kepemimpinannya, Prabowo dan menterinya telah membuat berbagai ulah baru. Melalui banyak ulah itu, pemerintah sejatinya mempunyai agenda terselubung, yakni menciptakan isu yang relevan dengan kepentingan publik, lalu mengamati reaksinya untuk menentukan bagaimana kelanjutan dari keputusan itu.
Contohnya, Pajak Pertambahan Nilai yang mulanya 11% naik menjadi 12%. Sebelumnya, kenaikan PPN akan dikenakan pada barang konsumsi seperti makanan, minuman, pakaian, dan elektronik. Kenaikan itu pun memicu aksi protes di banyak daerah.
Namun, pemerintah memberlakukan kenaikan itu pada 1 Februari dan menjadi hanya untuk barang mewah saja. Seolah pahlawan yang telah menyelamatkan negaranya, pengumuman pembatalan kenaikan PPN 12% itu disiarkan melalui unggahan akun Instagram pribadi Kementerian Keuangan Sri Mulyani.
Ulah lainnya, kontroversi gas LPG 3 kg oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, misalnya. Awal Februari kemarin, pemerintah melarang penjualan LPG 3 kg bersubsidi di pengecer. Akibatnya, masyarakat terpaksa harus kelimpungan mengantre demi mendapatkan LPG 3 kg yang hanya tersedia di pangkalan resmi Pertamina, yang bertujuan untuk memastikan distribusi dapat tepat sasaran dan mencegah penyalahgunaan subsidi.