Harus “Cari Judul”, Apakah Benar Judulnya yang Harus Dicari?

Faizal Chan.
Risetnya Mfc
Published in
2 min readFeb 2, 2020

Mfc, Bandung - Sesuai judul, kali ini saya akan membahas sebuah kegiatan yang menurut saya “aneh” dan “cenderung menyesatkan” yang beredar di kalangan mahasiswa tingkat akhir. Ya, mahasiswa tingkat akhir yang akan menempuh skripsi mungkin tidak asing lagi dengan istilah “cari judul”. Namun apakah pemahaman mahasiswa terkait istilah tersebut sudah tepat?

Sedikit bercerita, tidak sedikit teman atau junior saya di kampus yang menggunakan istilah tersebut. Tidak hanya mereka, bahkan dosen-dosen merekapun banyak yang menggunakan istilah tersebut untuk mengarahkan mahasiswa bimbingannya dalam tahapan awal menyusun skripsi.

Apa yang aneh dari istilah tersebut? Lalu apanya yang menyesatkan dari mahasiswa mencari judul untuk penelitiannya?

Sebenarnya yang aneh ada di pemaknaannya. Banyak yang menangkap bahwa istilah “cari judul” itu adalah benar-benar mencari judul skripsi (atau bentuk penelitian lainnya), dan hal ini menurut saya jelas menyesatkan.

Istilah “cari judul” seringkali menyesatkan karena tidak sedikit yang menelan istilah tersebut secara mentah-mentah, dan benar-benar hanya mencari judul untuk penelitiannya.

Padahal, yang seharusnya dicari adalah permasalahan-permasalahan aktual dari fenomena-fenomena yang tengah terjadi di masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan kajian keilmuan dari mahasiswa bersangkutan. Daripada menggunakan istilah “cari judul”, saya lebih memilih istilah “cari topik” karena istilah tersebut benar-benar menginstruksikan untuk mencari topik yang akan dibahas oleh mahasiswa, yang kemudian didiskusikan dengan sang pembimbing dengan menyelaraskan pada fenomena yang sedang terjadi saat ini.

Cari Masalah

Ada juga yang menggunakan istilah “cari masalah”. Ya saya tidak benar-benar menyalahkan istilah tersebut sih, hanya saja saya menganggap istilah tersebut sedikit lucu jika diartikan secara harfiah.

Coba bayangkan, ada seorang mahasiswa akhir yang baru selesai bertemu dengan dosen pembimbingnya untuk berdiskusi terkait penelitian apa yang akan dilakukan. Kemudian mahasiswa tersebut berkata kepada temannya; “Barusan bimbingan nih, kata pembimbing harus cari masalah dulu minimal tiga”. Lalu temannya tersebut tertawa terbahak-bahak.

Ganti Judul

Satu kasus lainnya, ada juga yang menjadikan “harus ganti judul” sebagai sebuah momok. Sebagai akademisi, kita harus mencari-tahu apa konteks dari “ganti judul” tersebut. Biasanya saya membaginya ke dalam dua sebab yang berbeda :

  1. Ganti judul karena judulnya tidak sesuai dengan penelitian yang dijalankan
  2. Ganti judul yang artinya ganti penelitian

Dari kedua sebab tersebut, pemaknaannya akan menjadi berbeda. Namun seringkali yang saya tangkap adalah mahasiswa menjadikan istilah “ganti judul” ini sebagai sebuah kesalahan fatal yang berakibat pada pengulangan proses penelitian dari titik nol. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena ganti judul bisa saja diinstruksikan oleh dosen pembimbing agar judul tersebut benar-benar menggambarkan isi dari penelitian yang dilakukan. Dalam artian lain, cuma sekadar revisi laporan penelitian secara minor.

Namun terlepas dari itu semua, mau istilah manapun yang kita gunakan, pastikan Anda memahami betul apa yang seharusnya dilakukan dalam penelitian Anda. Selamat meneliti!

--

--

Faizal Chan.
Risetnya Mfc

Actually a UX researcher, but often work as UX engineer. Jack of all trades, Master of Management.