Software-as-a-Service (SaaS) VS In-House Software?

Jessica Susanto
Ritase
Published in
5 min readMay 18, 2021

For the article in English, click here.

Software-as-a-Service (SaaS) menjadi suatu hal yang semakin sering kita jumpai. Dalam satu dekade terakhir, tren investasi Teknologi Informasi (TI) pada organisasi di dunia mulai mengarah pada SaaS. Mengapa SaaS dapat menjadi suatu tren investasi TI? Tentunya, karena SaaS menawarkan keuntungan yang tidak ditawarkan pada model software lainnya.

Biaya Tersembunyi dari Software Tradisional Bagi Sebuah Perusahaan

Tren investasi TI yang mengarah ke SaaS juga didukung dengan semakin banyaknya perusahaan penyedia SaaS. Pada periode terdahulu pilihan SaaS yang ada sangat terbatas dan tidak menarik, sehingga perusahaan harus berdarah-darah untuk mengembangkan software sendiri untuk memenuhi kebutuhan proses bisnisnya. Saat ini, dengan banyaknya pilihan SaaS yang ditawarkan, kita bisa dengan mudah mendapatkan solusi software yang paling tepat untuk mendukung proses bisnis organisasi.

Apa itu SaaS? Apa saja keuntungan yang ditawarkan solusi SaaS dibandingkan dengan in-house software? Keduanya akan dijelaskan pada tulisan di bawah ini.

Macam-Macam Software

Jika dilihat dari macamnya, terdapat macam-macam software yang dijual oleh perusahaan-perusahaan. Dua di antaranya adalah

  1. Software yang dijual dan pembeli dapat menggunakan software tersebut dengan membeli lisensi (traditional software), maupun
  2. Software yang tidak dijual dan pembeli dapat menggunakan software tersebut dengan berlangganan (SaaS).

Perbedaan dari traditional software dengan SaaS adalah traditional software cenderung dapat digunakan oleh pembeli tanpa batas waktu yang ditentukan dan dapat dilakukan modifikasi oleh pembeli, sedangkan SaaS pembeli hanya dapat menggunakannya pada durasi waktu yang telah ditentukan dan perlu untuk membayar biaya berlangganan setiap bulan atau tahun.

Lantas apa hubungannya dengan in-house software?

Jika dari seluruh software yang dijual organisasi merasa apa yang dijual oleh perusahaan software tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan organisasinya, maka pengguna dapat mengembangkan software secara sendiri ataupun memodifikasi software yang telah ia beli. Pengembangan software yang dilakukan oleh unit ataupun divisi tertentu pada organisasi inilah yang disebut sebagai in-house software.

Lebih jauh mengenai SaaS, traditional software, dan in-house software

SaaS adalah suatu software yang disediakan oleh suatu perusahaan penyedia layanan berbasis cloud yang dapat diakses melalui internet. Pengguna dari SaaS cukup membayar biaya berupa subscription fee dan kemudian software langsung dapat digunakan. Meskipun demikian, beberapa perusahaan penyedia SaaS menerapkan biaya lisensi perlu untuk dibayarkan oleh pengguna yang mana berlaku untuk durasi waktu yang telah ditentukan. Pengguna dari SaaS tidak perlu memikirkan masalah maintenance, resiko keamanan, ketersediaan, pelatihan dan masalah lainnya dari software karena semuanya sudah ditangani oleh perusahaan penyedia SaaS.

Traditional software maupun in-house software yang telah dibeli maupun dikembangkan oleh perusahaan perlu untuk di-deploy ke suatu server baik itu on premise maupun cloud sehingga dapat digunakan oleh organisasi. Baik traditional maupun in-house software, masih banyak hal yang perlu untuk dipersiapkan oleh perusahaan. Beberapa di antaranya adalah perusahaan perlu untuk mempersiapkan ahli Teknologi Informasi (TI) pada divisi TI-nya untuk melakukan maintenance, mengawasi keamanan, update software, pelatihan dari software yang ada. Meskipun ahli TI tersebut dapat diperoleh secara outsouce dari perusahaan outsourcing, namun hal ini menimbulkan adanya pengeluaran rutin yang wajib dikeluarkan oleh perusahaan dan menjadi bagian yang perlu untuk selalu diawasi oleh perusahaan.

Kelebihan SaaS dibandingkan In-House Software

Di abad ke-21 ini, semakin banyak perusahaan yang beralih dari in-house dan traditional software menjadi SaaS. Mengapa demikian? Pada bagian di bawah ini, penulis akan menjelaskan perbandingan antara SaaS dengan in-house software.

Initial cost

Note: Pada poin ini, baik in-house maupun traditional software dianggap sebagai hal yang sama oleh penulis.

Keuntungan SaaS

Secara singkat, jika dilihat dari biaya, maka pengeluaran organisasi yang menggunakan SaaS hanya berupa biaya berlangganan. Meskipun ada beberapa perusahaan penyedia SaaS yang menerapkan biaya lisensi, namun kedua macam biaya ini dapat diketahui oleh organisasi. Sebaliknya, pada traditional software maupun in-house software organisasi hanya dapat mengetahui biaya pembelian software ataupun biaya pengembangan software. Terkait biaya lainnya seperti (1) down time, (2) pelatihan, (3) server, (4) instalasi dan konfigurasi, dan (5) license maintenance fee, tidak dapat diketahui secara pasti oleh organisasi.

Implementation

Waktu yang dibutuhkan untuk SaaS relatif pendek dibanding in-house software yang relatif panjang. Hal ini karena SaaS sudah berupa ready-made solution yang dapat langsung digunakan oleh pengguna.

Scalability

Skalabilitas dari SaaS dapat disesuaikan secara cepat bergantung dengan kebutuhan pengguna dibanding dengan in-house software.

Staffing

Dengan menggunakan SaaS, organisasi maupun perusahaan membutuhkan minim karyawan untuk memantau SaaS. Hal ini berbeda dengan in-house software yang mana dibutuhkan ahli TI untuk meng-handle in-house software tersebut.

Features and functionality

Macam fitur yang ada pada SaaS terbatas pada fitur-fitur yang disediakan oleh perusahaan penyedia SaaS, sedangkan fitur pada in-house software dapat dibuat dan dikustomisasi sebanyak mungkin sesuai dengan proses bisnis pada organisasi maupun perusahaan. Meskipun demikian, fitur-fitur yang ada pada SaaS sudah mengikuti best practice yang ada.

Updates and security patches

Pengguna tidak perlu untuk memikirkan masalah update maupun keamanan pada SaaS oleh karena hal ini sudah diatasi oleh perusahaan penyedia SaaS tersebut. Berbeda dengan in-house software, organisasi maupun perusahaan perlu untuk menyediakan ahli TI untuk mengatasi hal ini.

Database management

Sama seperti updates and security patches, pada SaaS pengguna juga tidak perlu memikirkan masalah pada database management. Sebaliknya, organisasi maupun perusahaan yang menggunakan in-house software, perlu untuk menyediakan ahli TI untuk database management-nya.

Customization

SaaS dibuat berdasarkan best practice yang memungkinkan untuk dapat diadopsi oleh semua organisasi maupun perusahaan. Kustomisasi pada SaaS mungkin terjadi namun berdasarkan kesepakatan antara perusahaan penyedia SaaS dan pengguna. Hal ini berbeda dengan in-house software yang mana dapat dikustomisasi sebanyak mungkin.

Business continuity

Business continuity dari SaaS sudah diatur oleh perusahaan penyedia SaaS tersebut, sedangkan business continuity dari in-house software diatur sendiri oleh perusahaan/organisasi pengguna berasal.

Dari kesembilan poin di atas, berikut adalah rangkuman dari perbandingan SaaS dan in-house software:

Perbandingan antara SaaS dan In-house Software

Anda bisa mempelajari lebih lanjut mengenai SaaS Logistik dan fitur-fitur yang disediakan oleh Ritase dengan meninggalkan email dan nomor telpon Anda di halaman web kami, atau dengan mengirim email ke SaaS@ritase.com.

Source:

Waters, B. (2005). Software as a service: A look at the customer benefits. Journal of Digital Asset Management, 1(1), 32–39.

https://medium.com/r?url=https%3A%2F%2Fwww.cmswire.com%2Fcms%2Fdigital-asset-management%2Fsaas-vs-inhouse-dam-which-is-right-for-you-024761.php

https://www.saasholic.com/saas-vs-on-premises-choosing-the-right-enterprise-solutions/

https://ensenta.com/assets/pdf/ensenta-saas-comparison-overview.pdf

--

--