Izzy Stradlin, Rocker yang Dilupakan Waktu

Bagian Ketiga : Album-Album Rock Izzy, hobi — jalan hidup — pilihan bisnis, atau apa?

Sambodo Sondang
ROCK dut
7 min readFeb 2, 2016

--

Generasi band rock papan atas (dan juga alternatif atau subgenre baru musik rock) pasca Grunge-Nirvana semisal Coldplay, Muse, Greenday, atau Maroon Five, bisa dibilang murtad, pindah aliran, atau gagal paham. Sebab lagu-lagu karangan mereka tak lagi bercita rasa rock (rock yang dimaksud adalah rock gaya lama, yang cenderung itu-itu saja — mungkin monoton — bluesy, country, metal-hard rock, atau nge-punk).

Teori ngawur tersebut dipengaruhi oleh sejarah (baik yang fakta maupun mitos) umum musik rock, serta selera musik saya; tentu saja —

Coldplay sama sekali tak mengusung pentatonis blues dalam lagu-lagu mereka, mereka malah nge-pop secara umum. Namun secara kharisma, band ini memang punya kharisma, dan tergolong idealis, plus andilnya dalam melahirkan genre post-rock.

Muse, bolehlah dibilang memiliki citarasa hard-rock, dan paling bisa dimasukkan dalam barisan band rock. Akan tetapi kehadiran teknologi gitar super canggih milik sang frontman, atau penggunaan efek synth oleh sang bassist, serta beberapa lagu andalan yang terpengaruh aliran post-rock, bagi saya, mengganjal langkah Muse untuk mendapatkan tempat di kotak-kotak rock (gaya lama). Muse, menurut saya, memang band yang inovatif, namun tentu saja, langkah Muse sudah terlampau jauh meninggalkan hardrock sebagai roots-nya.

Punk masih saya yakini sebagai salah satu subgenre rock (penggunaan istilah subgenre saya maksudkan sebagai ‘tidak melencengnya’ genre-alternatif tersebut dari genre ibu-nya, rock). Greenday, sebagai duta baru musik Punk tidaklah se-punk Sex Pistol, atau Ramones. Lirik-lirik Greenday tergolong lemah, baik dalam konteks wacana maupun gaya berbahasa tipikal punk-rocker. Bila kita sandingkan Greenday dengan Sex Pistol, Ramones, Dead Boys, atau The Clash, si Greenday ini ibarat anak kecil cengeng yang sedang kita jajarkan dengan sekumpulan brandalan kriminil tukang pukul, njomplang.

Sementara Maroon Five tidaklah memiliki cita rasa rock, mengapa? Sebab hampir tak ada kriteria dasar musik rock yang Maroon Five punya, kecuali beberapa hal remeh-temeh seputar seleb-rock, semisal, attitude, gaya hidup, dan pengelolaan popularitas ala seleb-rock. Saya tidak bermaksud merendahan salah satu duta musik rock baru tersebut, apalagi Maroon Five dekat dengan Alternatif-Rock, sebab olah musik Maroon Five tergolong kreatif dan suara sang vokalis yang unik (menurut saya). Namun, Maroon Five, secara umum, melenceng terlalu jauh dari aliran rock. Saya bingung mencari root musik Maroon Five (funk rock, atau malah pop?). Saya juga keberatan bila harus menganggap band tersebut sebagai salah satu legenda hidup musik rock.

kembali mengingatkan: murni pendapat pribadi saya, terbuka untuk kritik

Pendapat saya mengenai syarat sebuah band agar bisa disebut sebagai band rock, mungkin berdasarkan pada hal yang sama dengan dasar yang dipakai komite Rock n Roll Hall of Fame dalam memilih musisi atau band yang bisa dikategorikan sebagai pengusung aliran rock. Tengoklah daftar pemenang serta nominasi Rock n Roll Hall of Fame dari tahun ke tahun. Anda akan mendapati bahwa hanya ada Greenday, band baru setelah era Grunge, yang pernah menjadi pemenang.

Rock n Roll Hall of Fame memang banyak dihujat sebagai monumen remeh-temeh musik rock, ajang penghargaan musik dengan kriteria penilaian yang absurd (beberapa pemenang bahkan tergolong bukan rocker, sebutlah king of pop Michael Jackson), atau wadah nostalgia bagi penggila rock gaya lama.

Sembari mengalun bersama tuduhan-tuduhan tersebut, sebenarnya ada garis besar yang dipakai bila kita mengamati daftar para pemenang penghargaan tersebut. Saya berkesimpulkan bahwa musisi/band yang layak inducted di Rock n Hall of Fame secara umum adalah:

pionir musik rock (ambil contoh Chuck Berry atau Cream),

pionir subgenre rock (Jimi Hendrix dengan psychdelic rock-nya, salah satu pemantik terciptanya subgenre punk — yakni Sex Pistols, atau Nirvana sebagai jawara subgenre ‘terakhir’ musik rock, grunge),

— dan sisanya adalah band fenomenal serta berpengaruh pada jamannya (mungkin diimbangi popularitas setinggi langit) yang masih mengusung rock gaya lama (ambilah contoh band yang paling saya gemari, Guns N Roses, yang mirip gado-gado, semacam AC/DC, Rolling Stones, dan Bob Dylan yang di mix menjadi sebuah band).

Sebenarnya band-band di era setelah Grunge, khususnya nama-nama yang telah saya sebutkan di awal tadi (kecuali Greenday yang memang sudah masuk hall), punya kapasitas yang lebih dari cukup untuk terpilih sebagai pemenang Rock n Roll Hall of Fame. Selain unik, (bolehlah dibilang) nge-rock, mereka juga punya pengaruh yang cukup besar (selain pengaruhnya pada selera musik pasar) pada era sekarang ini, bahkan bisa dibilang mereka ini adalah para pionir subgenre rock paling baru (walaupun susah untuk memberikan nama atau label pada musik akhir-akhir ini, sebab hampir pasti semua musik terbaru rasanya abu-abu, atau gado-gado, bahkan Greenday sekalipun).

Oke, mari sejenak melepaskan diri dari penatnya hasrat melabeli….

Izzy Stradlin memang pernah memenangkan Rock n Roll Hall of Fame, tapi bukan karena konsistensinya ber-solo karir. Tentu saja ‘fenomena’ Guns N Roses-lah yang membuatnya terpajang di Hall tersebut.

Musik rock gaya lama di era ini nampak lebih indah untuk dirayakan kembali di acara-acara nostalgia semacam ceremony inducting Rock n Roll Hall of Fame. Sementara diluar hall, dunia sedang ngidam musisi inovatif dan spirit indie music.

Kehadiran album-album Izzy setelah album 117 Degress-nya mirip fenomena motor antik Vespa yang masih beredar di tengah-tengah dominasi Kawasaki Ninja 250cc. Album Izzy tergolong kuno. Sekalipun hasil rekamannya sudah seperti lagu-lagu rock jaman sekarang, akan tetapi musiknya, masih terdengar seperti lagu-lagu rock tahun 80an.

Ride On (1999), album dengan kejutan kecil

Album ini awalnya hanya dirilis di Jepang, atas paksaan dari para penggemar setianya, album ini kemudian kembali dirilis di beberapa situs penjualan lagu online. Lagu andalan album ini yang juga berjudul Ride On mengusung rasa hardrock, mirip dengan lagu-lagu GNR pada umumnya. Kejutan di album ini adalah lagu instrumental/repertoar berjudul Trance Mission.

River (2001), penyebab ‘merdunya’ Guns N Roses

Far Below Me Now dan Feelin’ Alright adalah dua lagu akustik country. Cocok untuk diselipkan di playlist lagu pop-pasar-mainstream anda. Bila anda menyukai musik reggae, lagu Run-In dan Shall Walk layak diapresiasi, mengingat tidak banyak yang tahu bahwa Izzy juga seorang penulis lagu yang bertalenta, bahkan untuk lagu reggae sekalipun. Sementara alasan mengapa Guns N Roses adalah band yang merdu serta catchy ada di lagu Get Away. Lagu tersebut akan mengingatkan kita pada beberapa lagu Guns N Roses di double-album mereka, Use Your Illusion 1 dan Use Your Illusion 2. Pengemar rock seperti saya akan langsung manggut-manggut begitu mendengar petikan gitar di awal lagu ini. Selain catchy,lagu andalan album ini juga terdengar ‘baru’.

Like a Dog (2003), Ya, Izzy — just like a dog

Bomb, Snafu, atau Hammerhead mengambil punk-rock sebagai dasar lagu tersebut, dengan sedikit bumbu country-rock (mungkin karena kehadiran sang gitaris Rick Richards yang amat country). Bisa jadi country adalah musik yang paling disukai Izzy dan menjadi unsur utama hampir semua lagu-lagunya, namun mengkombinasikannya dengan punk-rock tentu hal yang agak sulit untuk dilakukan. Ketiga lagu tersebut boleh jadi ketrampilan (atau kebiasaan) Izzy dalam menulis sebuah lagu. Sementara Like a Dog adalah lagu yang cocok untuk soundtrack moto GP (mendampingi lagu Bicycle milik Queen) .

Fire ‘The Accoustic Album’ dan Miami (2007), tetap senang-senang

Meluncurkan dua album di tahun yang sama membuat fans curiga bahwa si musisi sedang butuh uang. Namun, nyatanya kedua album tersebut bukanlah album yang meledak. Semangat Do-it-Yourself ala indie ada di kedua album ini. Selain hanya dipasarkan di situs online semacam i-tunes, album ini, seperti album-album Izzy sebelumnya, murni proyek senang-senang. Album Fire murni akustik country, sedangkan Miami, ya cukup variatif (namun lingkupnya tetap country-hardrock). Lagu yang menarik dari kedua album tersebut adalah Infrastruck (Fire) dan Waiting (Miami).

Concrete (2008), berlanjut eksplorasi?

Ada satu track yang kedengaran agak modern, yakni Easy. Tergoda untuk membuat lagu-lagu yang lebih ‘modern’ kah Izzy? Ship, adalah lagu andalan di album ini. Bagaimana dengan lagu lain? Ada banyak lagu lain di album ini yang masih bercitarasa Izzy, misalnya Concrete.

Smoke (2009) dan Wave of Heat (2010), apa kabar Izzy?

Kedua album ini saya labeli sebagai album rock sejati. Ya, alasan pertama karena semua lagu di kedua album ini memang full distorsi gitar, memenuhi syarat sebagai album rock standar. Alasan kedua adalah, duet album ini tidak membosankan (murni selera). Mendengarkan kedua album tersebut secara perlahan akan menjauhkan anda dari kegelisahan mencari band rock apa yang sedang naik daun saat ini.

Absennya Izzy Stradlin di acara nostalgia, Guns N Roses Inducting di Rock N Roll Hall of Fame, adalah sikap Izzy yang perlu kita garis bawahi. Izzy belum menginginkan nostalgia. Ia mungkin berpikiran, mati dan tidaknya aliran ini, musik rock, bukanlah sebuah alasan untuk berpindah aliran atau beralih ke acara-acara nostalgia.

Dengan background mantan seleb rock — Izzy nyatanya bukan seorang seleb-rock yang selalu takut kehilangan popularitas, selera pasar sama sekali tidak penting, seberapa laku album yang ia buat — lebih tidak penting lagi. Do what you want to do. Izzy tetap bersembunyi di semak-semak. Sambil menggembala proyek senang-senang miliknya . Walaupun hanya ada sedikit orang yang mau melirik album-albumnya di era ini. Tidak masalah, yang penting saya senang — anda senang, mungkin itu prinsipnya.

PS: Trilogi-Medium Izzy Stradlin ini didedikasikan kepada saudari Nafilah. (Nggambleh — Abaikan)

Nafilah amat mengagumi Kurt Cobain, namun anehnya (dan awalnya) ia sama sekali tidak menyukai apalagi mendengarkan Nirvana. Alasan kekagumannya pada Kurt sederhana, Kurt adalah orang yang unik, saat semua orang menginginkan sorot lampu, ia malah sebaliknya.

Berawal dari perasaan nyinyir saya pada sikapnya yang menurut saya sok tahu, dan kurang mengenal Kurt (lha wong lagu-lagunya saja tidak ia dengarkan), saya kemudian mulai mencari Izzy Stradlin. Pria yang menurut saya (sedikit) lebih elegan dari seorang Kurt.

--

--