Berlatih Mengontrol Pikiran Agar Hidup Lebih Damai
Segala yang dialami didahului pikiran, dipelopori pikiran, diciptakan pikiran. Jika orang berbicara atau berbuat dengan pikiran yang buruk, maka penderitaan akan mengikutinya, laksana roda mengikuti jejak.
Segala yang dialami didahului pikiran, dipelopori pikiran, diciptakan pikiran. Jika orang berbicara atau berbuah dengan pikiran yang murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, laksana bayang-bayang yang tak terpisahkan.
Dhammapada 1–2
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat sering bereaksi spontan terhadap segala sesuatu yang terjadi. Reaksi-reaksi tersebut bisa baik ataupun tidak baik. Ketika kejadian itu terjadi dan tidak sesuai dengan keinginan atau pikiran kita, reaksi kita biasanya tidak senang. Sebaliknya, ketika hal itu terjadi dan sesuai dengan keinginan atau pikiran kita, reaksi kita senang.
Sekilas reaksi-reaksi yang kita keluarkan terlihat seperti spontan, tetapi itu sebenarnya kita yang berpikir kalau kita suka atau tidak suka dengan apa yang sedang terjadi.
Pikiran kita ini senantiasa bereaksi secara spontan terhadap apa yang terjadi dengan kita. Ini karena pengalaman-pengalaman masa lalu kita yang membuat kita memiliki suatu persepsi terhadap suatu kejadian bahwa kejadian ini menyenangkan atau tidak.
Penilaian-penilaian dari masa lalu tersebut yang akhirnya membuahkan reaksi-reaksi spontan kita untuk kejadian saat ini.
Buddha mengatakan kalau kita harus bisa menjaga pikiran kita, karena jika pikiran kita tenang, maka batin kita pun akan ikut tenang. Menjaga pikiran agar tetap seimbang dan netral saat sesuatu terjadi sangatlah sulit, apalagi setiap hari kita akan sering mengalami hal-hal yang tidak kita senangi.
Jalanan mendadak macet, angkot mendadak berhenti, motor mendadak menyalip, orang tidak mau memberikan jalan di eskalator, dan dihalangi orang yang berjalan sambil bermain handphone adalah beberapa contoh kejadian yang sering kita temui di kehidupan kita.
Biasanya, saat seseorang “tertimpa” kejadian-kejadian di atas, secara spontan mereka akan langsung tidak senang, dan mulutnya akan mulai beraksi. Entah itu hanya mengeluarkan suara “ck”, marah-marah, atau bahkan sampai mencaci maki.
Reaksi spontan kita yang tidak senang dengan kejadian itu sebenarnya hanya akan membawa penderitaan terhadap diri kita. Kita menjadi kesal lalu marah, tetapi kejadian tersebut tidak menjadi lebih baik, tidak berubah sama sekali, atau bahkan menjadi semakin buruk. Kita bereaksi seperti itu karena kita tidak bisa menerima realita yang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Menjadikan Hidup Lebih Damai
Agar hidup kita bisa menjadi lebih damai dan kita tidak lagi bereaksi spontan terhadap segala hal yang kita lihat, dengar, atau alami, kita harus melatih pikiran kita agar bisa diam. Dengan melatih pikiran kita, hati kita pun akan lebih damai karena ketika pikiran kita diam atau tidak memberikan nilai, itu artinya diri kita tidak merasa terganggu dengan suatu kejadian.
Melatih pikiran tidaklah mudah karena kita sudah terbiasa dari kecil untuk selalu bereaksi dan memberikan nilai terhadap segala hal yang terjadi. Salah satu cara untuk melatih pikiran kita agar diam adalah dengan meditasi. Cara lain adalah dengan langsung mempraktekkannya di kehidupan kita.
Saya sendiri masih jarang meditasi, walaupun saya terus mengusahakannya ketika saya sempat. Bahkan saya kadang-kadang menyempatkan diri untuk meditasi saat jam makan siang di kantor.
Menurut saya, yang lebih mudah dilakukan oleh kita semua adalah mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena mau tidak mau kita harus menghadapi berbagai macam kejadian di kehidupan kita.
Kejadian sehari-hari kita yang membuat kita tidak nyaman itu ibarat guru kita yang selalu mengingatkan kita untuk melatih diri setiap saat di kehidupan kita.
Dengan tidak memberikan nilai terhadap kejadian-kejadian yang saya alami, saya merasa kalau kehidupan saya menjadi lebih damai karena saya jadi dapat menanggapi segala hal dengan tenang.
Berlatih Agar Bisa Konsisten
Saat ini saya sendiri juga belum bisa sepenuhnya bereaksi dengan netral dan tenang, karena itulah saya tetap mengingatkan diri sendiri untuk terus berlatih bereaksi netral dan tenang.
Mungkin akan ada yang bilang kalau marah itu sah-sah saja asalkan itu tujuannya baik, tetapi bagaimana baik pun tujuan itu, kalau caranya menggunakan reaksi yang tidak baik, itu tidak akan membawa hasil yang baik. Karena itu kita harus bisa konsisten agar tetap netral dan tenang mau apapun itu kejadiannya.
Melatih diri agar ucapan, pikiran, dan perbuatan kita tetap netral dan tenang bukanlah jalan yang mudah, tetapi karena sudah ada yang melewatinya, berarti hal itu tidak mustahil.
Pilihannya hanya apakah kita mau untuk tetap mengikuti jalan tersebut atau tidak.
Photo by Benjamin Davies on Unsplash