Observe, Interview, Empathize — Mengenai Kemacetan Kota Bandung

Aktivitas hari Minggu bersama UXID Bandung

DAMO
Rolling Glory Blog
4 min readMar 30, 2017

--

Okei, jadi tulisan ini kurang lebih akan sedikit menceritakan apa yang sempat ane dan teman-teman lakukan dalam define problem, mengapa Kota Bandung semakin macet.

Kami mencoba satu metode dari Double Diamond, yang tahap awalnya meliputi:

  • Observe
  • Interview
  • Try it out
  • Empathize
  • Survey
  • Ethnographic

Karena sharing ini berupa hands on, jadi ane akan coba tuliskan beberapa point aja.

Oke ane mulai.

Why?

Mengapa metode ini layak untuk dilakukan dalam pemecahan masalah?

To understand better.

Waktu itu ane dan temen-temen coba untuk mulai mencari tahu dan memahami apa yang sebenarnya warga kota Bandung butuhkan/rasakan mengenai masalah kemacetan ini.

Ka Andra yang lead.

Thing #1: Observe

Tahap paling awal yang kami lakukan adalah mencoba menggali apa yang kami pahami terlebih dahulu mengenali masalah ini, kami tuliskan beberapa pokok pemikiran dari tiap orang yang ikut serta, dan pokok permasalahan yand di dapat akan diklasifikasikan.

Kurang lebih hasil asumsi kami pada saat itu adalah

  • Parkir sembarangan
  • Rush hour
  • Volume kendaraan yang terlalu banyak
  • Jalanan berlubang
  • Jalanan sempit
  • Leasing motor yang terlalu murah
  • Pembatasan jumlah kendaraan tiap keluarga
  • Kendaraan umum tidak mencapai pelosok
  • Angkot ngetem, dsb

Contoh masalah yang serupa seperti Jalanan berlubang dan jalanan sempit kami coba klasifikasikan sebagai masalah infrastruktur yang kurang baik.

Tempel tempel.

Thing #2: Interview

Setelah mendapatkan beberapa klasifikasi masalah tentang kemacetan tersebut kami mencoba melakukan interview terhadap masyarakat sekitar, berbekalkan asumsi yang kami punya.

Kami mencoba untuk bertanya kepada beberapa masyarakat untuk mendapatkan insight sekaligus menguji asumsi yang kami punya, apakah betul masalah sebenarnya seperti itu atau tidak.

Salah satu contoh benang merah yang akan ditanyakan:

Infrastuktur lalu-lintas yang kurang baik, seperti jalanan rusak dan sempit.

Jika ingin mendapatkan insight sekaligus menguji asumsi, ada baiknya kami tidak langsung menyudutkan narasumber terhadap benang merahnya, coba untuk menanyakannya dengan pandangan lebih luas.

Contoh:

“Menurut bapak, infrastruktur jalanan Kota Bandung seperti apa?”

“Jalanan sekarang udah mulai mulus tidak seperti tahun kemarin, fly over di Kiaracondong juga bagus sudah mulai menangani kemacetan, hanya saja masih ada beberapa mobil yang masih parkir sembarangan, mungkin masih perlu dipertegas dengan rambu-rambu dilarang parkir sembarangan.”

Kurang lebih yang narasumber jawab seperti itu, ada 2 point yang kami dapat.

  1. Asumsi kami terhadap jalanan yang rusak ternyata keliru, malah dengan adanya fly over sudah cukup mengurai kemacetan
  2. Masyarakat yang memang perlu tambahan edukasi tertib berlalu lintas.

Dan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.

Thing #3: Empathize

Dari interview yang dilakukan masih ada cara untuk mencari peluang-peluang bisnis atau sekedar insight, dengan mencari tahu apa yang tidak disukai dan yang disukai dari narasumber.

Masih mengenai kemacetan Kota Bandung.

Kali ini narasumber berasal dari Cimahi yang datang ke Jonas untuk berfoto bersama teman-temannya.

“Mengapa lebih memilih berfoto di Jonas Banda?”

“Temen-temen maunya disini, biar bisa sekaian main karena deket kemana-mana, yang fotoinnya juga ramah banget, enak aja.”

“Naik apa ke sini?”

“Motor.”

“Kenapa ga naik angkutan umum?”

“Biar cepet aja, dan ga ada angkot yang masuk ke daerah rumah aku, jadi harus jalan dulu aga jauh atau naek ojek.”

Opportunity yang kami dapat mungkin di Cimahi butuh tempat foto yang lokasinya lebih strategis, dengan pelayanan yang asik, humble dan anak muda banget.

Dan rute angkot memang nampaknya masih kurang menjangkau beberapa daerah, jika data ini kuat mungkin bisa coba diajukan kepada pemda untuk menambahkan trayek atau setidaknya pemda memberikan alternatif solusi.

What are insight?

Deep revelations of hidden meaning, explaining why certain things happen the way they are. AHA moment!

Dimulai dari data atau bahkan hanya asumsi yang ada dari masing-masing orang, lalu kemudian divalidasi oleh informasi dari warga sekitar mengenai problem yang terjadi, dan metode Dobule Diamond yang diterapkan akan memunculkan sebuah insight.

Insight yang keluar dari permasalahan kemacetan Kota Bandung dapat bervariasi, tergantung peluang apa yang akan di ambil.

Waktu itu kami mengambil kesepakatan dari data yang ada, bahwa Volume kendaraan di Kota Bandung terlalu banyak, dan kami ingin mengatasi ini dari akarnya, yaitu Kebijakan pemerintah.

Kebijakan pemerintah yang ada saat ini terlalu umum atau terlalu mudah dalam perizinan kendaraan bermotor, selain itu sosialisasi dari kebijakan-kebijakan yang ada pun tidak terdistribusi dengan baik.

Jika saja pemerintah membatasi jumlah kepemilikan kendaraan dari tiap keluarga mungkin kondisi jalan raya tidak akan se crowded ini pada rush hour.

Hingga beberapa hari kemudian pada tanggal 9 Maret 2017, ada aksi angkutan kota mogok beroperasi dan melakukan demo di depan Gedung Sate.

Bagi ane pengguna motor tidak terasa adanya kerugian, melainkan keuntungan, karena jalanan Bandung pada hari itu sangatlah sepi dan lancar :))

Berhubung jumlah angkot yang sangat banyak dan banyak berhenti di tempat-tempat yang tidak tepat itu tidak ada.

Ane sempat bertanya, apa jadinya jika angkot diatur oleh pemerintah?

Regards,

Adam Azkiya

--

--

DAMO
Rolling Glory Blog

𝘖𝘯𝘦 𝘥𝘢𝘺, 𝘐 𝘩𝘰𝘱𝘦 𝘵𝘰 𝘣𝘦𝘤𝘰𝘮𝘦 𝘢 𝘨𝘳𝘰𝘸𝘯 𝘶𝘱. https://www.linkedin.com/in/adam-azkiya-damo-773625117/