Keadaan Sosial Media Terkini Pasca Pilpres

Ryoka
ruangkamar
Published in
4 min readJul 8, 2019
Photo by Element5 Digital from Pexels

Sosmed atau sosial media sudah bukan barang yang langka. Hampir setiap orang punya smartphone dan udah pasti punya akun di media sosial. Tak heran jika kita jadi lumbung rupiah bagi kapitalis yang punya sosmed itu sendiri.

Jejaring sosial diciptakan untuk menjadi jembatan sosial bagi masyarakat di dunia maya. Namun, sosmed kini bukan lagi menjadi alat sosial yang dapat membantu menemukan teman lama atau mencari teman baru. Sosmed di masa kini menjadi alat pergerakan massa di dunia maya. Kita ambil contoh di Pilpres 2019 tahun ini.

Photo by Pixabay from Pexels

Setahun sebelum pilpres, sosmed memang lebih berhawa panas dan sumpek. Postingan politis yang tidak diketahui kebenarannya alias berita hoaks dengan mudahnya menghiasi beranda kita. Terkesan dipaksakan, manipulatif dan provokatif. Itulah yang saya tangkap ketika saat itu. Dan disaat itulah muncul dua kubu yaitu kubu jokowi yang sering disebut sebagai cebong dan juga kubu prabowo yang dipanggil sebagai kampret.

Menjelang akhir tahun, suhu politik Indonesia kian panas. Pilpres tinggal beberapa bulan lagi. Baik kubu relawan kedua paslon pilpres tentu akan lebih militan lagi. Berita-berita fakta yang dibalut hoaks menjadi pemandangan setiap hari di beranda sosmed. Kolom-kolom komentar juga ramai antara hujatan dan ejekan masing-masing kubu. Saling serang kedua kubu semakin membabi-buta tanpa memperdulikan fakta dan logika.

Sebagai, seorang yang awam dan gak terlalu peduli amat dengan politik, saya kini lebih bisa menahan diri. Dulu saat jaman SMA , saya cenderung labil dan mudah tersulut emosi di sosial media ketika saat itu kebudayaan negara kita diklaim negara tetangga. Saya kala itu cukup rajin menyisir forum-forum negeri tetangga. Saya juga aktif mengomentari hal-hal politis kala itu. Namun, seiring jalannya waktu, sebagai seorang yang udah lama pakai sosmed saya jadi bosan dan mungkin udah saatnya meninggalkan sosmed untuk waktu yang panjang.

Agak menyebalkan memang. Sosmed dicemari postingan kotor yang saling benci-membenci satu sama lain. Essensi dari sebuah sosmed itu menjadi pudar. Membuat sosmed itu gampang, kalau akun sosmed kita diblokir tinggal bikin baru lagi. Semudah itu! Menurut saya inilah sosmed yang udah tercemar, yaitu Facebook, Twitter dan Instagram. Banyak bot demi membuat viral sebuah berita tak berdasar. Tujuannya apa? Udah pasti mempengaruhi orang di sosmed.

Saya sempat memperhatikan di Twitter, banyak bot dan relawan yang membuat sebuah hashtag menjadi trending disana. Beberapa saya gali profil nya ternyata akun baru dan bot. Ah! Bangsat ini mah! Bikin semakin kotor aja ni sosmed! Saya sempat berpikir mungkinkah ada tim yang mengatur dan mendanai hal ini agar bisa terus eksis sampai tujuan yang ingin mereka tercapai?

Sejenak saya sempat mengasingkan diri ke Quora dan Pinterest supaya otak saya lebih waras dengan apa yang saya saksikan sendiri di sosmed yang penuh kebencian dan rivalitas kotor. Gak ada gunanya menyebarkan berita yang tak berdasar. Ini hanya akan menjadi sebuah fitnah yang busuk.

17 April 2019, Saya saat itu masih kerja di Bogor. Pemilu dan Pilpres serentak dilaksanakan. Saya golput! Sebenarnya sih terpaksa karena waktunya gak cukup buat mengurus surat pindah TPS. Saya gak terlalu pusing mikirin siapa yang akan jadi presiden nya. Bagi rakyat biasa seperti saya, bisa makan dan survive di busuknya kehidupan ini udah lebih dari cukup.

Pasca pemilu dan pilpres, sosmed juga masih panas. Apalagi soal klaim kemenangan salah satu capres. Saya agak heran, KPU belum resmi mengumumkan udah main mengumumin sendiri? Di sosmed, juga banyak bermunculan dugaan kecurangan dan sejenisnya. Semakin tak terduga aja, kami kira sosmed akan kembali adem ayem sedia kala namun itu bohong.

Sumber : Pinterest

Saya bukan pendukung kedua kubu. Awalnya memang mendukung salah satu calon. Tapi, kelakuan kedua relawan di sosmed yang sudah mencemari sosmed menjadikan saya tidak respect dengan mereka. Saya hanya ingin berpikir logis dan waras aja ketika mendapati postingan di sosmed. Gak mau ikut-ikutan yang jelas.

Hingga pengumuman resmi dan drama demo besar di kantor KPU pusat, saya semakin muak. Kita udah berpengalaman dalam menyelenggarakan event akbar pemilihan umum tapi mengapa masih saja belum dewasa dalam menerima kekalahan. Harusnya tiap tuduhan atau misal terjadi sebuah kecurangan diselesaikan di ranah hukum bukan sosmed. Simpel kan? Tinggal bawa bukti dan saksi…beres!!! Bukan seenaknya bikin aturan sendiri.. menyalahkan dan merusak fasilitas publik. Saya yakin penyelenggara pemilu itu adil dan netral.

Lalu kesimpulan nya apa? Oke! Baiklah. Kesimpulan dari tulisan ini adalah meskipun pilpres udah selesai dan pemenangnya udah diumumin. Tapi, tetap saja sosmed masih panas dengan aura-aura salah satu kubu. Bot dan akun-akun baru sosmed masih gampang kita temui. Fanatik boleh tapi ingat menyebarkan fitnah atau berita bohong itu secara agama hanya akan merugikan. Kita abaikan saja mereka! Tetap waras dan logis! 🦄🦄🦄🦄🦄

--

--