Menilik Kota Bandung Bermodalkan Gawai, Perspektif, dan Semangat

4 tahun mengenyam pendidikan di Kota Kembang, belum terlambat mengenal kota ini lebih jauh!

Ranata
Rubrik Pabrik
5 min readFeb 17, 2018

--

Bobotoh dan Motor Kesayangannya (@h_japranata)

Pukul 8.00 pagi itu terlintas dipikiran untuk mengisi liburan long-weekend dengan kegiatan yang bermanfaat. Mengingat sudah lama sekali tidak mengelilingi Kota Bandung sendiri, tidak ada salahnya menghabiskan me-time dengan mengabadikan keindahan dan keramah-tamahannya kota ini melalui lensa ponsel sederhana saya.

Berkemas singkat, saya menuruni jalan Ciumbuleuit menuju jalan Siliwangi untuk naik angkot Cicaheum-Ledeng dengan tujuan Gedung Sate. Dalam angkot, disuguhi pemandangan hangat keluarga kecil yang hendak menuju CFD Dago. Bahagia rasanya mendengar celotehan dan lontaran pertanyaan si kecil kepada ayahnya.

Hangatnya Keluarga (@h_japranata)

Tiga ribu Rupiah saja, saya tiba di Gedung Sate yang megah dan indah. Arsitektur indah yang tersaji terdiri dari 1 bangunan memanjang dengan aksesori seperti sate yang ditusuk di atapnya. Tak disangka, keindahan ini didesain oleh arsitek Belanda, J. Gerber yang jatuh cinta dengan sentuhan nusantara.

Berbalik badan, di sebrang jalan Diponegoro ini terlihat Lapangan Gasibu yang luas dan lapang. Yang menarik, terlihat jejeran memoir mantan-mantan pemimpin Bumi Parahyangan ini dari Mas Sutardjo Kertohadikusumo hingga Ahmad Heryawan.

Memoir (@h_japranata)

Berjalan sedikit ke arah Timur kemudian berbelok ke jalan Cilaki. Terpampang megah bangunan museum pos Indonesia dengan sebuah tugu didepannya. Tugu bertuliskan puisi karya maestro puisi Indonesia, Chairil Anwar. Bukan “Aku” melainkan “Karawang Bekasi” yang menghiasi tugu itu.

Tugu Peringatan Pahlawan (@h_japranata)

Bukan “Aku” melainkan “Karawang Bekasi” yang menghiasi tugu itu.

Rehat sejenak sambil menikmati sejuknya Bandung, kuhampiri kedai yoghurt legendaris, Yoghurt Cisangkuy yang terletak di jalan Cisangkuy tepat diseberang jalan Cilaki. Serasa menunggangi mesin waktu, kesan antik dan “jadul” menghiasi tempat ini. Segelas yoghurt spesial dengan rasa kecut segar dan sentuhan rum sungguh nikmat dan cocok menemani pagi yang cerah ini.

Etalase tua menyajikan kue-kue pastri yang dipanggang sempurna, kuning keemasan. Tak ketinggalan risoles dan pastel ikut unjuk gigi bersaing di dalam kotak kaca kecil itu. Ingin rasanya mencicipi tapi apa daya uang tak mencukupi.

Serasa menunggangi mesin waktu, kesan antik dan “jadul” menghiasi tempat ini.

Kasir dan Etalase (@h_japranata)

Selesai kuisap gelas yoghurt beserta es batunya, kulanjutkan perjalanan ke arah Selatan menuju jalan Cimandiri dan jalan Banda. Kususuri jalan Banda hingga sampai pada taman luas, Saparua Park namanya. Taman yang sederhana namun memiliki trek yang digunakan untuk latihan roller-skate.

Hari minggu itu dipenuhi oleh anak-anak yang berlatih, serius sekali nampaknya. Pemandangan yang luar biasa untuk diabadikan dalam perjalanan singkat ini.

Arena Roller-Skate Saparua Park(@h_japranata)

Pukul 12.00 telah tiba, perut sudah harus diisi secepatnya. Kuingat sekali baso tahu legendaris dekat taman ini. Baso tahu Mang Ade namanya. Mang Ade sendiri yang masih melakukan semuanya, semangatnya tak lekang oleh waktu. Memotong baso tahu, mengguyurnya dengan saus kacang kental, kecap, dan perasan jeruk nipis ia lakukan dengan mahir. Dengan senyum hangat, Mang ade menyajikannya kepada saya.

Mang Ade sendiri yang masih melakukan semuanya, semangatnya tak lekang oleh waktu.

Rasanya? Bahagia. Baso tahunya legit, padat, dan kenyal. Saus kacangnya sangat kaya rasa. Sentuhan jeruk menambah kesegaran cemilan ini. Duduk di trotoar melihat senyum pelanggan lain menambah kenikmatannya.

Baso Tahu Mang Ade (@h_japranata)

Perjalanan kulanjutkan ke Selatan kembali menuju jalan Merdeka. Tepat di sisi kanan jalan kuberhenti sejenak menikmati taman lainnya, Taman Sejarah. Kolam renang kecil, bebatuan, tugu dan mural menghiasi taman ini. Batu dan tugu diukir indah tulisan-tulisan mengenai sejarah berdirinya Bandung. R.A. Wiranatakusumah menjadi tokoh penting yang diulas di taman ini. Disamping kaya akan ilmu, taman ini menyajikan pemandangan kebahagiaan anak-anak. Bermain air bersama di sebuah kolam kecil hingga berfoto bersama orang tua tercinta. Taman yang sejuk dan menenangkan.

R.A. Wiranatakusumah menjadi tokoh penting yang diulas di taman ini.

Taman Sejarah (@h_japranata)
Legenda Bandung (@h_japranata)

Tenaga terisi kembali, saya berjalan kembali ke Selatan, menyusuri jalan Merdeka untuk mengunjungi tempat yang spesial di hati saya, jalan Braga. Jalan tua yang modern ini layaknya mesin teleportasi. Berjalan di sini layaknya berjalan di negeri Barat sana.

Berjejer pelukis jalanan menjajahkan karyanya yang apik, etalase-etalase toko pastri dan kue yang menggugah, hingga bar-bar yang sedang mempersiapkan diri untuk menerima tamu untuk malam hari ini.

Jalan Braga (@h_japranata)

Terus menelusuri jalan Braga, saya pun sampai di jalan bersejarah, jalan Asia-Afrika. Hari ini dipadati kendaraan, artis jalanan, dan pedagang jalanan. Kuntilanak, tuyul, dan sundel bolong berjalan-jalan kesana kemari untuk berfoto dengan pengunjung. Membahagiakan orang lain untuk mencari sesuap nasi.

Artis (@h_japranata)

Berjalan sedikit menyusuri jalan ini dapat ditemui quote legendaris M.A.W. Brouwer, psikolog Belanda yang berjiwa Garuda. Sepenggal kalimat indah yang menghipnotis setiap orang dan tentunya termenung.

“Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum”

Quote Brouwer (@h_japranata)

Tak jauh dari mural ini, tibalah di Masjid Raya Bandung, tempat setiap orang datang untuk bersyukur dan mengagumi karya-Nya. Ditemani dengan sunset yang indah dan canda-tawa bocah-bocah memainkan si kulit bundar di hamparan rumput sintesis yang luas. Penjajah bola karet, minuman, dan cemilan ikut mewarnai kebahagian setiap orang di sore hari itu.

Kubah megah yang dicat emas dan menara yang tinggi menghiasi bangunan masjid yang apik itu. Tak disangka sudah 200 tahun umurnya (1812), secara tak langsung mengukuhkan diri sebagai saksi bisu pergolakan Kota Bandung di masa lampau.

Masjid Raya Bandung, tempat setiap orang datang untuk bersyukur dan mengagumi karya-Nya.

Bocah, Bola, dan Rumput Sintesis (@h_japranata)

Lantunan Adzan Maghrib sore itu menandakan usai sudah perjalananku. Tak mungkin menyusuri setiap elemen kehidupan kota yang istimewa ini dalam waktu yang singkat. Walau hanya sebagian kecil, hari itu adalah dimana saya belajar untuk tetap semangat, terus berusaha dan mensyukuri hidup. Tak akan usai, semangat untuk belajar dan menilik lebih jauh perspektif lain kehidupan manusia di tempat ini.

Bandung,
Ranata

All pictures were taken using Samsung J5 pro

--

--