Muhammad Amin Zaim
Rubrik Pabrik
Published in
2 min readJul 6, 2017

--

Realistis Sejak dalam Pikiran, Lebih Baik Kau Pulang Saja Bujang !

“Wah sorry Im gue orangnya gak gitu banget tipenya”
“Aduh Im, aku gabisa ngasih sambutan di ini musyawarah, aku orangnya pendiem soalnya”
Dan berbagai reaksi lain yang lazim ditemui dalam keseharian, yang kadang terjadi waktu main biasa, atau terjadi dalam koridor kerja.

I just wanna tell you all gais, that Im not like what you are seeing now, basically Im an melancholic and very serious person. Kalo temen-temen ngelihat, by default sebenernya aku bukan org yg mudah tersenyum, bukan org yg ramah yg suka menegur sapa org di jalan, bukan orang yang suka pede berbicara di depan umum apalagi ngomong tentang gagasan yang terkadang abstrak buat diperdengarkan. Aku orang yang lebih sering berpikir, berdiam, dan kadang mengeluhkan keadaan (atau mungkin emang keliatannya begitu ? hahah. Kalau ngga, berarti imaging saya berhasil ! alhamdulillah).

Memang be yourself merupakan cara paling mudah dalam menghadapi dunia, tapi keadaannya akan berbeda ketika kita memiliki sebuah peran/role yang harus dimainkan dalam kehidupan kita. Terkadang kita harus membedakan, antara being ourself dan playing a role. Role membuat kita terikat antara sebuah tanggungjawab yang itu berkaitan dengan hak yang akan diterima oleh orang-orang di sekitar kita. Bisa ga sih kita bilang, “maaf Pak, saya memang orangnya dasarnya kurang dermawan, jadi mohon maklumi saya ngga bayar pajak bulan ini”. Huffftttt andai saja bisa…

Memainkan peran di sini menurut saya berbeda dengan menjadi orang munafik ya, memainkan peran lebih ke arah menjadi sosok “ideal/benar” sesuai dengan peran yang sedang kita emban, memainkan peran lebih ke arah menempa diri agar kualitas pribadi makin meningkat. Mana bisa misal seorang Pak RT bilang “ah saya gamau munafik, saya gamau sok alim keliatan ga pernah minum2. Ya ini lah saya, saya mah mending terang2an minum di pinggir jalan daripada sok2an sembunyi2”. Okay, Pak RT ini udah ‘be yourself’ ! gitu ?

Playing a role tidak pernah mengekang kita dalam pelaksanaannya, Ia hanya menggelitik nurani tentang kewajiban kita kepada orang2 di sekitar kita. Ia tak akan menuntut kita untuk sempurna dalam mengembannya, tapi Ia menuntut kita untuk memberikan usaha terbaik di dalamnya. Kesempurnaan dalam pengembanan merupakan suatu anugerah, karena menurut saya selalu ada variabel tak terkontrol dibalik kesuksesan kita selain dari usaha kita itu sendiri. Dan variabel tak terkontrol itu lah yang kita sebut sebagai ‘Campur tangan Tuhan’. “Karena Tuhan tidak mewajibkan kita untuk berhasil, tapi Tuhan mewajibkan untuk memberikan usaha kita yang terbaik”.

Alhamdulillah puji Tuhan kalau memang ada orang yang ngga pernah mengalami gesekkan kebatinan dalam melaksanakan “apa yang seharusnya Ia kerjakan terkait peran/role-nya”, itu berarti dia sudah menghayati, memantaskan diri, dan merevolusi diri untuk menjadi pribadi yang sesuai dengan koridor perannya. Kalau belum ? Ya tinggal milih, stay menjadi diri sendiri yang mana dengan pilihan ini akan ada “orang yg terkorbankan”, atau memenuhi tanggungjawab peran sambil merevolusi diri ke arah yang lebih baik. The choice is yours !
opini ajah

--

--