You are The Mastery, The Choice is Yours!

Muhammad Amin Zaim
Rubrik Pabrik
Published in
3 min readJan 26, 2018

--

“Wah sorry Im, gue orangnya gak gitu banget tipenya”,
“Aduh Im, aku ga bisa ngasih sambutan di musyawarah ini, aku orangnya pendiem soalnya”,
dan berbagai reaksi lain yang lazim ditemui dalam keseharian yang kadang terjadi waktu main biasa atau terjadi dalam koridor kerja.

I just wanna tell you all guys, that I’m not like what you are seeing now, basically I’m an melancholic and very serious person. Kalo temen-temen ngelihat, by default sebenernya aku bukan orang yang mudah tersenyum, bukan orang yang ramah yang suka menegur sapa orang di jalan, bukan orang yang suka pede berbicara di depan umum apalagi ngomong tentang gagasan yang terkadang abstrak buat diperdengarkan. Aku orang yang lebih sering berpikir, berdiam, dan kadang mengeluhkan keadaan (atau mungkin emang keliatannya begitu? haha. Kalau ngga, berarti imaging saya berhasil ! alhamdulillah).

Memang be yourself merupakan cara paling mudah dalam menghadapi dunia, tapi keadaannya akan berbeda ketika kita memiliki sebuah peran/role yang harus dimainkan dalam kehidupan kita. Terkadang kita harus membedakan antara being ourself dan playing a role. Role membuat kita terikat dengan sebuah tanggung jawab yang itu berkaitan dengan hak yang akan diterima oleh orang-orang di sekitar kita. Bisa ga sih kita bilang, “maaf Pak, saya memang pada asarnya kurang dermawan, jadi mohon maklumi saya ngga bayar pajak bulan ini”. Huffftttt andai saja bisa…

Memainkan peran di sini menurut saya berbeda dengan menjadi orang munafik ya, memainkan peran lebih ke arah menjadi sosok “ideal/benar” sesuai dengan peran yang sedang kita emban. Memainkan peran lebih ke arah menempa diri agar kualitas pribadi makin meningkat. Mana bisa misal seorang Pak RT bilang “ah saya gamau munafik, saya gamau sok alim keliatan ga pernah minum-minum. Ya ini lah saya, saya mah mending terang-terangan minum di pinggir jalan daripada sok-sokan sembunyi-sembunyi”. Okay, Pak RT ini udah ‘be yourself’! gitu?

Playing a role tidak pernah mengekang kita dalam pelaksanaannya, ia hanya menggelitik nurani tentang kewajiban kita kepada orang-orang di sekitar kita. Ia tak akan menuntut kita untuk sempurna dalam pengembanannya, tapi Ia menuntut kita untuk memberikan usaha terbaik di dalamnya. Kesempurnaan dalam pengembanan merupakan suatu anugerah, karena menurut saya selalu ada variabel tak terkontrol dibalik kesuksesan kita selain dari usaha kita sendiri. Dan variabel tak terkontrol itu lah yang kita sebut sebagai ‘Campur tangan Tuhan’. “Karena Tuhan tidak mewajibkan kita untuk berhasil, tapi Tuhan mewajibkan untuk memberikan usaha kita yang terbaik”.

Alhamdulillah puji Tuhan kalau memang ada orang yang ngga pernah mengalami gesekkan kebatinan dalam melaksanakan “apa yang seharusnya Ia kerjakan terkait peran/role-nya”, itu berarti dia sudah menghayati, memantaskan diri, dan merevolusi diri untuk menjadi pribadi yang sesuai dengan koridor perannya. Kalau belum? Ya tinggal milih, stay menjadi diri sendiri yang mana dengan pilihan ini mungkin akan ada “orang yang terkorbankan”, atau memenuhi tanggung jawab peran sambil merevolusi diri ke arah yang lebih baik. The choice is yours ! Tapi jangan lupa, ada konsekuensi yang mengiringi :)

Referensi :

http://digilib.unila.ac.id/8712/15/BAB%20II.pdf. Pengertian Peran menurut Dewi Wulan Sari (2009,106) diakses pada 19 Januari 2018

http://www.indonesiastudents.com/pengertian-peran-menurut-para-ahli-dan-jenisnya/ diakses pada 19 Januari 2018

http://erepo.unud.ac.id/11429/3/a8ccd6bb94d600b9b364cca064893705.pdf diakses pada 19 Januari 2018

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/683/jbptunikompp-gdl-yugodwipra-34109-9-unikom_y-i.pdf diakses pada 19 Januari 2018

Disunting oleh :
Wilsen Wijaya / 13014092 dan Harry Hans J. /13014115

--

--