Peran Modal Sosial bagi Pengembangan Usaha Desa

Muhamad Danar Pradono
Rurasi
Published in
4 min readJul 5, 2020

Berawal dari kegelisahan pribadi, melihat banyak usaha dari desa yang tidak bisa bersaing. Saya mencoba mencari tahu lebih, ternyata banyak banget yaa persoalannya. Utamanya karena karakteristik desa yang terpencil secara geografi, membuat desa sulit mengakses banyak hal, seperti modal finansial, market, informasi, dan lain sebagainya. Beberapa hambatan yang sering ditemui di desa sehingga usaha menjadi sulit berkembang adalah sebagai berikut:

Tidak ada sumber daya untuk dimanfaatkan…

Misalnya saja apabila sebuah desa memiliki tanah tandus akibat pencemaran tambang, sehingga tanah tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Dalam aspek pariwisata juga dapat diartikan desa tidak memiliki daya tarik wisata alam sehingga tidak bisa mengembangkan desa wisata. Ada juga kasus dimana desa yang mepet dengan perkotaan dimana semua lahannya sudah dibeli oleh pengembang untuk dijadikan perumahan, sehingga desa tidak memiliki lahan lagi untuk diolah, sepertinya kalau sudah begitu lebih baik jadi kelurahan saja yaah.

Tidak menyadari potensi sumber daya…

Terkadang persoalannya bukan karena tidak terdapatnya sumber daya, tetapi seringkali sebenarnya sumber dayanya ada namun warga desa tidak menyadari potensi tersebut. Seringkali karena warga desa sudah terbiasa melihat hal tersebut jadi tidak merasa spesial. Padahal bagi warga kota yang jarang kali menemukan hal tersebut, sangat dicari. Misalnya umbul pemandian di desa yang sehari-hari digunakan warga desa untuk mandi, ternyata merupakan sebuah hal spesial bagi warga kota untuk bisa punya pengalaman mandi di umbul, bahkan rela membayar mahal untuk bisa merasakan hal tersebut. Terkadang bisa juga dikarenakan kurangnya kompetensi masyarakat desa dalam melihat peluang bisnis.

Tidak mampu mengakuisisi sumber daya…

Kalau ini kasus dimana warga desa tidak mampu mengakuisisi sumber daya yang ada. Bisa jadi karena harganya mahal atau sudah dimiliki oleh orang lain. Sedangkan warga desa sulit mengakses permodalan finansial melalui bank karena tidak memenuhi persyaratan yang ada untuk meminjam uang. Sering kali warga desa dilihat sebagai peminjam dengan resiko tinggi sehingga tidak diminati pemberi pinjaman.

Kurangnya kapasitas SDM…

Kondisi dimana warga desa tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk memaksimalkan sumber daya. Biasanya pengusaha di desa sangat menguasai proses produksi dari komoditas, tetapi sangat kurang dalam keahlian mengelola bisnis.

Kurangnya inovasi…

Warga desa tidak mampu untuk mengembangkan solusi inovatif untuk menyelesaikan masalah. Keterbatasan informasi di desa membuat pikiran masyarakatnya terkurung dengan kondisi didekatnya saja. Padahal di luar sana banyak pengetahuan baru dan informasi berharga yang sebenarnya dapat diakses dengan sangat mudah. Saat ini sudah banyak situs atau video di youtube yang memuat desa-desa percontohan yang berhasil dalam pengembangan usahanya.

Dan masih banyak lagi…

Ketika kita sudah mengetahui faktor penghambatnya, seharusnya kita bisa melakukan intervensi yang sesuai untuk mengatasi hambatan tersebut. Kali ini aku mau membahas bagaimana modal sosial mampu mengatasi hambatan tersebut. Dapat disimpulkan dari beberapa poin di atas desa seringkali kekurangan modal fisik, modal SDM, dan modal finansial. Desa tidak bisa menyelesaikan persoalan tersebut sendiri, daripada fokus membenahi kekurangan sendiri, lebih baik berbagi peran dengan meminta bantuan pihak-pihak yang memang ahli pada bidangnya. Untuk itu diperlukan modal sosial yang kuat.

Untuk mengatasi persoalan sumber daya manusia, melalui modal sosial dengan universitas dan LSM, desa dapat memperoleh program peningkatan kapasitas secara cuma-cuma. Misalnya melalui program KKN dari universitas, desa bisa saja meminta pelatihan pengembangan usaha dimulai dari produksi, cara mengemas, hingga pemasaran. Modal sosial ini dapat dibangun apabila memang ada keinginan dari pihak desa. Sebagai contoh yang aku temui, ada kepala desa yang proaktif menyampaikan proposal ke kampus-kampus untuk menjadikan desanya sasaran tempat KKN.

Untuk mengatasi persoalan modal finansial, melalui modal sosial dengan bank, desa dapat dibina oleh pihak bank dalam mengelola keuangan. Misalnya yang aku temui di sebuah desa wisata, bank tidak hanya dapat memberikan pinjaman modal berupa uang atau menyediakan jasa pelayanan keuangan, tetapi juga dapat memberikan pendampingan. Misalnya dengan membantu menyusun konsep sistem investasi dari masyarakat lokal, sehingga tidak perlu mengandalkan investasi swasta dari luar. Dengan begitu, masyarakat lokal juga bisa ikut memperoleh dividen dan merasakan keuntungannya.

Untuk mengatasi modal fisik berupa alat dan bahan, melalui modal sosial dengan perusahan teknologi maupun riset, desa dapat bekerjasama untuk membeli alat yang memiliki efisiensi tinggi sehingga dapat memaksimalkan produksi. Saat ini banyak sekali start-up yang menawarkan sistem maupun alat bantu untuk otomasi dan mekanisasi proses produksi untuk mengurangi biaya produksi.

Tentunya dalam meningkatkan modal sosial desa, tidak mudah. Desa tersebut harus dapat dipercaya, salah satunya dengan memiliki perencanaan yang baik, juga secara norma aturan jelas ketika melakukan perjanjian sehingga pihak-pihak yang berelasi merasa aman untuk bekerjasama. Pada tahap awal, karena masyarakatnya yang guyub, seharusnya desa bisa memaksimalkan modal sosial di internal masyarakatnya, untuk menyatukan sumber daya/modal yang dimiliki masing-masing untuk memajukan desa.

Ide sepintas

Untuk mengakselerasi modal sosial desa, sepintas berpikir kayanya menarik kalau ada platform inkubasi untuk usaha desa, dimana desa dan pihak-pihak yang dapat berperan dalam pembangunan desa dapat bertemu. Saya yakin sebenarnya banyak sekali pihak yang mau membantu mengembangkan desa baik melalui CSR, melalui penerapan teknologi, sebagai investor dan lain sebagainya, tapi terkadang pihak tersebut kesulitan mencari desa yang cocok dan dapat dipercaya untuk menjalankan program. Melalui inkubator ini harapannya setiap desa bisa menarasikan masalah dan kebutuhannya, juga melampirkan portofolio desanya untuk dapat memperlihatkan track record keberjalanan program yang baik. Sehingga pihak pemberi bantuan dapat dengan mudah menemukan lokasi untuk penerapan programnya. Platform ini harapannya dapat menjawab masalah di awal soal desa yang sulit mengakses segala hal, melalui platform ini seharusnya bisa memangkas ruang dan waktu untuk bertemu.

--

--