“ INDONESIA , Zaman Baru Senjata Baru ! “

Hesti Prawati
5 min readAug 25, 2015

--

Senjata Feodalisme dan Kapitalisme terutama adalah Peluru dan Pedang.

Senjata Proletar Industri ialah Agitasi, Mogok, dan Demontrasi.

Sebulan Massa-Aksi di Indonesia sekarang lebih berguna dari 4 tahun Diponogoroisme.

Zaman Baru membawa Senjata Baru !!!!

Tokyo, Januari 1926 ( Tan Malaka )

Bukan seorang penyair,

Sebuah cuplikan kata-kata ini memang begitu sederhana, tetapi memiliki makna yang begitu mendalam. Membuat kita selalu berusaha mencari jawaban dari setiap zamannya. “ Zaman Baru Membawa Senjata Baru !!!!” Sebuah kalimat yang merupakan kunci dari kehidupan manusia dulu, kini, dan nanti.

Untuk mendalaminya mari kita lebih mengenal bangsa kita dulu dan kini….

Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa. Sudah 70 tahun perayaan proklamasi kemerdekaan sejak dikumandangkan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tepatnya di depan rumah Ir.Soekarno di Jalan Pegangsaan timur no 56 pukul 10.00 WIB. Kita tentunya tahu bahwa Proklamasi bukanlah hal yang dicapai dengan mudah. Begitu banyak pengorbanan yang harus dilakukan. Masa — masa yang begitu berat harus dilalui , Kerja Rodi pada Masa Penjajahan Belanda selama 3,5 abad, Romusa pada masa penjajahan Jepang yang sangat tidak berprikemanusiaan, penindasan, pelecehan , dan darah yang tercecer dimana-mana tanpa perlindungan HAM. Pada masa itu rakyat sangat tertindas, tetapi bukan berarti tanpa perlawanan. Seperti sungai yang terhambat majunya oleh gunung maka akan menembus gunung itu, begitu pula para rakyat yang tertindas yang berusaha melawan dengan segenap jiwaa raga walau darah suci harus tumpah karenanya. Dan salah satu pergerakan tersebut seperti perang Gerilya, perang Aceh, perang Diponogoro dan perang-perang lainnya.Berbagai perjuangan terus dilakukan, entah berapa banyak waktu, harta dan nyawa yang harus dikorbankan, tapi semua itu tak lantas membuat bangsa Indonesia getar.

Dan pada akhirnya proses proklamasi itu sendiri bukanlah hal yang mudah . Dimulai Pada 6 Agustus 1945, ketika 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Dimana pada tanggal 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus. Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio pada tanggal 10 Agustus 1945, bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Walaupun demikian ini adalah moment emas yang tak dapat dihiraukan lagi.

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro Yamamoto dan bermalam di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan. Mengetahui bahwa proklamasi tanpa pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan menyiapkan teks Proklamasi yang kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945.

Laksana debu yang berterbangan, berita ini dalam sekejap menyebar ke seluruh pelosok negeri bahkan ke negeri sebrang.Hingga akhirnya pada 23 Agustus 1945 tentara Belanda kembali mendarat di Sabang, Aceh dan tiba di Jakarta pada tanggal 15 September 1945, ia didampingi Dr Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration — pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr Hubertus J van Mook. Hal ini lagi- lagi tak membuat Indonesia gentar. Semangat nasionalis dan taktik yang cerdas telah berhasil mengusir mereka dari bumi pertiwi ini.

Ya itulah perjalanan singkat menuju Proklamasi kemerdekaan. Suatu keaadaan dimana dengan serba kekurangan rakyat Indonesia tetap bisa berjuang hingga membuahkan hasil. Walau harta, nyawa harus di korbankan tak lantas mengurangi semangat perjuangan….

Lain zaman maka lain pula tindakan dan kini kita telah memasuki zaman baru kawan, …

Bukan zaman feodalis, penjajahan, ataupun jaman revolusi tetapi zaman modern. Suatu zaman dimana berperang bukan lagi menggunakan senjata ataupun harus turun ke jalan secara keras. Tetapi suatu zaman dimana teknologi dan ilmu pengetahuan adalah senjata yang paling muktahir.

Suatu zaman yang mungkin lebih baik dari zaman sebelumnya atau mungkin justru sebaliknya. Dengan berbagai kemelut bangsa yang ada penulis sendiri tidak dapat mengatakan apakah zaman ini telah merdeka atau belum, tetapi yang pasti ini adalah zaman yang abstrak. Dimana ancaman yang tak tersadari lebih kuat dibandingkan ancaman secara fisik. Dan jika kita tidak ingin tenggelam kembali dalam kesuraman zaman maka kini saatnya pemuda bangsa yang cerdas dan berprestasi mampu bertindak sebagai pahlawan bagi bangsa ini. Sebuah senjata paling muktahir yang akan membawa negara Indonesia mencapai puncak kejayaannya.

Dan permasalahan sekarang ialah bagaimana caranya agar kita memiliki senjata paling muktahir itu ???

Kawan- kawan !!!

Jangan segan belajar dan membaca ! Dengan pengetahuan itulah kelak kamu bisa merebut hakmu dan hak rakyat. Tuntutlah Pelajaran dan asalah otakmu dimana juga, dalam pekerjaanmu, dalam bui ataupun buangan !

Insaflah bahwa pengetahuan itu kekuasaan. Ada kalanya kelak dari kamu, Rakyat melarat ituakan menuntut segala macam pengetahuan, seperti dari satu perigi yang tak boleh kering. Bersiaplah !!!

( Tan Malaka- Tokyo, Januari 1926 )

Seorang Tang Malaka dan pendahulu kita telah menemukan kuncinya dan kini saatnya kita sebagai generasi penerus untuk mendapatkan kunci itu …..

HESTI PRAWATI

15414002

Referensi :

Andrian Vickers. 2005. “ A History of Modrn Indonesia”. Inggris : Cambridge University Press.

Tan Malaka. 2015 ”Semangat Muda”. Kota Bandung: Sega Arsi.

http://serbamakalah.blogspot.com/2013/03/indonesia-diantara-tlikungan-feodalisme_4.html

--

--