Ospek itu Kaderisasi atau Orientasi?

Gregoria Junita Kirana
SADEVA SATYAGRAHA
Published in
2 min readAug 25, 2015

--

Akhir-akhir ini, ospek cukup sering diperbincangkan. Banyak yang menolak adanya ospek, namun ada pula yang mendukung. Ospek biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu pada awal tahun ajaran sebagai wujud orientasi atau kaderisasi bagi mahasiswa yang baru diterima.

Sebetulnya, orientasi dan kaderisasi adalah dua hal yang berbeda. Menurut KBBI, orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yang tepat dan benar. Sementara itu, kaderisasi yang disebut juga pengaderan adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Dalam dunia kampus, kader yang dimaksud adalah anggota sebuah organisasi kemahasiswaan, seperti keluarga mahasiswa, himpunan mahasiswa jurusan, unit kemahasiswaan, dan lainnya.

Ospek yang kita kenal pada umumnya sebetulnya merupakan sebuah proses orientasi bukanlah kaderisasi. Kaderisasi di lingkungan kampus seharusnya berlangsung sepanjang mahasiswa tersebut berkuliah atau berkecimpung di organisasi kemahasiswaan terkait. Mahasiswa senantiasa harus selalu dididik dan dibentuk menjadi seorang kader yang cakap tidak hanya melalui ospek yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, namun juga dari pengalaman-pengalaman selama ia menjadi anggota dari organisasi kemahasiswaan tersebut.

Banyak yang berasumsi negatif terhadap kegiatan orientasi mahasiswa ini. Orientasi seharusnya berisi pembekalan yang edukatif terhadap mahasiswa baru agar dapat menyesuaikan diri di dunia kampus yang tentunya berbeda dengan dunia sekolah.

Sayangnya, masih banyak ospek kampus diadakan bukan sebagai wadah edukasi bagi mahasiswa baru melainkan sebagai wadah perpeloncoan. Sungguh ironis, bahwa membina mental mahasiswa baru dijadikan alasan oleh para senior untuk melakukan perpeloncoan pada juniornya. Sadarlah bahwa perpeloncoan itu bukan membina mental mahasiswa baru, tetapi justru memperburuk kualitas mental mereka. Mereka melakukan semua yang diminta senior bukan untuk menunjukkan kedisplinan tetapi karena dibayangi rasa ketakutan.

Negeri kita tidak membutuhkan generasi yang bermental penakut.

Oleh karena itu, hapuskan perpeloncoan dalam proses orientasi kemahasiswaan dan jadikanlah ospek lebih humanis dan bermanfaat untuk menyambut mahasiswa baru

Gregoria Junita Kirana | 15414093

Sumber: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php

--

--