Perencanaan: Mimpi dan Penerapan

Rafialdy Janitra
SADEVA SATYAGRAHA
Published in
4 min readJul 15, 2015

“Kota masa depan?”
“Seperti apa yang sedang direncanakan untuk kota di Indonesia?”
“Sudah sejauh mana persiapannya dan kota mana yang paling siap?”

Pertanyaan diatas sedikit mengusik pikiran saya pagi ini, hingga memaksa untuk menelusur lebih jauh di dunia maya. Berbicara kota dan perencanaannya sudah tentu kita harus membicarakan sekelumit hal kompleks di sekitarnya. Karena kota bukan hanya fisiknya, kota bukan hanya wilayahnya, tapi kota adalah kita, kita yang bergerak di dalamnya.

Acap kali kita dengar nama-nama dokumen perencanaan di negeri ini mulai dari tingkat nasional hingga kabupaten/kota, mulai dari jangka pendek hingga jangka panjang. Ya, hasil birokrasi itulah yang akan membawa kemana kota-kota di negeri ini bergerak. Yang saya baca pagi tadi, kota di Indonesia diharapkan mampu menyokong Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Itu tertuang di RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Nasional 2005–2025. Visi besar…

Visi itu diterjemahkan kembali ke dalam rencana yang lebih detail di berbagai tingkatan wilayah dan waktu, hingga mencapai yang rencana strategis dan aplikasi proyeknya. Masuk ke pelaksanaan rencana, disinilah will power kita harus diubah menjadi sesuatu yang nyata. Nah, tidak jarang ide besar menemui kegagalan. Dalam beberapa kasus, kita mampu melakukan suatu hal besar, namun tidak mampu memecahkan masalah lain yang terlihat lebih sederhana.

headline berita permasalahan seputar perencanaan

Sayangnya, pada praktiknya headline seperti itu masih sering dijumpai di berbagai media. Apa yang salah jika rencananya sudah ada namun tidak bisa terlaksana? Seperti yang saya utarakan di awal tulisan ini, kota itu kompleks. Benar-benar kompleks. Proses perencanaannya saja memakan waktu lama, belum lagi sosialisasi ke masyarakat, belum ini, belum itu, dan lain sebagainya. Tidak dapat dipungkiri juga alur birokrasi juga sama kompleksnya. Sehingga benar-benar tidak semudah bayangan.

Dikaitkan dengan masalah keprofesian, perencana, benar-benar harus punya kemauan bergerak (will to power) yang tinggi untuk mempertahankan rencananya suapaya tetap terlaksana. Kompromi-kompromi yang mengatasnamakan kepentingan tertentu memang sudah menjadi rahasia umum. Hanya orang yang punya integritas tinggi dan keteguhan pendirian yang mampu mengalahkan itu. Meski terkadang terlalu berani juga bisa berefek lain.

Budaya warisan kumpeni, Korupsi, yang masih mengakar juga menjadi hambatan lain yang ada di lapangan. Kita memang masih berproses menceraikan kata “korupsi” dan “Indonesia” yang sudah lama erat. Lagi-lagi integritas dibutuhkan penting disini. Tidak mungkin lahir kota maju, atau negara maju jika pemikiran dan budaya masyarakatnya tidak jua maju. Mungkin ini yang menyebabkan kota-kota kita belum semaju Kuala Lumpur, Singapura, apalagi Curitiba padahal kita lebih dahulu merdeka.

Koordinasi yang terjaga baik juga penting dalam proses merencana. Karena untuk mengubah kota, meskipun ada sejuta ide di kepala, tidak mungkin sanggup dengan hanya dua tangan ini yang menggerakannya. Butuh banyak tangan lain yang mau diajak berjuang bersama.

Yogyakarta, Bali, dan Bandung. Contoh kota yang berproses menuju kota unggul di Indonesia

Itu mungkin hanya sedikit gambaran tentang bagaimana proses perencanaan berjalan di negeri ini. Perlu dicatat juga, tidak semua proyek perencanaan kota mandek seperti itu. Tidak sedikit juga kota-kota di Indonesia yang berproses menuju goal tersebut. Lihatlah Yogyakarta yang hidup selaras antara perkembangan kota dan kehidupan pedesaannya, Taman Pintarnya yang mengedukasi teknologi dan sains pada masyarakat. Bahkan Yogya mendapat predikat the Most Livable City dari IAP (Ikatan Ahli Perencana) beberapa tahun lalu. Tengok juga Bali dengan keselarasan adat budayanya dengan wisata kelas internasional dan lingkungannya yang terjaga. Dan jangan lupakan Bandung yang berproses menjadi kota cerdas bertaraf internasional dengan impian teknopolisnya. Dan juga masih banyak kota lain di Indonesia yang berproses menuju tujuan mulia tersebut.

Semua kota di Indonesia berproses bersama sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimilikinya. Jika dikembalikan ke pertanyaan di awal tulisan ini tentang sejauh mana persiapan kota-kota kita menuju visi, kita ada di bagian penerapan rencana di tahun-tahun ini. Meski mungkin tidak semua terlihat seragam karena tiap kota punya terjemahan masing-masing terhadap visi di RPJP Nasional tersebut. Yang pasti, visi yang mulia harus berpadu dengan pergerakan yang selaras untuk mencapainya. Sekarang pilihan kita hanya dua, duduk manis di tribun, atau berjuang bersama di lapangan untuk mencetak goal. Goal yang tertulis di RPJP Nasional kita.

Mari Bergerak!

__________________________________________________________________

Sumber:

--

--