Ridwan Kamil — Kota Kelahiran dan Tanggung Jawab

Khairana Tiardi
SADEVA SATYAGRAHA
Published in
3 min readJun 26, 2015

Menjadi bagian dari suatu pemerintahan kota tanpa memiliki latar belakang politik tidaklah menjadi tantangan yang sulit bagi Mochamad Ridwan Kamil. Sejak jabatannya dimulai pada tahun 2013, Bandung mengalami beberapa perubahan fisik. Ke arah manakah perubahan tersebut?

Mochamad Ridwan Kamil atau yang lebih akrab disapa dengan Kang Emil lahir di Bandung pada tanggal 4 Oktober 1971. Kang Emil mengenyam pendidikan S1 Arsitektur di ITB pada tahun 1990. Beliau selanjutnya melanjutkan pendidikan S2 Urban Design di University of California, Berkeley. Bersama beberapa temannya, Kang Emil mendikiran sebuah perusahaan konsultan di bidang arsitektur, perancangan, dan perencanaan bernama Urbane. Dengan bermodalkan latar belakang di bidang arsitektur dan perencanaan, Kang Emil bersama Oded Muhammad Danial dicalonkan oleh dua partai besar di Indonesia untuk menjadi Walikota Bandung periode 2013–2018. Hasil suara menang telak didapatkan oleh Kang Emil.

Perubahan di Kota Bandung mulai dirasa sejak hari jabatannya diterima. Salah satu perubahan fisik yang paling terasa adalah perbaikan dan pembuatan beberapa taman tematik di Kota Bandung. Kang Emil mencanangkan tiga puluh taman tematik di Kota Bandung; beberapa telah terealisasi, beberapa masih dalam tahap. Menurut beliau, meningkatkan indeks kebahagiaan sebuah kota dapat dicapai dengan cara memperindah kota. Bila taman kota terlihat indah dan unik maka taman kota dapat menarik perhatian warga kotanya. Dengan begitu, taman kota dapat dijadikan tempat berkumpul dan dapat menghilangan tingkat stres seseorang.

Inovasi memang perlu, namun tahap steal like an artist juga diperlukan. Contohnya adalah Taman Fitness yang berada di Jalan Teuku Umar. Kang Emil mendapat ide taman tersebut dari taman bertema sama di Hongkong. Hingga saat ini, Taman Fitness digunakan oleh warga Kota Bandung dengan baik. Selain itu Taman Baca juga diadaptasi dari taman bertema sama di negara lain. Taman tersebut terletak di segitiga antara Jalan Tamansari dan Jalan Dayang Sumbi. Sayangnya, keberadaan taman ini sudah tidak ada karena tidak terawat namun fasilitas kursi dan lemari dari Taman Baca ini tersedia di Taman Pasupati atau yang lebih dikenal dengan Taman Jomblo.

Hak yang bisa didapatkan komunitas sesuai minat dan bakat di Kota Bandung mulai terpenuhi dengan adanya taman-taman tematik. Mereka mendapatkan tempat layak yang dapat digunakan untuk berkumpul sekaligus berlatih bersama. Contohnya adalah Taman Skateboard, Taman Film, dan Taman Fotografi. Keberadaan taman-taman tersebut diharapkan dapat meningkatkan skill sekaligus meningkatkan silaturahmi bagi sesama anggota komunitas.

Masih ingat dengan euforia perayaan akbar KAA 2015 lalu? Kang Emil dianggap sukses dalam menyulap Kota Bandung menjadi indah. Antusiasme warga dalam menghadiri acara tersebut juga dirasa baik. Yang disayangkan adalah fasilitas yang telah diperbaiki dan dibuat belum digunakan dengan baik bagi semua orang.

Entah perubahan-perubahan tersebut juga dirasakan atau tidak namun masih sering didapati warga Bandung yang mengeluh dan menggunakan fasilitas tidak sebagaimana mestinya. Sesungguhnya, Kang Emil dan tim adalah manusia biasa; mereka membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk dapat membenahi Kota Bandung dalam satu kedipan mata. Sebagai warga Kota Bandung, sudah semestinya kita turut menjaga kota ini demi kebaikan hari ini, esok, dan masa depan. Sekali lagi ingat, dengan turut menjaga keindahan kota maka kita turut membantu meningkatkan indeks kebahagiaan warganya.

Berbanggalah menjadi warga yang memiliki sosok walikota yang memanusiakan manusia!

Referensi:

Winawang, P. (2014). Cerita Ridwan Kamil tentang Bandung di #AKBERBDG. Students. Diakses pada 29 November 2014, dikutip dari http://students.telkomuniversity.ac.id/2014/07/14/cerita-ridwan-kamil-tentang-bandung-di-akberbdg/

Khairana Tiardi — 19914138

--

--