Pramadya Fazriandi Rusmana
SADEVA SATYAGRAHA
Published in
4 min readAug 29, 2015

--

SIASAT POLITIK TELEVISI DALAM PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK

https://setyomanggala.files.wordpress.com/2014/01/img_9192.jpg

Televisi merupakan salah satu alat komunikasi berupa moving audio visual satu arah yang paling diminati masyarakat Indonesia, dan juga merupakan media yang paling cepat pertumbuhannya. Peran Televisi sebagai media komunikasi visual sangat luar biasa dibandingkan media lain. Artikel Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia tahun 1996 menyebutkan bahwa kekuatan besar televisi tidak dapat dibayangkan oleh Paul Nipkow sekalipun ketika dia memastikan bahwa anak-anak Indonesia (usia 6–15 tahun) “harus menyisihkan” waktu 22–26 jam per minggu untuk menonton televisi. Ketika usia mencapai 20 tahun secara total hampir mencapai juta reclamesport atau mencapai rata-rata 1000 per pekan, maka tidak heran bila pola pikir anak pada zaman sekarang telah banyak terpengaruh oleh tayangan yang ditonton melalui televisi, begitupula pada masa-masa selanjutnya. (Tondowidjojo1999:57).

Televisi merupakan alat komunikasi yang menyampaikan pesan-pesannya melalui cara yang cukup sederhana, proses tersebut biasa disebut pesan sepintas atau transitory. Karena hal itulah pesan yang disampaikan televisi harus cukup singkat namun dapat langsung dicerna masyarakat. Pesan sederhana tersebut disampaikan melalui pemahaman universal sehingga anak-anak pun dapat mengerti pesan yang cukup berat. Munculnya televisi menghadirkan suatu revolusi dimana manusia dihadapkan pada jaman komunikasi visual pada layar televisi.

Kesederhanaan bentuk dan cara penyampaian pesan inilah yang menjadi sumber kekhawatiran banyak masyarakat. Ada beberapa fungsi dari televisi yaitu untuk menyebarkan informasi, menghibur, mendidik, dan mempengaruhi. Dibalik tujuan untuk menghibur penonton banyak pesan negatif yang muncul dari tayangan beberapa stasiun televisi.

Setiap stasiun televisi memiliki porsi tujuan yang berbeda-beda, namun pada masa kini kebanyakan televisi memiliki porsi mempengaruhi yang sangat besar. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at dari Universitas Padjadjaran, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton. bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terdoktrin maka itu bukanlah sesuatu yang,istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan akan menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah-olah hanyut dalam keterlibatan pada kondisi atau peristiwa yang ditayangkan di televisi.

Media dapat mempengaruhi semua hal yang ada di dunia ini, salah satu contohnya melalui televisi, alur politik di Indonesia sangat besar terpengaruh karena media mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat, karenanya keberadaan media massa bagi partai politik menjadi sesuatu yang sangat strategis dan teramat penting. Sebagai media yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, televisi punya pengaruh paling besar terhadap masyarakat, termasuk membentuk opini masyarakat terhadap partai politik.

Berdasarkan hasil penelitian, setiap partai politik menyadari bahwa televisi merupakan salah satu media yang paling efektif di dalam proses penyampaian pesan politik, termasuk di dalam melakukan pencitraan. Cara yang digunakan partai politik dalam melakukan pencitraan selain melalui kerjasama dengan perusahaan dan orang yang berkuasa , ada juga dengan mengatur dan memaksa pihak stasiun televisi untuk memberikan berita branding terkait politik. Salah satu yang kini menjadi sorotan dan diperkirakan akan menjadi masalah dalam demokrasi di Indonesia, adalah masalah penguasaan kepemilikan beberapa stasiun televisi nasional oleh elite partai politik.

Begitu kuatnya peranan media, para politisi menjadikan kampanye di media televisi sebagai prioritas utama. Kampanye politik di televisi dapat mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan. Apalagi jika media mampu menangkap selera publik serta paham bagaimana menampilkan sang politisi di layar TV, maka semakin besar kemungkinan masyarakat akan terdoktrin. Media sendiri telah berperan penting dalam membentuk opini publik. kekuatan media diyakini oleh pemilik yang juga merupakan elit partai politik, sehingga dengan terang-terangan mereka memodifikasi isi pemberitaan yang satu tujuan dengan agenda politikny, dengan demikin maka memang benar jika media merupakan mesin paling efektif untuk mendongrak citra kandidat pejabat.

Memang sudah menjadi fakta yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa media televisi berafiliasi dengan kekuatan politik. Sesungguhnya kondisi ini sudah berlangsung sejak lama. Mari lihat sejarah. Di tahun 1968, Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon memenangkan nominasi partainya berkat liputan televisi, namun sangat disayangkan sebab kondisi ini terus berlanjut sampai hari ini. Di republik Indonesia ini. Yang kita harapkan, media menyajikan berita yang bebas dari kepentingan politikatau pihak-pihak tertentu. Tapi, memang yang kita rasakan media seringkali mengangkat berita bertema politik yang menjadi sorot publik.

Sebagai konsumen dari berita televisi kita dituntut untuk lebih pintar dan selektif dalam menerima pesan dari berita di televisi. Membangun kecerdesan bermedia dapat dengan cara selalu mempertanyakan setiap aspek yang ada, bersikap kritis dan menjujung tinggi nilai objektifitas.

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/04/13654024761573284858.jpg

“Goodness is about character — integrity, honesty, kindness, generosity, moral courage, and the like. More than anything else, it is about how we treat other people.” — Dennis Prager

Daftar Pustaka:

http://www.kompasiana.com/gievariwilmar/televisi-corong-politik_54f6d9d8a333114e5d8b4a8d

Sadeva Satyagraha

Pramadya Fazriandi Rusmana 15414067

--

--