Photo by Dan Musat on Unsplash

Kebijaksanaan yang Kepingin Aku Bagi Sebelum Aku Mati

Sagita Ip
sagitaip
4 min readJul 22, 2019

--

Tulisan ini dibikin di sekitar bulan Agustus, tahun 2015. I was yet to begin my spiritual journey.

Tujuannya sederhana, aku pingin orang lain juga bisa merayakan hidupnya dengan bahagia dan tanpa penyesalan.

Karena semurni-murninya tujuan hidup adalah untuk bahagia.

Karena bahagia baru bener-bener kerasa kalo bisa dibagi.

Happiness only real when shared.” (Christopher McCandless, Into The Wild (based on true story), rilis 2007)

MANUSIA JADI MANUSIA

Ada dua hal yang menjadikan manusia adalah manusia: (1) Manusia berpikir (2) Manusia merasakan.

Manusia berpikir. Adalah logika. Otak.

Manusia merasakan. Adalah perasaan. Hati.

Bisa berpikir, berarti bisa belajar. Bisa merasakan, berarti bisa menyayangi.

Manusia jadi tidak manusia ketika punya otak, bisa mikir, tapi nggak mau belajar — punya hati, bisa ngerasain, tapi nggak mau menyayangi.

APA ARTINYA BERPIKIRAN TERBUKA?

Aku akan bilang kalo ini adalah rahasia kebahagiaan hidup. Berpikiran terbuka. Orang yang sudah terbuka pikirannya, adalah orang yang sudah naik level kesadarannya. Orang-orang berpikiran terbuka merayakan hidup dengan lebih bahagia dibandingkan mereka yang masih menutup diri.

Kenapa?

Karena berpikiran terbuka adalah kebijaksanaan itu sendiri.

Apa? Gimana to maksudmu?

Oke. Aku ngaku deh.

Sebenernya, aku terinspirasi dari film kalo nggak salah, atau bukunya Dee Lestari. Ma’af, agak lupa. Filosofinya sederhana: Bayangkan hidupmu kayak gelas kosong yang sebenernya bolong.

Pada akhirnya, air akan melewatimu begitu aja. Tapi gimana kamu akan menyikapinya?

Pilihannya, kamu bisa pasrah aja, atau kamu bisa ngotot nahan airnya.

Hidup dengan berpikiran terbuka adalah hidup dengan mengibaratkan diri seperti gelas kosong. Kamu memilih untuk pasrah dan terbuka dengan segala macam kemungkinan yang akan melewatimu. Dibandingkan memilih untuk ngotot menjadi yang paling benar dan menolak keras keberadaan kemungkinan yang dirasa tidak sesuai kebenarannya, lalu berakhir dengan ketidaktahuan dan kebodohan.

Dengan menjaga pikiranmu tetap terbuka, kamu juga berproses menaikkan level kesadaran jiwamu. Isn’t that amazing?

Orang dengan pemikiran terbuka tidak terpaku pada hasil dan nilai akhir, mereka adalah orang-orang proses. Mereka tidak berhenti pada level tertentu, mereka hanya membuka diri pada kemungkinan satu dan kemungkinan-kemungkinan lainnya, dan tumbuh bersamaan dengan semua proses itu.

Berpikiran terbuka itu tidak berekpektasi dan tidak kecewa karena sudah melepaskan ke-AKU-an.

Berpikiran sempit itu capek, lho. Yakinlah. Nggak semua hal harus berjalan sesuai dengan harapanmu. Daripada ditahan, mending dibiarin ngalir aja. Yang dibutuhin cuma buat mau mengikuti alirannya.

Nyambung sama manusia jadi manusia. Berpikiran terbuka itu kemauan untuk belajar ketika nggak mau belajar, kemauan untuk menyayangi ketika nggak mau menyayangi.

Case sample, sesuatu yang nggak disukai atau sesuatu yang ‘dirasa’ tidak baik.

Orang mungkin nggak suka matematika atau gambar, tapi berpikiran terbuka, seseorang tetap mau untuk belajar dan akhirnya akan mengembangkan potensi dirinya.

Orang mungkin merasa si A, atau pemikiran X tidak baik buat dirinya, tapi berpikiran terbuka, seseorang tetap mau untuk mengerti dan akhirnya akan mengembangkan jiwanya

Banyak orang terbiasa buat sudah menilai sesuatu yang dia nggak tau, sebelum dia benar-benar tau. Sombong nggak? Semacam keminter.

Padahal kebanyakan penilaian ‘tidak baik’ didapat karena orang nggak tau dan nggak mau tau.

Berpikiran terbuka berarti melepaskan kebiasaan menilai sebelum tau faktanya. Buat belajar menyayangi hal yang nggak disukai. Buat belajar melihat dari kacamata Tuhan. Buat mengamalkan nilai-nilai Tuhan yang sudah di-install dari kita lahir.

Berikan kesempatan buat dirimu belajar dan naik level.

HIDUP INI CUMA SEMENTARA

Manusia bisa punya segalanya, mulai yang konkrit kayak uang, properti, fisik yang sempurna, sampai yang abstrak kayak jabatan, status sosial, kecerdasan, kesehatan. Tapi nggak ada dari semua itu yang bisa dimiliki selamanya.

Malah ada pemikir yang bilang kalo kehidupan cuma ilusi. Nggak ada satu pun dari semua ini yang nyata. Pada akhirnya, semua yang ada ini sebenarnya nggak pernah ada.

Harapan bahwa masih ada kehidupan setelah kematian adalah pemikiran yang membuat seseorang tetap bertahan hidup.

Di sisi lain, orang bisa gila kalo mikirin bahwa sebenarnya tidak akan ada apa-apa setelah kematian.

Ingatlah. Tidak ada yang tidak mungkin. Tetap terbuka dengan segala kemungkinan.

Kita nggak bisa menilai karena kita nggak tau apa-apa. Aku ulangi. Kita nggak bisa menilai karena kita nggak tau apa-apa.

Surga dan neraka itu bukan tujuan. Bukan nilai dari hidup. Keduanya bahkan nggak bisa dipastikan keberadaannya. Tapi proses spiritual kita ada, dan nggak akan ada habisnya.

CATATAN

Tulisan ini dibuat untuk menginspirasi. Pemikiran-pemikiran ini mungkin nggak sepenuhnya benar buat beberapa orang — dan nggak masalah, nggak semua orang melihat hidup dengan cara yang sama.

Aku cuma berbagi aja. Kenapa? Karena lebih damai dan tenang kalo melihat dan menyikapi hidup dengan semua pemikiran ini.

You may say I’m a dreamer. But I’m not the only one.” (John Lennon, Imagine, rilis 1975)

--

--

Sagita Ip
sagitaip
0 Followers
Editor for

Unicorn in human-suit. Puke rainbow.