Liburan Keluarga dan Pipa-pipa Air, Afrizal Malna

Arif Abdurahman
sajakpagi
Published in
1 min readJun 11, 2018
sumber gambar: degradablethoughts.blogspot.com

Arsitektur sungai dan sawah, tikus dan batang-batang
pisang, menyusun jalan untukmu. Warnanya coklat
penuh kebimbangan. Tetapi kota tidak diturunkan dari
situ, Agus. Jangan bergegas! Kita buat tenda penuh hujan
di tengah hutan, sebelum lampu senter mengubah
pikiran jadi kantong-kantong plastik. Sungai ini tidak
hanya membawa batu-batu, tetapi juga softex, bungkusan
mi, dan sisa-sisa makan penuh pecahan kulit telur.

Air sungai melompat, meraih kakimu, bisa juga.
Cikapundung, eui, sungai di Dago Bengkok itu, mungkin
juga pernah menyimpan sikat gigimu. Tetapi seseorang
berlari dari pipa-pipa air, membuat anatomi kebencian
jadi senirupa. “Saudara, kota telah dibuat dari bangkai-
bangkai sungai,” katanya. Dan aku makan asinan mangga
dalam kantong plastik dingin, serbuk-serbuk biokimia,
seperti anatomi kebencian itu juga.

Sudah pagi sekali.

Agus, Andar, dan Rusdi membawa bangkai sungai itu
ke lemari es. Tetapi jangan tinggalkan kebencian di situ,
seperti bahasa Sunda yang menutup pintu. Eui, kita pergi
ke gunung, mendaki, mendaki, menjenguk kakek,
menjenguk ibu, meletuskan daun-daun. Eui……selamat
jalan….selamat senang-senang…eui…

1994

--

--