Perkosa, Adrienne Rich

Arif Abdurahman
sajakpagi
Published in
2 min readDec 25, 2019

Ada seorang polisi yang perampas sekaligus pembela:
dia berasal dari blokmu, tumbuh bersama abang-abangmu,
punya ideal tertentu.
Kau hampir tak mengenali dia dalam sepatu bot dan lencana peraknya,
di atas kuda, satu tangan mengokang pistolnya.

Kau hampir tak mengenalnya tetapi kau harus mengenalnya:
dia punya akses ke mesin yang bisa membunuhmu.
Dia dan kuda jantannya seperti panglima perang di antara sampah,
cita-citanya menjulang di udara, suatu awan beku
dari antara bibirnya yang tanpa senyum.

Maka, ketika saatnya tiba, kau harus berpaling kepadanya,
sperma si maniak masih mengolesi pahamu,
pikiranmu berputar seperti orang gila. Kau harus mengaku
Baginya, kau bersalah atas kejahatan itu
karena telah dipaksa.

Dan kau melihat mata birunya, mata biru dari semua keluarga
yang kau kenal, menyempit dan berkilau,
tangannya mengetik rincian-rinciannya
dan dia menginginkan semua
tetapi histeria dalam suaramu amat menyenangkan dia.

Kau hampir tak mengenalnya tetapi sekarang dia pikir dia mengenalmu:
dia telah mengambil momen terburukmu
pada mesin dan memasukkannya ke dalam berkas.
Dia tahu, atau mengira dia tahu, seberapa banyak yang kau bayangkan;
dia tahu, atau mengira dia tahu, apa yang kau diam-diam inginkan.

Dia memiliki akses ke mesin yang bisa membuat kau tersingkir;
dan jika, dalam cahaya yang memuakkan dari kantor polisi,
dan jika, dalam cahaya yang memuakkan dari kantor polisi,
rincianmu terdengar bak sebuah potret pelapormu,
apakah kau akan menelan, apakah kau akan menyangkalnya, apakah kau akan berbohong sekembalimu ke rumah?

1972

--

--