Minggu Keempat: Ojek Online

ilham rinaldi
Sandang Pangan Santai
4 min readAug 2, 2020

Ojek online atau akrab disebut ojol adalah satu dari banyaknya pekerjaan yang kian populer akhir-akhir ini. Mulanya bertujuan memudahkan masyarakat, sampai menjadi kebutuhan, dan tak jarang menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian orang. Tak dapat dipungkiri, bagi mereka driver yang rajin mencari penumpang, pendapatannya tak main-main, bahkan bisa menyentuh dua digit dalam sebulan. Inilah yang mendasari Deka, pria yang hobi berkhayal untuk kencan dengan Luna Maya ini mencoba untuk mendafkan dirinya menjadi driver ojol. Bukan tanpa sebab, selasa pagi tadi sebelum berangkat ke kantor, ia menemukan akun Twitter yang berhasil menaikan rasa konaknya, @bambangeee, e-nya tiga. Menonton beberapa videonya saja membuat ia hampir terlambat datang ke kantor karena durasi mandi yang lebih lama. Tentu, alih-alih melihat ini sebagai peluang baru mencari penghasilan, nampaknya ia lebih tertarik untuk bisa nyusu dengan pelanggannya.

Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Sesampainya di kantor, ia coba bertanya kepada Steve, salah satu rekan di kantornya ini sebelumnya berpengalaman menjadi driver ojol semasa liburan kuliahnya dulu.

“Steve, pas dulu nge-ojol biasanya dikasih susu berapa?” Deka mencoba bertanya kepada Steve, namun karena sedikit melamun membuatnya sedikit gagal fokus.

“Hah?! Maksudnya susu?” Steve pun nampak bingung dengan tekukan alis di dahinya.

“Eh maksud gue bintang…” Deka mencoba meluruskan.

“Standar sih… biasanya lima, cuman kadang pernah juga dapet empat, paling parah si pas itu dapet dua gara-gara gue gak ajak ngobrol penumpangnya, malah dibilang ga asik.” Pria berambut klimis dengan mata sipit ini mencoba menjelaskan pengalamannya dulu.

“Oh gitu? Lo pernah dapet orderan dari bambangeee ga?” Deka mulai menyudutkan pertanyaannya.

“ANJINGGG! Yang viral di Twitter itu?? Kagak pernah lah, kalo pun pernah gue masih ngojol kali…” Steve membalasnya sambil sedikit kebingungan dengan tingkah Deka pagi ini.

“Hahaha, btw itu cara daftarnya gimana si?” Deka mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Tinggal hubungin langsung ke webnya aja si, coba aja lo telpon, ada nomornya kok disitu.” Steve menjawab seadanya sambil kembali fokus ke komputernya.

Deka hanya mengangguk dan kembali melanjutkan pekerjaannya sebelum akhirnya kembali berselancar maya mencari serba-serbi ojol sepulang dari kantor.

Setibanya di apartemen, ia tidak lupa untuk meminta masukan ke sahabatnya itu yang sudah lebih dulu sampai di apartemen. Pria bertubuh sedang itu mencoba memulai pertanyaan seputar porsi waktu dan prospek kerja menjadi ojol. Bayu yang saat itu tidak begitu tahu soal ojol mencoba menjawab seadanya.

Ditengah-tengah pembahasan. Deka mengalihkan pembicaraannya dari Bayu dan mulai browsing seputar ojol. Mulai dari benefit yang didapatkan, perlengkapan yang diperlukan, dan berkas-berkas yang disampaikan.

“Eh Bay, menurut lo masih nge-trend gak sih sekarang kalo orang kayak gue nge-ojol?” Deka kembali bertanya seputar ojol.

“Emang ada trend-nya ya?” Bayu nampak bingung sambil beranjak untuk mengambil air mium.

“Bukan gitu, maksud gue, kebanyakan sekarang tuh orang nge-ojol gak cuman iseng-iseng lagi gitu, kalo dulu kan anak-anak SMA juga banyak yang daftar gitu maksud gue…” Deka mencoba menerangkan maksudnya kembali.

Bayu yang sadar akan kondisi sahabatnya itu mencoba menjawab. “Ya lo lagi ngapain sih nge-ojol? Belom lagi lo mesti ke Bekasi ambil motor dari rumah lo, gue sih salut kalo lo bisa serajin itu…” Bayu menjawab sambil meminum air di gelas yang ia genggam.

“Ya… Minta di go-box aja.” Deka menjawab polos.

“Pppfffftttt…” Bayu pun seolah refleks menyemburkan air dari dalam mulutnya mendengar perkataan Deka barusan.

Deka yang juga tertawa melihat hal itu kembali browsing, ia pun mulai mendaftarkan diri[1]. Ditambah, pria berkulit sawo matang ini sudah masuk kedalam grup Telegram Satuan Ojol Disayang Istri.

Baru kali ini Deka tidak menaruh gengsi pada calon pekerjaannya ini, mungkin karena terus dibayang-bayangi video tadi pagi yang berhasil membuatnya melepaskan protein tubuh tadi pagi. Bukan hanya Deka, beberapa teman kampusnya bahkan tak jarang memilih driver ojol untuk mengisi waktu luang sembari menambah penghasilan harian.

Tinggg~

Bunyi notifikasi yang langsung diterima menyebutkan bahwa perlu ada proses administrasi langsung datang ke kantor ojol bersangkutan. Sampailah pada dua hari setelah itu, sampai terpaksa ambil cuti untuk registrasi di kantor ojol.

Antrian daftar ojol memang tidak sepadat antrian sembako, atau antrian e-KTP yang kalian tau sendiri lamanya, tapi cukup untuk menyita waktu berjam-jam. Ternyata driver ojol masih menjadi trend kalau begini ceritanya, mungkin begitu pikir pria dengan badan sedang ini. Sampailah ia di antrian terdepan, pengecekan pun dimulai. Tidak kaget rasanya kalau Deka harus pulang dengan tangan kosong hari itu.

“Gimana Ka tadi?” Tanya Bayu yang baru saja pulang dan melihat Deka duduk dengan murung di bangku sofa depan TV.

Fucked Up banget, bray!…” Deka menghela nafas.“Kayaknya emang gue ga ditakdirin buat nyusu puting pelanggan dah,” Jawab Deka sedih.

“SIM gue mati dari tiga bulan lalu.” Lanjutnya singkat.

Deka sedih dan melanjutkan karirnya yang kian diujung tanduk.

[1] https://driver.go-jek.com/s/article/Cara-Mudah-Bergabung-Menjadi-Driver-GO-JEK

Bersambung. Nantikan kelanjutan ceritanya setiap Minggu, jam 7 malam!

--

--