Menjawab Pertanyaan Keluarga Besar

Faiza Fauziah
Sour and Sugar
Published in
2 min readJun 17, 2019

Beberapa minggu pasca idul fitri, semoga bahasan tulisan ini masih masuk momentummya. ☺

Lebaran terkadang momen yang cukup challenging. Bener ga?

Antara niat murni ingin bersilaturahmi, cuma terbayang berbagai basa-basi pertanyaan yang harus dihadapi.

Saya termasuk introvert NTP tulen, sangat menghargai personal space, ditambah menghabiskan waktu berjam-berjam di acara sosial tanpa ada tujuan khusus, buat saya sungguh ini sesuatu sekali.

Jadi bisa terbayang ya perjuangan untuk mengikuti acara keluarga yang dimulai dari pagi ampe sore.

Well, beberapa hari lalu saya baru saja mengikuti halal bihalal keluarga besar , yang bisa ditebak varian pertanyaan sungguh memberi pahala dan doa.

A: Kapan dong kamu nyusul?

B: Duh, kerjaan pindah-pindah mulu

Dan berbagai pertanyaan lainnya.

Reaksi tampak depan: tersenyum. Reaksi dalam hati: rasa ingin pindah ke planet tak berpenghuni.

Untungnya mood ini tak bertahan lama, karena saya teringat pernah mendiskusikan ini dengan seorang sahabat, tentang pertanyaan hidup.

Pertanyaan yang kita hadapi saat ini baru teaser, Fai.

Tidak perlu merasa tengganggu..

Karena sebenarnya, yang harus kita persiapkan adalah untuk menjawab pertanyaan yang lebih besar. — Syir

Syir lanjut bertanya:

“Fai, kamu inget ga pertanyaan apa itu?”

“Diawali saat kita bangkit dari kubur, lalu akan ditanya malaikat: Ma Anta Rabbuka?”

Saya pun tertohok dengan nasihat tersebut.

Seorang muslim sejatinya harus akhirat oriented. Amalan dunia, visi akhirat.

Dan nasihat Syir membut saya teringat juga akan sebuah hadis yang membuat bulu kuduk saya merinding:

Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4 perkara:)

  1. tentang umurnya dihabiskan untuk apa.
  2. tentang ilmunya diamalkan atau tidak.
  3. tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan.
  4. tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.” (HR Tirmidzi)

Astaghfirullah dan Alhamdulillah..

Balik lagi ke kondisi sekarang..

Saya bersyukur di saat mungkin diri berpotensi dikuasai waswisu setan, lalu Allah ingatkan dengan nasihat sahabat saya tersebut.

Semoga kita selalu menuju jalan yang lurus. Juga tidak disibukan dengan pertanyaan yang minim hakikat.

Kita tidak perlu ter-iritasi dengan pertanyaan di dunia. Karena yang perlu kita persiapkan adalah menjawab pertanyaan di akhirat.

--

--

Faiza Fauziah
Sour and Sugar

Writing about environment, islamic lecture and personal reflection. Currently studying about Islam to find personal placidity.