Solutif dan Inovatif sebagai Nilai yang Saling Bergandengan
HIMAMIKRO “Archaea” memiliki 5 nilai dasar yang dipegang berupa nilai solidaritas, loyalitas, solutif, inovatif, dan kebebasan substansial. Kelima nilai ini saling berkaitan erat satu dengan yang lainnya, contohnya seperti nilai solutif dan inovatif. Solutif berasal dari kata solusi [n] yang artinya penyelesaian; pemecahan (masalah dsb); jalan keluar. Solutif disini merupakan kata sifat, jadi dapat diartikan bahwa solutif adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah atau mencari jalan keluar (solusi) sedangkan inovatif adalah bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; ber-sifat pembaruan (kreasi baru). Dari artinya maka dapat kita lihat bahwa kedua nilai ini saling bergandengan untuk membentuk pribadi agar mampu melakukan pembaharuan atas sesuatu dan pembaharuan itu dapat menjawab solusi dari permasalahan yang ada. Atau dapat dibalik, kedua nilai ini dapat membentuk pribadi yang mampu menyelesaikan jalan masalah dan salah satu cara yang ada untuk menyelesaikan masalah itu dengan berinovasi atau melakukan suatu pembaharuan.
Nilai solutif sering dikaitkan dengan pengabdian masyarakat, karena sebagai mahasiswa yang dipersiapkan untuk turun ke masyarakat nantinya, pengabdian masyarakat ini merupakan suatu wadah untuk mengasah skill mahasiswa untuk membaca masalah yang ada, berinteraksi dengan masyarakat, dan memberikan solusi. Seringkali yang kita lupakan ketika melakukan pengabdian masyarakat ini adalah kurangnya menaruh rasa empati. Empati merupakan hal yang paling penting sebelum kita bersosial masyarakat. Empati ini tak lain dan tak bukan dapat ditumbuhkan apabila kita saling berinteraksi dengan masyarakat dan merasakan benar-benar apa yang menjadi masalah mereka. Rasa empati ini dapat dipupuk dan ditumbuhkan melalui hal-hal kecil seperti mengenal orang-orang di sekitar, kemudian memimik keseharian mereka seperti dengan mempelajari bahasanya, lalu dilanjutkan dengan interaksi yang intens sehingga membuat masyarakat yakin kepada kita sehingga nantinya solusi-solusi yang kita tawarkan sebagai mahasiswa dapat diterima. Dan apabila nantinya mereka telah menerima solusi dari kita, janganlah kita langsung meninggalkan mereka dan pengabdian masyarakat itu sendiri berhenti apabila goals yang kita inginkan telah tercapai. Ini akan menimbulkan trauma bagi masyarakat terhadap mahasiswa sehingga saat ini masyarakat banyak yang tidak ingin dibantu lagi oleh mahasiswa.
Mengapa pengabdian masyarakat ini selalu gencar dilakukan padahal perubahan kemajuan di Indonesia pun tak signifikan terlihat? Hal ini karena yang ingin dikejar adalah outcome dari pengmas itu sendiri. Dari pengmas mahasiswa dilatih untuk peka terhadap permasalahan yang ada di masyarakat, dan nantinya ketika mahasiswa tersebut memiliki jabatan atau pengaruh di masa mendatang maka mahasiswa itu masih memiliki karakter tersebut dan dapat membantu masyarakat disekelilingnya. Yang diharapkan adalah nilai ini menjadi nilai yang benar-benar dimaknai para mahasiswa sehingga tercermin dari perilakunya.
Setelah berbicara mengenai nilai solutif maka sekarang kita membahas tentang nilai inovatif. Inovatif sebuah kata sifat bagi orang-orang yang mempu berinovasi. Orang yang memiliki nilai inovatif akan mencerminkan nilai tersebut dari tindakannya yang selalu bertanya, karena sebelum kita melakukan inovasi pastilah kita akan mengenali keadaan sekitar dan kemudian menemukan ketidaksesuaian lalu bertanya akan ketidaksesuaian itu. Kebiasaan bertanya ini yang kurang terlihat dari mahasiswa saat ini. Kesalahan yang ada adalah mahasiswa selalu dicekoki dengan tips dan trik ataupun serba serbi cara berinovasi namun mereka sendiri belum memiliki karakter yang dapat mendukung agar mereka melakukan inovasi itu sendiri. Sehingga pada akhirnya mahasiswa kesulitan untuk memulai inovasi tersebut. Padahal dari kebiasaan bertanya ini merupakan awal dari sebuah inovasi. Inovasi dapat berangkat dari sebuah masalah yang ada dan masalah ini yang memacu seseorang untuk berinovasi. Orang yang dapat berinovasi dari sebuah masalah memiliki sifat kritis, peka terhadap lingkungan, berempati, memiliki kemampuan menganalisa masalah secara holistik, dan sebagainya. Sifat-sifat inilah yang tercermin bila didalam diri telah tertanam nilai solutif.
Sehingga dari kedua nilai solutif dan inovatif tersebut untuk diterapkan dalam sebuah kaderisasi yang akan dilakukan nantinya terutama pada Experience Archaea, yang perlu kita maksimalkan adalah pembiasaan dari sifat-sifat yang mendukung baik dari nilai solutif maupun inovatif tersebut. Karena dengan pembiasaan nilai yang ada maka kita menyiapkan dasar bagi peserta untuk memiliki karakter yang diharapkan akan lebih stabil sehingga untuk melakukan inovasi maupun memberikan solusi, peserta memang memiliki karakter yang mendukung. Penanaman nilai yang mendukung agar nilai solutif dan inovatif itu merupakan step dasar yang harus dilakukan agar menyiapkan para peserta untuk memiliki karakter-karakter awal terlebih dahulu.
Sebagai mahasiswa jurusan mikrobiologi kedua nilai ini akan mendukung para mahasiswa untuk dapat berpikir secara ilmiah (scientific thinking) dan dari pemikiran secara ilmiah tersebut dapat disalurkan ide, gagasan di bidang karya serta pengabdian masyarakat. Kondisi aktual di HIMAMIKRO “Archaea” sendiri adalah nilai ini masih kurang tercermin dan diterapkan. Dapat dilihat dari minimnya jumlah partisipasi massa dalam program-program yang dibuat oleh divisi karya sendiri. Padahal, divisi karya telah mewadahi agar ide ataupun gagasan anggota lainnya tersalurkan dan dapat menciptakan inovasi terbaru. Begitu juga dengan minimnya partisipasi massa dalam bidang pengabdian masyarakat yang dilakukan. Maka dari kondisi ini solusi yang dapat dilakukan adalah pengemasan yang lebih baik, seru dan fun sehingga massa lebih tertarik dan mencoba untuk mengikuti program-program ini. Apabila sudah tertarik, maka solusi dan inovasi pun akan keluar dengan sendirinya.