Ketika Pelupa Membicarakan Tradisi Peksi Burak

wowot hk
sesuapnasi
Published in
3 min readApr 10, 2019

--

Pagi itu sejumlah bunga dan dedaunan telah berada pada wadah dan tempat yang kemudian pada selang waktu berikutnya dikerumuni oleh ibu-ibu berkemben. Mereka tampak asyik memotong dan merangkai beberapa bunga dan dedaunan itu. Dengan senyum yang riang mereka mengerjakannya.

Ibu-ibu lain, yang berpakaian kebaya, tampak sedang menguliti jeruk bali dan sedikit membentuk/mengukirnya. Beberapa yang lebih muda merangkai sebuah bambu dengan benang, juga yang menyusun untaian melati dan kantil. Hampir tidak ada yang tidak bekerja. Meski mungkin, di sini, mereka berbeda kelas sosial mereka tetap mengerjakan apa yang perlu dikerjakan dengan senyuman.

Joni begitulah namanya seekor kucing yang menemani Kamino jalan-jalan hari ini. Sudah lama sekali, sampai akhirnya Kamino sampai di sini. Dan, kebetulan kraton sedang ada hajat. Ia hanya mengamatinya tidak banyak bertanya dan hanya manggut-manggut untuk kemudian mengelus-elus Joni.

“Untuk penjelasannya nanti cari di internet kan bisa,” gumam Kamino.

Mereka tampak begitu asyik. Dedaunan, kemudian dikombinasikan dengan berbagai bunga disusun menyerupai pohon. Buah salak, sawo, jeruk bali, rambutan dan manggis dirangkai dari atas ke bawah. Kemudian sejumlah kulit jeruk bali yang telah di potong dan diukir mereka bentuk menyerupai burung. Dedaunan kemudian dipasang tepat di atas rangkaian buah-buahan atau yang mereka sebut susuh. Dan begitulah, sama dengan burung sungguhan, replika burung dari kulit jeruk bali ini kemudian ditaruh diatasnya. Konon burung buatan dengan jengger di kepala adalah yang jantan, sementara yang tidak ada jenggernya adalah betina.

“Peksi burak ini sudah ada sejak zaman kasultanan, salah satu dakwahnya sejak kasultanan demak adalah juga melaksanakan peristiwa-peristiwa penting dalam agama islam. Salah satunya adalah isra’ mi’raj ini, ada kemudian nanti idul fitri, ada besar (itu idul adha), kemudian maulud nabi. Yang dilaksanakan sejak kasultanan demak dulu sampai sekarang. Kasultanan Yogyakarta tetap melestarikan apa yang dilakukan pendahulunya tersebut,” kata Gatot, salah seorang abdi dalem dalam sebuah video yang akhirnya memaksa Kamino mencarinya.

Sore harinya empat pohon buatan dan dua peksi buraknya mereka arak menuju mesjid agung kraton. Sebuah prosesi penyerahan dari seorang abdi dalem kemudian diterima seorang yang kemudian menerima dan mendoakannya. Setelahnya peksi buraq ini dibagikan ke masyrakat. Di akhir acara, menurut Gatot, peksi burak tidak dirayah tapi akan dibagikan kepada setiap peserta yang hadir.

Yasa Peksi Burak adalah tradisi yang selalu dilaksanakan pada tanggal 27 Rajab, atau bertepatan dengan peringatan Isra’ mi’raj. Di sini ada semacam prosesi dimana para anggota putri keluarga, dibantu dengan abdi dalem wanita dan pria akan membuat semacam replika burung burak(dalam hal ini burak sebagai kendaraan nabi dulu direpresentasikan sebagai burung dan dibuat dari kulit jeruk bali). Mereka membuat dua buah peksi burak dengan buah-buahannya yang disusun tujuh lapis pada sebuah bambu. Kemudian empat taman dan dihias dengan untaian melati dan kantil.

Dibuat tujuh lapis atau dalam bahasa jawa pitu karena memiliki arti sebuah pengharapan atas pertolongan(pitulungan) Tuhan. Kemudian pisang raja, sebagai lambang dari persembahan sultan. Untaian melati sebagai lambang kesucian dan sejumlah empat pohon buatan yang merepresentasikan taman-taman surga.

Di dalam pikiran Kamino, Isra’ Mi’raj amatlah unik. Peristiwa ini kiranya menyisakan banyak cerita dan teka-teki untuk kemudian kita pelajari dan dijadikan sebuah ilmu. Yasa Peksi burak hanyalah salah satunya, dimana peristiwa ini menyisakan refleksi yang sedemikian rupa pada penyebar Islam di masa lampau.

Selain tentunya kenapa pada waktu itu kemudian diwajibkan salat, mungkin akan menarik untuk bertanya-tanya: kenapa peristiwanya malam, kenapa pula dengan cuci hati, kenapa di langit satu adalah adam atau juga kenapa di langit yang lainnya adalah nabi-nabi itu.

Eh ngapunten niki, Pak,” celetuk Kamino. “Ini pas Isra’ mi’raj ta?”

“Ealah mas masak ya ga tau…,” jawab salah seorang yang juga menonton.

“Hehe lupa, Pak.”

Tak berselang lama Kamino segera beranjak. Tadinya ia ingin melihat acara ini sampai akhir, membuktikan apa yang ia tonton di youtube selama ia di kraton. Tapi sayang ini adalah tenggat waktu terakhir untuk mengumpulkan sebuah tulisan. Ia pun bopong joni dan segera berlari menuju halte transjogja.

Kamino pun sampai di rumah, tapi sayang ia kembali lupa: Joni masih tertidur pulas di bawah bangku transjogja.

--

--

wowot hk
sesuapnasi

Hello, I am a programmer. Let's collaborate.