Kolaborasi nan Sejuk — Monita & Ananda

Alfons
Side A
Published in
4 min readSep 5, 2021

Di tengah ramainya kolaborasi demi konten yang membosankan, ada kolaborasi yang menyejukkan suasana hati.

Sejak tahun lalu, saya belum menyempatkan diri mengulas album Dari Balik Jendela karya Monita Tahalea. Tahun berlalu, hingga kemudian album mini Angkat dan Rayakan dari Ananda Badudu rilis di bulan Juli tahun ini. Cukup merasa berdosa, mengingat banyak karya mereka dari kedua album tersebut menemani berbagai di berbagai suasana saat pandemi ini. Pandemi yang tak kunjung usai. Pendengar patut berbahagia, karena sepanjang bulan Agustus kemarin, mereka berdua merilis video kolaborasi dalam tajuk Sesi Studio Gadgadasvara. Saya rasa, sekarang saat yang tepat untuk sedikit menulis dan menata lagu-lagu yang mereka nyanyikan sesuai dengan nuansa yang saya rasakan.

Tangkapan layar dari YouTube Monita Tahalea.

Bibit-bibit kolaborasi mereka awalnya saya dengar di album Dari Balik Jendela yang dirilis tahun 2020. Ananda menemani Monita di tiga lagu. Asumsi saya, kolaborasi mereka berlanjut berkat peran Lie Indra Perkasa selaku produser album tersebut. Monita menyumbang suaranya dalam dua lagu di album mini Ananda. Relasi musikal yang bersenyawa antara Monita dan Ananda dipenuhi dengan nuansa teduh.

Aura teduh juga yang saya pilih untuk mengawali playlist Monita & Ananda. Jauh nan Teduh di album Monita menjadi semacam penenang ketika saya berjauhan dengan orang-orang terdekat di masa pandemi tahun lalu. Di tengah rasa kalut karena tidak jelas kapan kejauhan tersebut akan hilang, lagu ini setidaknya memberi rasa teduh meski jauh dari berbagai harapan kita. Lagu ini bisa menjadi pembuka yang tepat seandainya bisa menonton langsung konser mereka suatu saat nanti, walau entah kapan.

Memandang jauh
Tersesat di ruang waktu
Bimbang bergala di tengah jalan kesunyian
Pergilah kau, gundah gulana

Saya melanjutkan playlist ini dengan Angkat dan Rayakan dari album mini Ananda Badudu. Berhasil bertahan hidup hingga bisa membaca tulisan ini tentu perlu kita rayakan. Ananda memainkan organ di penampilannya bersama Monita yang menyumbang kemerduan dengan vokalnya.

Lihatlah ke depan
Dan semua yang telah lalu
Yang jauh terbentang
Itulah jalanmu

Mungkinkah manusia lepas dari mimpi? Lagu berikutnya yaitu Apa Mimpimu? terasa menenangkan letih dalam merengkuh mimpi.

Benamkanlah lelahmu
Tuk ‘ku peluk dengan sepenuh kasih
Yang murah hati
Dengan sabar, dengan kasih yang tak pamrih
Yang Ilahi

Sahut menyahut yang syahdu antara Monita dan Ananda dengan halus mengantarkan kita untuk tidak lupa berserah. Seperti dinyanyikan di lagu berikutnya. Monita dan Ananda menggabungkan lagu Pada Air dan Pada Angin dari album Monita dalam satu penampilan apik Pada Air, Pada Angin. Denting gitar di penampilan ini terasa begitu menenangkan. Mungkin, permainan langsung memang lebih sanggup mengirim emosi dentingan tersebut ke pendengar.

Aku berserah pada waktu
Pasrah pada air
Terserah kau bawa ‘ku
Ke mana pun mengalir

Di Sesi Studio Gadgadasvara ini bung Lie Indra Perkasa meramu nuansa magis duet Monita dan Ananda dengan permainan synthesizer-nya. Salah satu yang begitu terasa ada di lagu favorit saya, yaitu Laila. Di sesi ini, Monita juga mengawali dengan kalimba yang unik dan menambah nuansa merdu sebelum lagu Laila dimulai. Siulan Monita dan suara berat Ananda menambah ketenangan dalam lagu ini.

Laila seakan menjadi lagu yang mengingatkan untuk tetap percaya dalam kegelisahan hidup. Yang berkesan bagi saya jauh dari religius ini, lagu Laila menggerakkan saya untuk sejenak merenungi Injil Roma pasal 12. Cukup banyak yang yakin bahwa jantung lagu ini mendendangkan salah satu ayat di Injil Roma dengan merdu, tanpa menggurui.

Bersukalah dalam pengharapan
Sabar dalam kesesakan
Dan berteguhlah di dalam doa
Berpeganglah kau, jiwaku

Lagu yang banyak saya dengarkan di tahun lalu ini juga terasa menebarkan pesan kasih yang universal. Ketika video klip resmi yang dibintangi Abimana diluncurkan beberapa waktu lalu, saya melihat kolom komentar YouTube yang sejuk. Sungguh pemandangan yang mungkin langka. Sebuah komentar dari Reny Octavianty juga membagikan interpretasinya bahwa lagu Laila mengingatkan pada malam Lailatul Qadr bagi umat Muslim.

Tangkapan layar dari video klip Laila.

Pengingat yang sejuk bahwa kasih dan doa bisa begitu universal. Sungguh menarik juga bagaimana lima lagu yang terasa bernaung dalam satu tema bisa didengarkan berurutan tanpa membuat bosan. Lagu-lagu yang sudah disajikan, terasa menghembuskan kesejukan di ruang-ruang yang berbeda. Ada ruang gelisah, ada juga ruang yang pasrah. Saya harap, siapapun yang mendengarkan juga bisa merasakan kesejukan itu.

Playlist Monita & Ananda saya rasa akan menggurat senyum dengan memilih lagu Kita Berangkat Saja Dulu sebagai penutup. Lagu ini juga merupakan nomor favorit saya di album mini Ananda.

Barangkali kita berangkat saja dulu
Meski tau jalan nanti kan berbatu
Tak kau tahu berapa jauh
Tapi pasti kita berangkat saja dulu

Keheningan yang sesaat ada di dekat penghujung lagu ini, terasa menghembuskan nafas yang melegakan kita. Lagu penutup ini seakan mengajak untuk tetap kuat dan berangkat, menghadapi apa yang sedang kita perjuangkan masing-masing.

Entah kapan lagi kita bisa menikmati penampilan artis favorit kita secara langsung. Sekarang, setidaknya para pendengar bisa menonton penampilan idola masing-masing dengan nyaris gratis di berbagai platform media.

Saya berharap, enam lagu yang didendangkan Monita dan Ananda di Sesi Studio Gadgadasvara bisa dirilis dalam wujud album mini. Kolaborasi nan sejuk ini, sudah layak dan sepantasnya didengarkan dan diresapi berulang kali.

Sementara ini, apa yang ada di YouTube sudah sangat menyegarkan. Terima kasih Monita Tahalea dan Ananda Badudu!

Saya juga membuat playlist Monita & Ananda di Spotify saya. Tentu juga tetap berharap akan ada versi Sesi Studio Gadgadasvara di beragam platform digital. Selain itu, lagu-lagu tersebut juga menjadi bagian playlist #PopRohani saya.

Siapa tahu ada juga yang berkenan mengulik #PopRohani versi saya.

Terima kasih!

--

--