Pelajaran Tambahan dari George Harrison

Alfons
Side A
Published in
3 min readJan 14, 2018

George Harrison, The Quiet Beatle.

Personil The Beatles yang juga saya kagumi. Kemarin saya sempat menonton dokumenter yang berjudul George Harrison: Living In The Material World di HBO. Karena hanya sepotong, hari ini saya lanjutkan lagi menontonnya.

George merupakan sosok yang unik bagi orang-orang terdekatnya. Dia membuat John dan Paul takjub saat pertama kali menunjukkan permainan gitarnya. Walau seringkali berada di “belakang” John dan Paul, sosok George menurut beberapa orang adalah penyeimbang dalam The Beatles. Di film bagian pertama itu, cerita di sekitar awal mula George bersama The Beatles hingga mendekati bubarnya The Beatles.

Saya tertarik dengan George terutama karena petualangan spiritualnya. DI film tersebut ada juga beberapa rekaman wawancaranya yang cukup menampar saya.

Pertama tentang uang.

“By having the money, we found that money wasn’t the answer.” — George Harrison

Tidak bisa bicara banyak untuk yang itu. Tapi memang sepertinya itu adanya. Uang bukan jawaban.

Yang selanjutnya adalah tentang spiritualitas.

Petikan kalimat tersebut berasal dari kitab/buku tulisan Swami Vivekananda, lengkapnya sebagai berikut:

“If there is God, you must see Him. And if there is soul, we must perceive it. Otherwise it’s better not to believe. It’s better to be an outspoken atheist than a hypocrite.”

Adegan yang menarik lainnya adalah ketika George yang menceritakan perjumpaannya dengan Ravi Shankar, sosok yang sangat dia kagumi. Dia juga menceritakan bagaimana dia dibesarkan sebagai Katolik, dibesarkan dengan keyakinan itu begitu saja, diajarkan untuk percaya, tanpa ada pengalaman spiritual yang dia rasakan. Kemudian George berkata:

And this for me, going to India, and hearing somebody saying “No, you can’t believe anything until you have direct perception of it.” And I thought, “Wow, fantastic! At last, you know, you found somebody who makes sense” And I want to go deeper, and deeper into that.

Kemudian George mulai mengenal Maharishi. Maharishi cukup terkenal di tahun 1960an ketika Kesadaran Krshna mulai banyak dikenal budaya barat. Cukup dekat dengan era hippies masa itu ketika banyak orang mulai mempertanyakan tentang kehidupan dan pembebasan.

Tentu saja banyak yang skeptis dengan apa yang George lakukan, terutama media. Dalam sebuah wawancara, terlihat bagaimana (menurut saya) George mencapai pengetahuan spiritual yang dalam.

Pertanyaan dari seorang wartawan:

“Or are we talking about universe which has some hidden laws
and a hidden creator, who manifests himself only to people
like George Harrison and Maharishi when they get into a state of trance? That’s what i want to know.”

Jawaban dari George:

“Well, let’s face it. These laws that you say, hidden laws, they are hidden. But they’re only hidden by our own ignorance. And the word mysticism is just being arrived at through people’s ignorance. There’s nothing mystical about it, only that you’re ignorant of what that entails.”

Situasi yang dialami George menurut saya agak mirip dengan situasi di sekitar sini hingga hari ini.

1. Orientasi utama : uang.

2. Agama seringkali berdasarkan warisan, bukan berdasarkan pengalaman.

Terima kasih George Harrison, bahan renungan dan pelajaran yang berharga di penghujung 2013.

--

--