Tentang Desain Apple (Dulu)

Alfons
Side A
Published in
2 min readDec 15, 2021

Mempublikasikan kembali catatan lama tentang buku karya teman saya.

Buku yang telah saya miliki cukup lama. Seorang kawan, mas Berty, menjadi salah satu penulis buku ini. Kalau tidak salah, sempat ada di Gramedia, saya beli karena ketertarikan akan desain-desain Apple dan juga ingin menghargai karya kawan. Di judul saya tambah (dulu), karena sekarang Apple sudah agak terasa berbeda. Mungkin karena selera pasar yang juga berubah.

Buku ini terasa seperti ringkasan singkat akan filosofi desain Apple. Ada cerita ringkas masa muda Steve Jobs dan Jony Ive. Kelas kaligrafi, perjalanan ke India, filosofi Dieter Rams, Susan Kare, hingga filosofi Zen.

Harus saya akui, desain dan “rasa” beberapa produk Apple memang keren dan menggoda. Saya sendiri masih ingin menyimpan iPod nano generasi pertama dan iPhone 4S, walaupun keduanya barang bekas. Haha. iPod nano generasi pertama hadiah dari kakak sudah rusak. Baterai iPod itu “hamil” sejak bertahun-tahun lalu karena saya belum punya charger yang cocok dan belum terlalu paham bagaimana ekosistem Apple bekerja.

Buku ini cukup memberi referensi filosofi desain yang menarik. Filosofi Zen & prinsip Dieter Rams diulas di berbagai produk awal Apple, mulai dari iPod, iMac, MacBook, iPhone, hingga tampilan di berbagai software/aplikasi iPhone dan Mac. Ada juga satu bab yang membahas deret Fibonacci dan Golden Ratio, yang mana iPhone 4S banyak dibilang sebagai produk dengan golden ratio yang elegan.

Di tahun 2014 ini seru juga membaca buku ini lagi. Apalagi melihat banyak perubahan yang terjadi di Apple. Saya pribadi sangat tidak tertarik dengan pendekatan desain di iPhone 6 dan iPhone 6 Plus, selain harga yang tidak dekat di anggaran tentunya. Hahaha. Menurut saya iPhone 6 tidak menerapkan Kanso (sederhana), Kokou (tegas), dan Datsuzoku (tidak pasaran). Jika menilik referensi prinsip Dieter Rams; saya tidak merasakan inovasi, keindahan, kejujuran, dan sekali lagi; kesederhanaan.

Niatan membeli MacBook pun masih kembali saya pikirkan sambil menabung perlahan. Spesifikasi MacBook Pro Retina yang baru begitu menggoda (prosessor Haswell dan SSD). Tapi saya baca di beberapa ulasan, semua MacBook Pro Retina memiliki pendekatan rakitan yang berbeda dengan MacBook Pro biasa. Banyak bagian yang tersolder mati ke motherboard sehingga tidak memungkinkan untuk mengganti harddisk atau RAM di masa depan. Walau memang produk Apple cukup terkenal akan ketahanannya. Memiliki opsi upgrade layaknya seri MacBook biasa semestinya lebih baik. Ah, sepertinya memang pasar terus berubah dan berkembang.

Satu yang menurut saya tetap kuat di Apple adalah teknik presentasi produk. Dan menurut saya itu ilmu yang penting yang setidaknya bisa saya coba aplikasikan dalam pekerjaan sehari-hari.

Dulu, Apple bergerak melawan kemapanan perusahaan-perusahaan komputer korporat dan menunjukkan inovasi bahwa komputer bisa bermanfaat untuk siapa saja. Kemudian Apple mengubah cara banyak orang mendengarkan musik dan menurut saya juga turut andil mengubah industri musik. Sekarang, nampaknya Apple harus berusaha melawan kemapanannya sendiri.

--

--