[Week 13] Sprint 3 Begins

Glenn Reynaldi H Sitorus
LapakLaut
Published in
2 min readMay 2, 2018

Sprint kedua berjalan dengan cukup baik, terutama jika dibandingkan dengan sprint pertama. Pada sprint ini kami berhasil melaksanakan pertemuan rutin di luar scrum meeting, menyelesaikan lebih banyak task serta lebih banyak menyelesaikan bugs yang kami dapat. Pada sprint review, kami berhasil menyampaikan seluruh fitur yang kami buat dengan baik, tentunya dengan beberapa masukan minor yang diberikan oleh mas Siham sebagai product owner. Kami juga mendapat masukan bahwa kami harus lebih meningkatkan intensitas komunikasi dengan mas Siham. Pada akhir kami menetapkan beberapa hal yang harus kami lakukan, seperti menggunakan Sourcetree untuk mempermudah git flow, membuat perjanjian penamaan dan menerapkan git rebase.

Selama dua pekan terakhir, saya mengerjakan layouting untuk halaman pesan dan diteruskan oleh rekan saya untuk bagian fungsionalitas. Setelah sprint review saya mendapatkan tugas untuk membuat navbar dalam halaman lapak beli dan jual. Selain itu saya juga membuat sebuah dokumen yang berisi progress report serta deskripsi fitur-fitur untuk diberikan ke mas Siham.

Pada kuliah PPL, terdapat beberapa environment yang dibuat untuk mengakomodasi proses pengerjaan proyek. Environment tersebut adalah production (nama branch: master), sit_uat dan development (cobacoba). Ketiga environment tersebut mewakili tahap berbeda. Development bersifat sebagai branch percobaan dan dibuat banyak sejumlah dengan fitur yang ada. Data yang tersimpan biasanya bersifat dummy karena hanya bertujuan mencoba fitur yang sedang dikerjakan. sit_uat bersifat sebagai branch yang telah menggabungkan seluruh fitur yang ada. Data yang tersimpan biasanya sudah merupakan data asli (jika tersedia), atau dummy namun mirip data asli. Environment production berisi aplikasi yang telah berjalan dan telah digunakan secara live. Branch lain yang digunakan adalah hotfix dan coldfix. Hotfix digunakan ketika pada aplikasi di tahap production memiliki error sehingga untuk memperbaikinya dapat dilakukan revert ke release sebelumnya dan programmer dapat menyelesaikan error tersebut pada hotfix untuk kemudian di-merge kembali atau disertakan pada release berikutnya. Coldfix adalah branch yang dibuat ketika user story ditolak oleh product owner sehingga pengembang harus menghilangkan story tersebut dari sit_uat. Coldfix akan melakukan rollback pada story-story yang rencanya akan di-release.

Software architecture adalah proses mendefinisikan seluruh kebutuhan teknikal dan operasional untuk mengoptimalkan performa, keamanan dan keteraturan selama pengembangan perangkat lunak. Software architecture juga berisi fungsionalitas, ketergunaan, ketahanan, performa, kegunaan ulang, kelengkapan serta constraints dan concerns dari bidang teknologi, ekonomi dan estetika. Secara praktik, hal-hal yang telah kami lakukan dan dicakup dalam software architecture adalah pemilihan bahasa pemrograman, pemilihan framework, pemilihan platform database dan penerapan environment yang telah ditetapkan untuk kuliah PPL. Framework yang kami gunakan adalah React Native dan bahasa yang kami gunakan adalah Javascript. Pemilihan React Native dan kenapa bukan Android Native adalah karena ekspektasi output kami adalah sebuah aplikasi mobile yang akan lebih baik juga dapat dijalankan di platform iOS, namun pada kenyataannya belum kami konfigurasikan untuk berjalan di iOS. React Native juga dikembangkan oleh Facebook sehingga kami tidak perlu takut akan tertSelain itu kami juga diuntungkan karena dapat belajar library React yang dapat digunakan baik di mobile maupun web. Platform database yang kami gunakan adalah Firebase. Firebase memiliki keunggulan dalam pemrosesan secara real-time sehingga akan sangat cocok untuk diimplementasikan pada aplikasi kami yang membutuhkan kecepatan dalam mendukung business process.

Sumber: Panduan PPL — Deployment, Microsoft Developers Network, Wikipedia

--

--