Inland Waterway, Solusi Kemacetan Tol Cikarang?

Kastrat HIMATEKPAL
Kastrat Himatekpal
Published in
2 min readNov 13, 2018

Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Ibu Kota tidak lepas dari daerah sekitar yang berperan sebagai kawasan penyangga. Dengan perannya sebagai kawasan penyangga ekonomi, daerah-daerah di sekitar Ibu kota seperti Cikarang-Bekasi tentu merasakan pelbagai dampak dari hal tersebut. Sebut saja pemasukan kas daerah yang memiliki potensi untuk bertambah berkat banyaknya investasi untuk pembangunan seperti pabrik dan infrastruktur.

Bersamaan dengan hal itu, kawasan penyangga tersebut juga harus menanggung konsekuensinya, seperti kemacetan di banyak ruas-ruas jalan, terutama di jalan tol yang diakibatkan oleh beberapa faktor.

General Manager PT Jasa Marga (Persero) Cabang Jakarta-Cikampek Raddy R Lukman memaparkan bahwa ada 7 faktor yang menyebabkan kemacetan terjadi, diantaranya:

  1. beban ruas jalan di beberapa segmen yang melampaui kapasitas jalan akibat beban lalu lintas yang tinggi;
  2. tingginya jumlah kendaraan angkutan barang berupa truk yang rata-rata kelebihan kapasitas (overload). Hal itu berkontribusi besar terhadap gangguan lalu lintas karena kecepatan dan kemampuan manuvernya yang rendah;
  3. meningkatnya potensi kemacetan di Simpang Susun (SS) Cikunir. Sebab, titik itu merupakan pertemuan lalu lintas dari tiga arah karena terkoneksi dengan akses Jakarta Outer Ring Road Seksi Tanjung Priok (JORR E3);
  4. ada beberapa proyek yang sedang dikerjakan dalam waktu bersamaan. Ada pengerjaan LRT, tol layang Jakarta-Cikampek, kereta cepat, dan pemeliharan rutin sehingga kapasitas jalan berkurang dan mengganggu pergerakan lalu lintas;
  5. jumlah kendaraan yang masuk ke rest area melebihi kapasitas sehingga menimbulkan antrean memanjang sampai jalur utama tol dan membuat kemacetan lalu lintas;
  6. frekuensi gangguan kendaraan yang mogok, kerusakan onderdil, dan semacamnya;
  7. serta pengguna jalan membawa kartu e-toll dengan saldo yang kurang saat bertransaksi di gerbang tol.

Sedangkan, akses untuk pengangkutan barang saat ini masih terbatas pada jalan tol dan kereta api. Kondisi ini diperparah ketika jumlah arus kendaraan yang membludak menjelang musim mudik dan hari raya.

Beberapa waktu kebelakang di media sosialnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyosialisasi proyek Cikarang Bekasi Laut Inland Waterway (CBL). Proyek yang sejatinya telah direncanakan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KKPIP) sejak 2016 ini merupakan sebuah proyek pembangunan infrastruktur berupa kanal untuk pengangkutan peti kemas dengan kapal sebagai pengganti jalur darat. Kanal dengan panjang total 25 km ini terdiri dari pembesaran, pengerukan saluran, dan pembangunan Terminal Air Lintas Darat di sekitar Kawasan Industri Cikarang.

“Ini akan menghilangkan aktivitas 4000 truk kontainer tiap hari yang masuk tol. Semoga inovasi ini menjadi solusi untuk semua pihak.” — Ridwan Kamil

Kanal ini nantinya akan menghubungkan area off-the-road di Pelabuhan Tanjung Priok dengan daerah hinterland dimana seluruh angkutan peti kemas akan dialihkan melalui jalur air menuju Pelabuhan Tanjung Priok menggantikan sekitar 4000 truk kontainer yang melewati jalur darat setiap harinya. Proyek ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas di tol-tol dari Cibitung, Cikarang, dan Karawang yang menuju kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dengan total kapasitas 3 juta TEUs per tahun pada tahun 2020.

--

--