Menuju 4 Tahun Tol Laut, Biaya Pengiriman Logistik Masih Mahal
Oleh: Sutan Azhary
Program Tol Laut pada hakikatnya bertujuan untuk menekan biaya pengiriman logistik nasional antar daerah. Hal ini ditujukan untuk memangkas besarnya disparitas harga kebutuhan pokok di masyarakat. Namun hingga menuju 4 tahun program Tol Laut ini berjalan, ternyata biaya pengiriman logistik dengan transportasi laut di Indonesia masih tergolong mahal.
Mahalnya biaya pengiriman logistik ini diakui sendiri oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Hal ini ia katakan kala menanggapi Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang mengatakan biaya pengiriman logistik dari Makasar ke Surabaya mencapai Rp20 juta per kontainer 20 feet, sedangkan Surabaya ke Singapura dan Jepang masing-masing hanya Rp2,8 juta dan Rp4,2 juta per kontainer 20 feet.[1]
Keluhan Soekarwo selaras dengan data Bank Dunia yang dikutip Institute For Development of Economics and Finance (Indef), misalnya, menyebut biaya pengiriman dari Jakarta ke Singapura, Hong Kong, Bangkok, dan Shanghai mencapai 150–200 dolar AS. Sementara dari Jakarta ke Padang, Medan, Banjarmasin, dan Makassar berkisar antara 1.400 hingga 1.700 dolar AS.[2]
Menurut pengakuan Menhub, mahalnya biaya pengiriman logistik terjadi dikarenakan pelayanan di pelabuhan belum efisien. Selain itu, pengiriman logistik dari Jawa ke luar Jawa masih mengandalkan pelayaran langsung dengan kapal-kapal kecil.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita membenarkan fakta mahalnya biaya logistik antarpulau di Indonesia. Menurutnya, hal ini disebabkan timpangnya kiriman dari Jawa ke Indonesia Timur dengan saat pengiriman dilakukan dari arah sebaliknya. Kawasan Indonesia Timur dinilai lebih banyak menghasilkan bahan mentah, seperti hasil bumi sehingga pengiriman tidak bisa dilakukan dengan kontainer.
Ekonom dari Indef, Bhima Yudistira mengatakan biaya logistik Indonesia mencapai 24 persen dari PDB. Padahal jika ingin bersaing, kata dia, idealnya nilai itu berada di angka 15 persen dari PDB.
Sebenarnya biaya pengiriman logistik dapat lebih rendah salah satunya jika dwelling time (waktu bongkar-muat) dikurangi. Untuk itu diperlukan adanya pembenahan di pelabuhan trayek Tol Laut agar dapat berjalan dengan efisiensi.
Hal ini salah satunya dapat dilakukan dengan pemangkasan regulasi peraturan perizinan dalam pengiriman logistik, pemutakhiran teknologi sistem informasi di pelabuhan, serta menjaga profesionalitas sistem pelayanan pelabuhan dengan menerapkan sistem first come, first serve. Karena selama ini masih banyak terjadi permainan di pihak tempat penampungan sementara.
Referensi:
[1] Menhub Ungkap Penyebab Biaya Logistik di Indonesia Masih Mahal. 8 Januari 2019. Diakses 10 Maret 2019, dari https://tirto.id/menhub-ungkap-penyebab-biaya-logistik-di-indonesia-masih-mahal-ddMF
[2] Ketika Tol Laut Jokowi Belum Mampu Tekan Biaya Logistik. 10 Januari 2019. Diakses 10 Maret 2019, dari https://tirto.id/ketika-tol-laut-jokowi-belum-mampu-tekan-biaya-logistik-ddUh