Punya Startup Digital Baru ? Ini Strategi Rilis Aplikasimu

Saddam Hussain Achmed Abdul Rajief
SkyshiDigital
Published in
5 min readJul 27, 2017
Sumber : http://technos-studio.com/

Semangat startup mulai tumbuh semilir di negeri Indonesia. Semangat itu dimiliki oleh semua orang yang berjiwa bisnis, baik itu dari para mahasiswa, penggiat usaha, ataupun orang-orang yang sudah bekerja di corporate, semuanya memiliki semangat membangun Startup demi mensolusikan micro problem masyarakat.

Tujuan dari Startup adalah membantu user menyelesaikan permasalahan micro mereka, baik itu kebutuhan rutin ataupun tidak rutin akan tetapi dalam jangka waktu yang panjang (unlimited resource). Berbeda dengan tujuan dari corporate yang cenderung menyelesaikan permasalahan makro atau dalam scala besar dan bertujuan untuk bisnis.

Elemen dasar dari sebuah startup saat mulai berdiri hingga exit harus memenuhi syarat-syarat berikut ini :

  1. Market Validation
  2. Business Validation
  3. Web Apps / Mobile Apps / IoT (ini untuk digital startup)
  4. Scale Up
  5. Exit Plan (PO or Acquisition)

Untuk pembahasan kali ini, kita anggap untuk syarat 1 dan 2 sudah dipahami, kita akan bahas untuk syarat ke 3 dan ke 4 saja, keduanya saling berkaitan.

Stage dalam Rilis Aplikasi

Untuk merilis aplikasi yang mendukung produk sebuah startup, kita tidak dapat merilis aplikasi dalam versi yang sempurna, karena kalau demikian kita tidak akan pernal merilis apapun. Setiap aplikasi pasti mempunyai versi. Bahkan Microsoft pun meluncurkan aplikasi-aplikasi mereka secara bertahap menggunakan versi, seperti Windows 3x, Windows 3.11, Windows 95, Windows XP, sampai saat ini Windows 10. Begitu juga dengan Distro Linux yang kesemuanya mempunyai versi dengan penyempurnaan di setiap versi rilisnya.

Dari pengamatan saya sebagai seorang Project Analyst di sebuah perusahaan IT di Yogyakarta yang mempunyai slogan “Let’s Scale Up Your Startup”, Secara garis besar startup melakukan beberapa stage dalam membuat aplikasi, yaitu :

  1. Stage Beta (Internal)
  2. Stage 1 (User Acquisition)
  3. Stage 2 (Revenue Earnings)
  4. Stage 3 (Scale Up)
  5. Maintenance & Improvement

Mari kita jabarkan apa maksud dari ketiga stage tersebut karena rata-rata Startup yang “berhasil” menerapkan hal tersebut.

  1. Stage Beta (Internal)

Pada stage Beta, aplikasi masih sangat prematur untuk di publikasikan di PlayStore ataupun AppStore. Pada tahap ini aplikasi di test untuk internal atau kalangan tertentu yang kita tunjuk sebagai beta tester / pilot users. Beta tester atau Pilot Users adalah orang-orang yang kita tunjuk untuk melakukan uji coba dan simulasi terhadap aplikasi.

Contohnya apabila membuat aplikasi Sosial media, maka tunjuk dulu salah satu RT atau beberapa teman-teman almamater mencoba menggunakannya. Segmen yang kita pilih haruslah sesuai dengan segmen target pengguna yang kita bidik. Misalkan apabila membuat aplikasi sosial media khusus untuk anak-anak, maka pilot user adalah anak-anak SD, SMP. Tidak perlu banyak- banyak, cukup beberapa orang atau puluhan orang saja.

Pada tahap ini jangan sampai ketinggalan untuk membubuhkan kotak saran / komentar. Hal ini dapat dicontoh dari Google, Facebook, Linode, Bitbucket, dan perusahaan besar lainnya ketika ingin meluncurkan fitur baru, mereka memilih beberapa orang yang dianggap cocok untuk melakukan review terhadap apa yang akan dirilis.

2. Stage 1 (User Acquisition)

Setelah lolos stage Beta untuk pilot users, saatnya kita menuju stage selanjutnya, yaitu untuk User Acquisition. Di tahap ini, aplikasi dirilis ke PlayStore maupun AppStore. Jika dalam bentuk website sudah mulai dipublikasikan, disiarkan di media massa dan media sosial.

Yang perlu menjadi catatan untuk tahap ini, adalah aplikasi gratis, atau bisa berupa freemium feature. Tujuan dari stage ini adalah mencari pengguna / users sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan target market. Ini sangat penting karena para users ini yang akan selanjutnya bisa menjadi customer atau akan membuat customer menjadi tertarik.

Contohnya adalah GO-JEK memberikan promo yang banyak ketika membuka cabang di kota baru. MatahariMall yang memberikan Gratis ongkir, Sepulsa yang memberikan voucher bagi setiap pembelinya, atau marketplace yang memberikan voucher 50K bagi para pendaftar pertama, dan lain-lain.

3. Stage 2 (Revenue Earnings)

Perpindahan dari stage 2 ke 3 ini lebih sulit daripada dari stage 1 ke 2. Karena ini adalah tantangan dari sebuah produk startup, adalah untuk membuat customer nya mau membayar terhadap layanan yang mereka terima. Disini kita bisa mulai mengenakan tarif terhadap layanan-layanan yang diberikan.

Dari users yang sudah kita dapatkan di stage sebelumnya. Kita bisa mulai menjalankan Bisnis sesuai yang telah dirancang di depan. Misalkan, awalnya Go-Food memberikan gratis ongkir jika menggunakan Go-Pay, tetapi sekarang mengenakan tarif Rp 3.000 dan kelipatannya. Atau MatahariMall yang memberikan subsidi ongkir sebesar 50K, atau bisa dilihat dari Lazada yang memberikan gratis ongkir untuk barang dengan harga lebih dari 50rb di kilogram pertama.

Proses ini seperti kita sedikit demi sedikit mengembalikan modal yang telah kita keluarkan untuk stage Beta dan Stage 1. Disini kita harus pintar-pintar bermain untuk tetap mendapatkan revenue tanpa mengganggu aktifitas customer maupun aktifitas users. Agar mereka tetap mau menggunakan jasa kita, walaupun harus dengan membayar. Cara yang paling efektif adalah dengan peningkatan layanan, dan membuat users / customers semakin ketergantungan dengan aplikasi produk startup yang kita bangun. Hal ini dilakukan dengan mempertajam penyelesaian micro problem untuk para users / customers.

Pada tahap ini juga kita mulai mencari gandengan investor untuk Seed Funding atau Series A.

4. Stage 3 (Scale Up)

Tahap ini atau Stage Scale Up, hanya boleh dijalankan / diraih apabila semua proses di stage 2 (Revenue Earnings) sudah stabil. Apabila di tahap sebelumnya belum mencapai kestabilan, tetaplah di fase itu dan meningkatkan stabilitas teknis maupun bisnis. Jangan coba-coba untuk ke tahap Scale Up atau kita akan runtuh.

Tahap ini biasanya akan disokong dan didukung oleh investor di belakangnya. Karena proses ini akan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Perlu mendapatkan dukungan investment Series A untuk melakukan hal ini, atau mungkin Series B apabila menghendaki Scale up yang lebih besar.

Di tahap ini kita bukan sekedar menjaga agar proses teknis dan bisnis tetap stabil, akan tetapi juga mengembangkannya, memperkuat dengan pondasi teknis yang lebih kuat, dan kemampuan bisnis yang lebih “sakti”. Karena Startup akan menghadapi para pesaing, pemain besar, dan kapitalis yang istilahnya “uangnya sudah tidak ada nomor seri nya”.

Hal ini dilakukan oleh Ruparupa yang mengupgrade teknologinya menggunakan latest tech React JS untuk bagian depan / frontend, dan backend yang lebih kuat dan high performance. Ini bertujuan agar load halaman akan lebih cepat, lebih ringan, sehingga customer yang berkunjung dan dilayani menjadi lebih banyak, lebih cepat, sehingga revenue mereka berputar lebih cepat dan lebih besar. Selain itu ada juga Promogo yang juga melakukan upgrade dari sisi teknologi mereka untuk memudahkan para pengiklan maupun driver.

Upgrade teknis ini tentu saja dibarengi dengan strategi marketing yang kuat, dan analisa bisnis yang luar biasa, atau bisnis akan berjalan pincang, dan akhirnya terlindas oleh kompetitor.

5. Maintenance dan Improvement

Ini adalah tahap tertinggi dari sebuah produk aplikasi digital. Scale up sudah mentok, dan semua target user kita sudah tercoverage. Misalnya, kita membangun aplikasi pencatatan nilai untuk sekolah, dan semua sekolah di Indonesia sudah menggunakannya tanpa terkecuali, disini kita perlu menguatkan dari sisi Maintenance, Customer Service, dan melakukan Improvement.

Dengan banyaknya pengguna, tentu saja akan ada banyak komplain masuk terkait layanan aplikasi, traffic yang tinggi membutuhkan pengawasan ketat agar server selalu live dan mendekati zero downtime. Selain itu manajemen karyawan yang banyak juga menjadi perhatian utama agar proses bisnis tetap berjalan.

Biasanya setelah sampai tahap ini, Startup akan menjalankan Exit Plan mereka, dan mengakhiri statusnya sebagai startup. Ada 2 pilihan umum exit plan yang sering ditempuh oleh Startup, yaitu Merger & Akuisisi (M & A), atau Initial Public Offering (IPO).

--

--