Quality Assurance, Perlu Coding atau Tidak?

Peni Kurniawati
SkyshiDigital
Published in
3 min readSep 4, 2018

--

Quality Assurance, sebutan ini mungkin tidak asing lagi bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia IT, khususnya bagi mereka yang sering bergabung dalam pembangunan sebuah project mulai dari skala kecil, menengah, hingga skala besar. Meskipun masuk ke dalam lingkungan IT, quality assurance lebih identik dengan kegiatan pengujian terhadap sistem atau aplikasi tertentu mulai dari tahap perancangan desain hingga tahap akhir sistem.

Lalu, bagaimana proses pengujian yang dilakukan oleh seorang quality assurance? Apakah koding juga diperlukan untuk kebutuhan quality assurance?

Proses pengujian diawali dengan pengujian desain. Pengujian dalam tahap ini meliputi pengujian terhadap margin, warna, ukuran gambar, ukuran tombol, serta ukuran tulisan. Seorang quality assurance melakukan pengecekan apakah ukuran tombol dalam desain sudah sesuai atau belum. Selain itu, bahasa yang digunakan juga harus konsisten (contohnya: jika sistem menggunakan Bahasa Indonesia, maka semua bahasa yang digunakan harus Bahasa Indonesia).

Setelah pengujian desain selesai, maka proses selanjutnya adalah pengujian sistem atau aplikasi yang sudah jadi. Pengujian dilakukan berdasarkan alur sistem masing-masing. Salah satu contohnya yaitu pengujian untuk alur registrasi. Quality assurance dapat melakukan pengujian mulai dari data yang valid hingga data yang tidak valid. Pengujian dengan data valid misalnya ketika user melakukan proses registrasi dengan masukan data yang sesuai dan lengkap. Pengujian dengan data tidak valid misalnya ketika user melakukan proses registrasi dengan beberapa tindakan yang tidak sesuai seperti: mengosongkan password, memasukkan email tidak sesuai format, dll. Dari masukan tersebut, quality assurance akan melihat apakah sistem merespon dengan benar masukan (Contohnya: ketika masukan lengkap dan benar maka proses registrasi berhasil, sedangkan ketika masukan salah maka sistem akan memberikan pesan error). Jika respon yang diberikan sistem sudah sesuai, maka quality assurance bisa mengganggap bahwa alur registrasi sudah sesuai. Namun ketika respon sistem salah, quality assurance bisa memasukkannya dalam daftar bug report. Biasanya, sistem yang masih dalam tahap pengembangan cenderung tidak stabil sehingga perlu pengujian manual dengan melakukan beberapa kali percobaan dalam menjalankan sistem oleh quality assurance.

Pengujian sistem juga termasuk dalam pengujian back end. Dalam tahap ini, quality assurance melakukan pengujian terhadap API menggunakan postman di mana rangkaian alurnya sudah dibuat oleh developer. Hasil dari pengujian terhadap API biasanya berupa status di mana ketika hasil yang keluar menunjukkan angka 200 artinya berhasil. Sedangkan untuk hasil 404 atau 504 artinya tidak berhasil.

Setelah sistem selesai dari pengembangan dan stabil, maka quality assurance akan membuat automation test. Dalam tahap inilah seorang quality assurance melakukan pengujian sistem dengan menggunakan beberapa tool tertentu dan melakukan koding. Namun, koding yang dilakukan oleh quality assurance lebih kepada koding untuk menjalankan alur sistem. Berikut ini adalah contoh code untuk automation test proses registrasi pada website github menggunakan Intellij IDEA CE.

Proses pengujian registrasi diawali dengan user membuka alamat url https://github.com/. Setelah itu user memasukkan username, email, dan password pada input text yang disediakan. Ketika masukan sudah lengkap, maka proses selanjutnya yaitu memilih tombol register seperti yang ditunjukkan pada baris kedua terakhir. Ketika code di atas dijalankan, maka sistem akan melakukan proses registrasi secara otomatis mulai dari membuka browser, menuju link yang ditarget, memasukkan masukan data, sampai pada proses pengiriman data masukan ke dalam sistem. Hasil akhir dari pengujian tersebut berupa pelaporan apakah pengujian berhasil atau gagal yang akan muncul ketika proses selesai atau berhenti.

--

--