Startup Bisnis atau Bisnis Startup ?
Tahun 2017 ini banyak sekali berkembang startup-startup dengan jumlah yang bejibun, terutama di berbagai kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali, Surabaya. Untuk daerah-daerah yang lain terus mengkuti seperti Makassar, Palembang, Medan, Pontianak.
Gerakan-gerakan untuk melahirkan ribuan startup juga dilakukan oleh pemerintah yang dimotori oleh Kibar dengan Gerakan 1000 Startup Digital yang diprakarsai oleh om Yansen Kamto. Belum lagi dengan Startup Social, ataupun Fintech Startup yang juga tak mau kalah bersaing. Startup Social seperti yang dibawah bimbingan YSE (Young Social Enterpreneur) dari Singapore International Foundation juga cukup banyak dan tak kalah keren. Tahun 2015 dan 2016 bisa dikatakan gaung nya era startup di Indonesia, dan tahun 2017 ini bakalan menjadi puncaknya era startup di Indonesia.
Startup atau perusahaan rintisan ini tentu saja dibangun dengan tujuan bisnis atau mendapatkan keuntungan. Sangat jarang startup yang dibangun untuk benar-benar murni sosial tanpa ada niatan bisnis apapun, karena sebuah startup juga perlu hidup. bahkan apabila itu sebuah LSM atau NGO juga akan memikirkan bagaimana mendapatkan revenue agar startup yang sedang digeluti tetap hidup, baik itu dari lobi ke berbagai foundation atau mencari dana CSR.
Saat ini model bisnis startup secara garis besar ada 2 macam, yaitu bisnis “menanam pohon mangga”, dan “menanam pohon jati”. Apa perbedaannya ? bedanya adalah pada musim panen nya dan cara untuk mendapatkan uang.
Startup Bisnis — Menanam Pohon Mangga
Startup dengan model bisnis “menanam pohon mangga” mempunyai kegiatan bisnis yang rutin, dan mendapatkan keuntungan sedikit demi sedikit secara rutin dan periodik. Seperti mengambil keuntungan dari biaya membership, dari fee per transaksi, margin dari setiap service atau produk yang dijual. Contoh startup ini banyak bisa dilihat, dari fintech startup yang mengambil keuntungan setiap transaksi mungkin seperti iPaymu, Promogo, Ruparupa.com, Tiket.com, dan lain sebagainya.
Bisnis Startup — Menanam Pohon Jati
Sedangkan startup dengan model bisnis “Menanam pohon jati” memiliki visi yang berbeda, mereka berusaha membuat agar pohon jati bisa tumbuh dengan baik, bagus, dan semakin tahun valuasi nilai nya akan semakin meningkat. Mereka mendapatkan dana dari para investor, dan akan terus mengejar investor yang lebih kaya untuk ikut memiliki pohon jati tersebut, biasanya dilakukan dengan share saham. Memberikan promo besar-besaran untuk menggaet semakin banyak user, karena semakin banyak data yang bisa dikumpulkan “pohon jati” itu akan semakin mahal harganya. Lantas apa keuntungan dari startup model “menanam pohon jati” ini ? bisa ditebak, yaitu pada exit plan yang mereka susun. Langkah terakhir startup ini adalah akuisisi oleh pihak lain, dan para stakeholder akan mendapatkan nilai uang yang sangat besar, tergantung dari nilai valuasi yang dia hasilkan.
Contoh dari startup dengan model menanam pohon jati ini bisa dilihat seperti yang telah terjadi pada Lazada yang diakusisi oleh Alibaba, dan startup lain yang selalu melakukan bakar duit, mereka mengeluarkan dana yang tak terhitung untuk marketing dan memberikan bonus dengan harapan user akan semakin banyak, nilai valuasi meningkat, dan akan meraih banyak keuntungan pada akhirnya.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, bahwa beberapa startup bisnis berusaha untuk mengembangkan usahanya terus menerus untuk tetap tumbuh dan menghasilkan banyak uang, sedangkan bisnis startup itu mengembangkan startupnya untuk diakuisis pemain yang lebih besar, kemudian membuat ide startup lagi, dengan tujuan diakusisi pihak lain yang lebih besar lagi. Ya keduanya sama-sama menghasilkan uang dan merupakan sebuah bisnis yang bagus.
