Test Case Dalam Pengujian

Peni Kurniawati
SkyshiDigital
Published in
4 min readNov 27, 2018

Hallo Semua…

Setelah sebulan berpisah, akhirnya kita ketemu lagi, eaa. Sudah semakin mendekati akhir tahun mestinya semangat juga makin plus plus ya buat mengisi sisa waktu di tahun 2018 dengan hal-hal positif :D. Seperti semangat teman-teman semua, saya juga semangat untuk menulis artikel meskipun awalnya sempat bingung mau mengangkat tema apa hehe.

Pada artikel-artikel sebelumnya, saya sudah beberapa kali membahas mengenai pengujian atau testing mulai dari fungsi quality assuarance dalam dunia IT, pengujian dalam suatu sistem, hingga automation testing. Nah pada kesempatan kali ini, saya akan membahas salah satu poin yang ga kalah penting dalam suatu pengujian. Apa itu? Test Case. Iya test case… (hehe, garing ya? Maafkan :D)

Test Case atau juga bisa disebut dengan uji kasus adalah suatu rancangan atau rangkaian mengenai tindakan yang dilakukan oleh user (dalam hal ini adalah seorang Quality Assurance atau tester) untuk melakukan verifikasi terhadap fitur atau fungsi tertentu dari sebuah perangkat lunak. Pembuatan test case bertujuan untuk memastikan bahwa suatu sistem dapat dijalankan dengan baik sesuai dengan kebutuhan awal serta mampu memberikan respon ketika terdapat suatu masukan yang tidak valid. Test Case memiliki beberapa komponen seperti test case id, test case description, precondition, test step, expected result,actual result, serta status. Test Case bertindak sebagai titik awal dalam pelaksanaan pengujian sebuah sistem. Dari test case ini biasanya diketahui apakah fitur sistem berjalan normal atau tidak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat test case yaitu:

Test Case dibuat Sederhana dan Transparan

Dalam pembuatan test case, penguji harus membuat test case yang sederhana dengan penjelasan jelas dan ringkas supaya orang lain dapat mengeksekusi. Gunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga membantu pemahaman pengujian menjadi mudah dan pelaksanaan tes atau pengujian menjadi lebih cepat.

Test Case dibuat dengan End User in Mind

Tujuan utama dari pembangunan sebuah perangkat lunak adalah untuk membuat kasus uji yang memenuhi persyaratan client yang mudah digunakan dan dioperasiakan. Dengan demikian, penguji harus mampu membuat kasus uji dengan mengingat perspektif dari pengguna akhir

Hindari Pengulangan Kasus Uji

Dalam membuat test case, usahakan untuk tidak membuat pengujian yang berulang. Jika sebuah test case diperlukan untuk mengeksekusi beberapa test case lain, penguji dapat memanggil test case tersebut ke dalam kolom pre-condition.

Jangan Berasumsi

Dalam membuat test case, jangan mengasumsikan mengenai fitur dan fungsi dari perangkat yang sedang diuji. Pengujian harus sesuai dengan ketentuan dan dokumen spesifikasi.

Pastikan bahwa Pengujian Sudah Mencakup Semuanya

Dalam membuat pengujian, pastikan bahwa penguji sudah memeriksa semua fitur sistem secara keseluruhan serta memenuhi persyaratan perangkat lunak seperti yang disebutkan dalam dokumen spesifikasi. Penguji dapat menggunakan Traceability Matrix untuk memastikan bahwa tidak ada fungsi yang belum teruji

Test Case Harus Dapat Diidentifikasi

Nama dari test case id harus dapat diidentifikasi sehingga memudahkan penguji ketika akan melacak error atau mengidentifikasikan persyaratan perangkat lunak pada tahap berikutnya

Menerapkan Teknik Pengujian

Dalam melakukan sebuah pengujian, penguji tidak memeriksa setiap kondisi yang ada dalam perangkat lunak. Teknik pengujian membantu penguji dalam memilih beberapa kasus uji dengan kemungkinan maksimum menemukan cacat.

  • Boundary Value Analysis (BVA): Teknik ini mendefinisikan pengujian batas untuk rentang nilai tertentu.
  • Equivalen Partition (EP): Teknik ini membagi rentang menjadi bagian atau kelompok yang sama yang cenderung memiliki perilaku sama.
  • State Transition Technique: Teknik ini digunakan ketika perilaku perangkat lunak berubah dari satu negara ke negara lain setelah tindakan tertentu.
  • Error Guessing Technique: Teknik ini digunakan untuk mengantisipasi kesalahan yang mungkin terjadi saat proses pengujian. Teknik ini bukan metode formal dan mengambil keuntungan dari penguji dengan aplikasi.

Repeatable and Self-standing

Dalam membuat test case, test case harus menghasilkan hasil yang sama setiap kali, tidak peduli siapa pengujinya.

Peer Review

Test case yang dibuat harus bisa ditinjau oleh orang lain. Hal ini memungkinkan orang lain menemukan sebuah cacat yang terlewatkan.

Selanjutnya, saya akan memberikan salah satu contoh penulisan test case. Dalam hal ini, saya akan membuat test case untuk login gmail.

Test case login gmail

Dari contoh gambar test case di atas, password hanya saya tulis dengan karakter ***. Sebenarnya password bisa dituliskan langsung agar bisa dibaca dan dijalankan oleh penguji lain, namun karena itu akun pribadi jadi mohon maaf saya hanya menulis dengan karakter *** hehe.

Oke, mungkin cukup sekian artikel dari saya mengenai test case, semoga bisa memberikan gambaran kepada teman-teman mengenai test case.

Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Bye :)))

--

--