Kontribusi Scrum Team dalam Branding Produk

edu wasthu
Daily Sleekr
Published in
3 min readDec 14, 2018

--

Bagaimana suatu produk bisa dikenal oleh masyarakat? Apakah Scrum Team hanya fokus dalam membuat suatu produk? Dapatkah Scrum Team berkontribusi dalam menciptakan produk yang dicari oleh masyarakat?

Membuat suatu produk tidak harus disertai dengan membangun brand produk tersebut. Tanpa adanya brand pun produk dapat tetap dibuat bahkan dijual. Seperti kata banyak orang “biarkan produk yang berbicara”. Istilah ini dapat bermakna bahwa produk yang bernilai dihati masyarakatlah yang akan selalu menang.

Brand akan selalu hidup di alam bawah sadar orang. Brand merupakan kumpulan persepsi orang terhadap produk tersebut.

Bila kita meneliti lebih lanjut, salah satu indikator nilai dari suatu produk adalah dengan merek/brand. Hal ini dikarenakan brand mampu menciptakan dan menambahkan nilai kepada suatu produk. Namun apakah hanya brand image saja yang berkontribusi memberikan nilai?

Recognized image merupakan salah satu faktor yang membuat suatu produk memiliki brand tersendiri. Produk yang dikenal karena suatu keunggulan tertentu akan memiliki nilai lebih. Scrum Team yang mampu melakukan perbaikan dan adaptasi terhadap kebutuhan pengguna, pada akhirnya akan dapat menemukan distinctive value dan menempatkan produk pada posisi yang baik.

Proses pengembangan produk yang dimulai dengan Sprint Planning, proses adaptasi setiap hari yang menghasilkan rencana harian saat Daily Scrum, disertai kegiatan Sprint Review dan diakhiri dengan Sprint Retrospective selama Sprint tersebut dapat membantu Scrum Team dalam menyediakan produk yang bernilai secara konsisten. Pengguna akan selalu mendapatkan pengalaman dalam menggunakan fitur baru dikarenakan produk yang juga selalu terjaga kualitasnya. Hal ini selaras dengan faktor branding yaitu consistent delivery.

Seiring dengan kebiasaan Scrum Team melakukan proses inspeksi dan adaptasi secara konsisten pada akhirnya akan mampu memberikan pengalaman yang lebih baik lagi bagi penggunanya. Menciptakan kembali proses kebiasaan pengguna harus dilakukan oleh Scrum Team dengan melihat umpan balik dari market, pengguna dan produk secara transparan pada saat Sprint Planning. Kebiasaan ini sesuai dengan salah satu faktor brand yaitu Behaviour dimana proses adaptasi mengikuti konsep user centric dapat membangun pengalaman kebiasan dari pengguna.

Masyarakat yang mengenal produk kita, mengenal core value produk bukan karena diberitahu tetapi karena tindakan dan kebiasaan Scrum Team yang terus memperbaiki diri seiring dengan waktu.

Saat menjalankan Sprint; transparansi, inspeksi dan adaptasi terhadap Product Backlog Items, Sprint Backlog, atau masalah harus selalu dikembangkan lebih dalam lagi. Bila hal ini dilakukan secara terus menerus, faktor branding berikutnya, yaitu trust and loyalty dapat tercipta karena kebiasaan untuk tidak memberikan janji palsu dalam menghadirkan fitur baru yang berkualitas. Development Team berkomitment terhadap Sprint Goal yang berfokus pada Value untuk dapat meningkat brand produk.

Scrum Team yang berani menyelesaikan masalah dan mengambil resiko untuk keluar dari zona nyaman, bersikap terbuka dan menghargai sesama anggota tim akan semakin menjadi self-organize.

Akan seperti makan mie instant tanpa micin, bila pengguna tidak dapat merasakan misi yang hendak dituju oleh suatu produk. Akan terasa hambar bila pengguna hanya bisa menggunakannya tanpa tau mengapa menggunakannya.

Sesuai dengan faktor branding berikutnya yaitu clear mission, hal ini akan dapat terpenuhi bila Scrum Team selalu menyelaraskan goal dalam proses pengembangan produknya.

Daily goal Development Team harus menuju sprint goal, dimana sprint goal tersebut semakin mendekatkan kita ke product vision yang berakar dari company vision. Dari sinilah Scrum Team akan teruji untuk dapat menghadirkan produk yang bernilai, bukan hanya sekedar fitur baru nan canggih yang kemungkinan besar tidak akan pernah digunakan oleh pengguna.

--

--