Jangan Buru-Buru

SociopreneurID
SociopreneurID Publishing
3 min readJun 5, 2020

“Nak, tolong belikan token listrik ya…”

Ujar Papa sambil menonton film kesukaannya di ruang tamu. Saya pun langsung mengecek saldo m-banking saya. Miris rasanya ketika melihat saldo saya yang hanya tinggal 300 ribu rupiah. Sudah hampir dua bulan ini saya tidak mendapatkan pemasukan yang tetap. Wabah COVID-19 ini mengakibatkan banyak pekerjaan yang terdampak langsung, termasuk pekerjaan saya yang memang harus berhadapan dengan kastemer.

Sehari-hari saya bekerja di bidang kecantikan. Sudah satu tahun belakangan saya mengelola studio kecantikan yang saya miliki sendiri. Namun, akibat adanya pandemi COVID-19, saya harus menutup studio kecantikan saya dikarenakan jumlah kasus positif yang kian hari kian bertambah. Sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan perubahan ini dan saya tidak tahu bagaimana caranya bisa bertahan untuk membayar tanggungan hidup hari demi hari dengan uang pegangan yang ada.

Tentunya saya sempat merasa gagal, karena ternyata dengan waktu, tenaga dan biaya yang selama ini saya keluarkan, saya masih belum mampu beradaptasi dan bertahan secara finansial ketika kondisi berubah. Kebutuhan hidup rasanya jadi memberatkan disaat kondisi finansial mengalami penurunan (defisit).

Tapi ternyata hal ini tidak saya alami sendirian. Ada banyak orang-orang di sekitar saya yang secara langsung terkena dampak COVID-19 dan tidak sedikit dari mereka yang mengalami stres dalam menghadapi situasi krisis seperti ini. Saya sendiri berupaya agar tidak terbawa beban pikiran dan ikut merasakan stres dengan cara mendorong diri saya untuk berpikiran positif. Memang terkesan klise, namun ternyata berpikir positif cukup sulit untuk dilakukan dalam situasi yang tidak menentu ini. Saya sering mensugestikan kepada diri saya sendiri bahwa semua ini akan cepat berlalu dan situasi akan kembali seperti sedia kala.

Satu bulan pun berlalu. Saya masih belum bekerja seperti sedia kala, namun sisi baiknya saya mempunyai waktu untuk merefleksikan diri. Menyusun kembali perencanaan yang ingin saya jalankan di bulan-bulan berikutnya. Sebenarnya, ada banyak hal yang bisa saya perbaiki dan saya pelajari dari situasi saat ini. Mungkin saja jika pandemi COVID-19 ini tidak berdampak apa-apa pada saya, maka saya tidak akan belajar untuk lebih awas dalam perencanaan usaha saya. Salah satu hal yang saya pelajari adalah untuk selalu memprioritaskan dana darurat dan tidak hanya mengandalkan satu sumber pencaharian saja.

Sebelum COVID-19 melanda, saya selalu berpikiran bahwa selama kebutuhan utama saya tercukupi, selama saya masih bisa menikmati hiburan, dan selama saya masih mampu menabung sedikit dari pendapatan utama saya, itu sudah cukup rasanya. Namun, dengan adanya wabah ini, sudah saatnya saya berpikir untuk memiliki usaha sampingan. Saat ini, dengan modal seadanya, saya mencoba berjualan kue kering, abon dan makanan siap santap. Keuntungan yang didapatkan saya olah kembali untuk menjadi modal bagi usaha berikutnya.

Tentunya, selama mencoba hal-hal baru ini, tidak jarang saya menemui kesulitan. Sekuat-kuatnya usaha saya untuk tetap berpikir positif, tentu sesekali pikiran negatif masih bisa menyelinap. Terkadang, saya mencari teman untuk bercerita tentang keadaan saya. Terutama saat saya mulai uring-uringan akibat stres memikirkan pekerjaan dan masa depan saya, memikirkan pendapat orang lain tentang usaha saya, dan memikirkan pencapaian orang lain sementara saya masih di sini-sini saja. Saya teringat ucapan salah seorang teman saya yang bernama Baginda Muda Bangsa,

“Wen, lu harus terima bahwa keadaan lu seperti ini. Kenapa harus dengerin pendapat orang lain? Terlepas dari segala usaha yang lu lakukan untuk bertahan saat ini, lu harus yakin sama usaha lu sendiri. Nikmati aja perjalanannya dulu, kenapa harus buru-buru?”

Baginda benar, mungkin saya memang terlalu memikirkan pendapat orang lain sehingga saya jadi tidak sabar untuk mencapai apa yang saya inginkan. Dan jika pada prosesnya saya menemui kesulitan, saya cepat merasa gagal. Setelah memikirkan ucapan Baginda, saya menjadi lebih tenang dan berjanji untuk menikmati proses yang harus saya lalui saat ini, untuk selalu berdoa dan tetap semangat apapun kondisinya.

We’re all in this together!

Cerita: Wenny Paulina Monika

Penyunting Bahasa: SIDPub

--

--

SociopreneurID
SociopreneurID Publishing

Nurturing Social Entrepreneurship in Indonesia through developing Responsible Ecosystems by promoting Social Innovation & providing Entrepreneurship Education.